117

50 9 1
                                    

Minggu pagi akhirnya datang juga. Ketika Jennie membuka mata, ia awalnya ingin melanjutkan tidur dan bermalas-malasan sedikit lebih lama lagi. Namun ketika sekilas melirik jam di atas nakas, Jennie tanpa sadar menatap ke arah bawah tepat disisi kirinya. Seorang gadis tidur dengan pulas. Selain wajahnya yang kecil dan menggemaskan, gadis itu juga tampak sangat nyenyak walaupun tubuhnya dilapisi pakaian tebal dan selimut. Bahkan setelah benar-benar memperhatikan ternyata Jennie tidak mendapat cukup banyak selimut untuk menikmati tidurnya karena gadis blonde itu telah menarik terlalu banyak selimut untuk menutupi tubuhnya sendiri. Memikirkan hal itu, Jennie terkekeh sendiri.

Setelah mengumpulkan kesadarannya ia akhirnya mengingat bahwa hari ini mereka akan melanjutkan pekerjaan semalam yang tertunda sehingga dengan hati-hati gadis surai hitam itu bangun untuk menyiapkan sarapan sebelum kemudian ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa menit berlalu, tiba-tiba pintu apartemen Jennie terbuka dari luar. Seorang gadis menggunakan jaket, masker dan bucket hat berjalan masuk. Tubuhnya yang tinggi membuat penampilannya menarik ketika ia melangkah sambil melepaskan satu persatu alat penyamarannya dan meletakkannya di atas meja dan sofa termasuk tiga paperbag yang entah apa isinya.

"Ruby?"Gadis itu memanggil sang pemilik apartemen namun ruangan ini masih tetap sunyi. Ketika hendak masuk ke dalam kamar milik Jennie, gadis itu mencium aroma harum dari arah dapur.

Saat tiba di dapur, matanya dimanjakan dengan pemandangan yang indah dengan aroma yang menggugah selera. Dia sendiri tahu bahwa Jennie sangat pandai memasak dan jika dibandingkan dengan dirinya, tentu saja dia kalah. Sejak kecil Jennie sudah memiliki keahlian memasak yang tidak bisa diremehkan. Selain karena ketertarikannya dengan dunia kuliner, Jennie juga suka mencoba hal-hal baru dan menantang. Ketika ia tumbuh dan besar di New Zealand, Jennie sempat mengikuti kelas tataboga selama beberapa tahun dan ternyata membuahkan hasil yang tidak terduga. Siapa sangkah bahwa dengan ketertarikannya dengan hal yang sangat sederhana itu, ia bisa membangun kafe kecil-kecilan menjadi salah satu perusahaan makanan besar terbesar di korea selatan sekarang.

Namun setelah berfikir sesaat, gadis itu merasa sedikit aneh.

Mengapa Ruby memasak makanan sebanyak ini? apa dia tidak tinggal sendirian? Aku.. bahkan tidak mengabarinya tentang kedatanganku dan tidak mungkin jika ia kebetulan memasak banyak untuk menyambutku kan?

Atau.. apa Kai ada di sini? saat fikiran itu muncul ekspresi gadis itu tiba-tiba serius. Tanpa membuang waktu ia segera berjalan ke arah kamar tamu.

Ceklek

Di dalam kamar tamu tampak sepi dan tempat tidur kosong, sisanya adalah tumpukan kertas dan dua laptop di atas meja. Karena tidak menemukan keberadaan Jennie, gadis itu langsung menuju kamar utama.

Ceklek

Ekspresi gadis itu tampak antusias ketika melihat gundukan dalam selimut di atas tempat tidur. Pelan-pelan ia menutup pintu dan mengedap-ngedap ke arah tempat tidur. Ketika hendak menarik selimut untuk mengejutkan orang yang sedang tidur itu ekspresinya tiba-tiba berubah saat melihat warna rambut yang asing.

Apa Ruby mengganti warna rambut? Gadis itu tampak bingung namun kemudian kembali terkejut ketika ia bisa melihat sebagian wajah orang itu dengan jelas.

Alice? Apa ini benar-benar Alice? Mengapa dia ada di sini? dengan pelan ia menyingkap sedikit selimut yang menutupi sebagian wajah polos itu. Sekarang dia benar-benar bingung, Jennie tidak ia temukan, makanan di atas meja tampak banyak dan menemukan keberadaan seorang gadis dengan surai coklat tertidur pulas di tempat tidur.

Ceklek Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian gadis itu ketika ia menyingkap selimut hendak ikut berbaring di sebelah gadis blonde.

Jennie yang baru saja keluar dari kamar mandi segera terkejut ketika melihat seorang wanita asing hendak masuk ke dalam selimut tepat di sebelah Alice. "Sia.."

Alice (Dreams And Memories) Book 1Where stories live. Discover now