93

53 9 1
                                    

Kedua gadis itu segera masuk ketika Suzy membuka pintu. "Maaf membuat kalian menunggu. Aku baru saja dari kamar kecil."

Ketiganya berjalan melewati ruang tamu sambil bercengkrama. "It's okay. Lalu Alisyah dimana?" Jisoo

"Dia ada di dalam." suara Suzy memelan ketika membuka pintu kamar.

Jisoo dan Jennie memperhatikan sesosok tubuh dibalik selimut tampak tidur dengan nyenyak. Rambut blonde dan kedua mata terpejam serta bibir terkatup. Di pipinya terlihat jejak air mata yang mengering dan sedikit warna gelap dibawah mata membuat penampilan Alice nampak menyedihkan.

Setelah duduk di tepi tempat tidur, perhatian Jisoo tertuju pada tangan kanan Alice yang terhubung dengan jarum infus dan tangan kiri di atas perutnya tertutupi plester luka yang hampir menutupi seluruh telapak dan punggung tangannya. Seperti biasa Alice akan memakai pakaian cukup tebal dan berlengan panjang sehingga sulit untuk memeriksa tubuhnya jadi Jisoo berjalan ke arah kaki Alice dan menyingkap selimut dan menemukan luka memar dan beberapa plester luka. "apa yang telah terjadi padanya? Mengapa banyak luka?" Jisoo bertanya dengan khawatir setelah melihat kondisi Alice.

"beberapa hari yang lalu dia terlibat kecelakaan lalu lintas. Sebenarnya dia belum terbiasa mengemudikan sepeda motor, tapi entah kenapa malam itu dia nekat ke luar rumah." Suzy

"terus mengapa tidak memberitahu ku? Seandainya aku tidak datang mengecek kalian, mungkin aku tidak akan pernah tau kondisinya seperti ini." Dua hari yang lalu Jisoo memang sempat menanyakan kabar dan rencana kepulangan Alice pada Suzy.

"maafkan saya miss." mendengar hal itu, Jennie segera mengingatkan Jisoo melalui isyarat. Sepertinya Jisoo sedikit terbawa emosi.

"Maaf aku tidak bermaksud menyalahkanmu. Kami telah terpisah selama bertahun-tahun. Aku hanya terlalu khawatir padanya." Jisoo tersadar dan menjadi mereasa tak enak pada Suzy. Bagaimanapun Suzy lah yang selama ini menemani dan merawat adiknya.

Tiba-tiba mereka mendengar bel berbunyi.

"biar aku yang memeriksa" Jennie langsung keluar untuk memeriksa.

"oh ya. Tadi aku melihat seorang pria berdiri di depan unit mu. Apakah kamu sudah mengetahuinya?" Jisoo

"Tidak. Apa yang dia lakukan?" Suzy bertanya dengan ekspresi bingung dan penasaran.

"Hanya berdiri di sana sambil bermain ponsel." Jisoo

Tiba-tiba Jennie masuk ke kamar.

"siapa?" Jisoo

"tak ada siapa-siapa." Jennie menjawab dengan bingung.

"mungkin pria yang tadi." Jisoo menebak

"Sepertinya begitu. Apa sebelumnya pernah terjadi hal seperti ini? atau apa kalian terlibat masalah dengan orang lain." Jennie bertanya pada Suzy.

"Sejauh ini tidak. Aku juga merasa tidak punya masalah apa-apa dengan orang lain. Entahdengan Alice." Suzy kemudian menatap Alice di tempat tidur.

"Bahaya jika ternyata dia benar-benar penguntit." Jisoo kemudian beranjak meraih ponsel di saku jaketnya dan keluar dari kamar Alice. Sepertinya gadis itu akan menghubungi pihak keamanan gedung.

"bukankah kemanan Silver Apartemen sangat ketat? Bisa-bisanya ada yang menerobos masuk tanpa ketahuan." Jennie bergumam tapi masih dapat didengar oleh Suzy.

Padahal sebenarnya Suzy sudah mengatahui siapa yang menekan bel beberapa menit yang lalu. Itu adalah Mina yang datang bersama Jessica. Hanya saja Franz segera keluar dan membawa mereka ke unit sebelah setelah melihat kedatangan mereka melalui pemantauan cctv. Sang Ook bahkan tak bisa berkata apa-apa jika saja Jennie sempat melihat keduanya di layar intercom mendahului Franz.

Alice (Dreams And Memories) Book 1On viuen les histories. Descobreix ara