115

49 9 7
                                    

"Hampir saja. Hampir saja!" Jessica baru saja masuk ke living room sambil menaruh tangan kanannya di keningnya dan menggeleng tidak percaya.

"bagaimana mungkin penjaga tidak melaporkan Alice datang dengan siapa." Lanjutnya dan ikut duduk di samping Sang Ook baru saja menanggalkan jas nya secara asal dan duduk bersandar, memandangi langit-langit ruangan yang sunyi itu.

"itu salah kita karena tidak bertanya pada Alice, dia akan datang sendirian atau bersama dengan orang lain. Semoga saja Ruby tidak curiga." Sang Ook menjawab kemudian duduk menegakkan punggungnya.

"Kata Alice, dia bermaksud memberi surprise dengan membawa Ruby tanpa sepengetahuan kita dan inilah yang terjadi. Alice juga tidak tahu bahwa aku telah memasang potret remajanya di ruang tamu. Apa sebaiknya kita tidak usah memajang foto remaja Alice? bagaimana jika ini terulang lagi?" Jessica sangat khawatir jika saja rahasia besar tentang hubungannya dengan Alice diketahui Ruby dan orang-orang yang tidak seharusnya.

"Mulai sekarang cukup menaruh beberapa potret Alice di kamar kita saja. Ini karena kamu terlalu merindukan putrimu sehingga tiba-tiba mengganti foto masa kecilnya dengan foto remajanya. Bagaimana jika nanti Alice tidak bisa pulang berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun? tidak mungkin setelah Alice menikah kamu terus menahannya bersama kita."

Mendengar hal itu ekspresi Jessica tiba-tiba suram disusul mata yang berkaca-kaca hendak menangis. "Mengapa kamu tiba-tiba mengatakan hal seperti itu. Alice masih sangat muda untuk menikah dan aku takkan pernah mengijinkan dia menikah muda. Kalaupun suatu saat dia cukup umur untuk menikah, tidak ada salahnya dia tetap di rumah ini bersama kita. Suaminya pasti akan mengerti."

"tapi bagaimana jika suaminya tidak seperti dugaanmu sayang? bagaimanapun istri akan ikut kemanapun suaminya pergi. Kita sebagai orang tua sudah tidak bisa terlalu ikut campur dengan rumah tangganya."

"Kamu ini kenapa? Alice belum akan menikah dalam waktu dekat ini. Dia masih sangat muda. Mengapa membahas rumah tangga dan suami Alice." Akhirnya Jessica menangis karena kesal.

Sang Ook terkekeh dan memeluk Jessica dengan gemas dan berkata. "apa kamu sedang datang bulan?"

Wajah Jessica yang sebelumnya memerah karena sedih tiba-tiba berubah tajam, wanita satu anak itu dengan cepat mencubit lengan suaminya dan berkata dengan kesal."Bagaimana bisa kamu memikirkan hal seperti itu? saat ini kita sedang membicarakan putri kita yang hampir saja terekspos di depan Ruby."

Aku menanyakan hal itu karena kamu sangat sensitif sayang. Lihatlah, kamu hendak menangis dan mulai marah-marah. Bukan seperti dugaanmu. Yah walaupun sebenarnya aku sangat merindukanmu karena beberapa hari ini kita benar-benar sibuk dan..

Sang Ook hanya bisa menelan kata-kata dalam pikirannya dan memejamkan mata, sebab jika itu terjadi Jessica sudah dipastikan benar-benar akan meledak karena malu. "Baiklah baiklah. Maafkan aku, hmm?" Sang Ook memeluk Jessica dan mengelus rambutnya kemudian mengecup keningnya sambil meminta maaf.

"Apakah kamu ingat, malam ini seharusnya kita menanyakan perihal saham Alice namun karena kedatangan Ruby yang tiba-tiba membuat kita kebingungan mencari alasan karena potret Alice." Sang Ook

"Kita sudah terlambat karena ketika kita sudah di meja makan aku melihat Ruby menatap potret Alice beberapa kali dan disitulah aku baru sadar." Jessica.

"Aku sampai berharap dia akan pergi ke kamar kecil namun ternyata tidak sama sekali." Sang Ook menambah dengan pasrah.

***

"taruh di sini saja, nanti aku akan membereskannya." Jennie dan Alice baru saja masuk ke kitchen room dan meletakkan bahan makanan yang baru mereka beli dari mini market saat perjalanan pulang tadi. Gadis itu kemudian berjalan ke arah living room, menyalakan TV untuk Alice dan meletakkan segelas teh hangat serta kue di atas meja.

Alice (Dreams And Memories) Book 1Where stories live. Discover now