163. Parallel 44

36 6 0
                                    

"Areum nak.. kamu dimana?"

Samar-samar terdengar suara tangisan putri Areum. Mengikuti dari sumber suara itu, nyonya Tae Hee menatap ke arah yang cukup jauh. Itu adalah daratan yang berada di seberang aliran sungai.

"Ibunda?"Nyonya Tae Hee bergumam dengan tidak percaya. Bagaimana bisa ibu kandung nyonya Tae Hee berada di tanah Gogureyo? Apalagi dengan membawa putri Areum pergi.

"Ibunda.. Areum. Kemana ibunda akan membawa putri Areum.." Langkah permaisuri tiba-tiba berhenti di tengah jalan. Wanita itu menoleh ke belakang dengan tatapan yang tegas dan dingin, namun segera berbalik dan membawa putri Areum pergi.

"Ibunda.. kembalikan putriku.. Ibunda!" Nyonya Tae Hee tanpa sadar berlari ke dalam air dan membuat pakaiannya yang indah basah. Wanita itu memanggil-manggil dengan sekuat tenaga hingga suaranya yang biasa terdengar lembut kini sumbang karena tangisan dan kesedihan yang tak terbendung.

Kakinya menginjak apapun yang ia lewati di dalam air, semakin jauh ia melangkah semakin dalam pula kedalaman sungai.

"Da..?" Tiba-tiba telinganya mendengar suara yang sangat jelas. Suara khas itu tentu dikenali oleh nyonya Tae Hee.

"Pengeran Lim?" Keterkejutan melintas dimata Tae Hee saat melihat pangeran Lim tiba-tiba saja berada di tepi sungai seperti hendak turun ke sungai merasa bersemangat dan penasaran.

"Jangan!..." Seperti anak panah yang terbang, pergerakan nyonya Tae Hee sangat cepat ketika ia segera memutar arah kembali ke tepi untuk menahan pangeran Lim.

"haaah haaaaaaaaa.. haah Areumku.. anakku.." Tepat ketika ia berhasil menahan tubuh pangeran Lim, wanita itu hanya bisa menangis keras dalam kesakitan yang tak terbendung. Putrinya telah pergi dan dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk menahan kepergiannya. Rasanya mereka telah berpisah puluhan tahun dan baru beberapa jam bersama tiba-tiba saja putrinya pergi meninggalkannya lagi. Ketika ia berusaha menenangkan diri dan pandangannya perlahan semakin jelas, samar-samar ia melihat kehadiran seseorang. Karena posisinya sedang memeluk pangeran Lim, nyonya Tae Hee menghadap ke belakang dan melihat keberadaan ayah mertuanya. Di sana baginda raja berdiri dengan tatapan tajam namun segera pergi tanpa mengucapkan apa-apa.

***

Di ruangan itu suara igauan nyonya Tae Hee terdengar sangat menyedihkan. Terisak dan ekspresinya membuat pangeran Lim yang saat ini menemaninya ikut merasakan kesedihan dan kekhawatiran.

Siapa Areum? mengapa ibunda menyebutkan nama itu dengan sangat sedih?

Ditempat tidur yang dilapisi alas tidur yang empuk, lembut dan harum, tubuh nyonya Tae Hee mengeluarkan keringat tipis. Kesuraman di wajahnya membuat kepala dayang Choi dan pangeran Lim  sangat khawatir sebab sudah beberapa hari ini mengalami kesehatan yang menurun setelah tanpa sengaja wanita itu terjatuh dari kuda ketika ia sedang pulang setelah melakukan inspeksi pasar secara diam-diam.

"kepala dayang Choi, apa yang terjadi sebelumnya? mengapa ibundaku bisa seperti ini?" Pangeran Lim sebelumnya berada di perbatasan utara untuk melihat perkembangan pembangunan benteng perbatasan dan prajurit yang bertugas di sana. Namun setelah mendapatkan kabar tentang kondisi kesehatan ibundanya, pria itu segera kembali ke istana.

"Dua hari yang lalu, nyonya melakukan inspeksi pasar bersama beberapa pengawal. Namun tanpa disangkah ketika kami dalam perjalanan pulang, seorang anak kecil tiba-tiba berlari ke tengah jalan sehingga nyonya menghentikan kuda secara mendadak dan akhirnya terjatuh. Sejak saat itu nyonya belum bangun dari tempat tidur dan mengigau."

Alice (Dreams And Memories) Book 1Where stories live. Discover now