122. Parallel 24

32 5 0
                                    

Beberapa saat setelah acara perjamuan selesai dan para tamu undangan satu persatu meninggalkan aula perjamuan, tabib Ho dan dokter Kim sedang berjalan hendak melewati pintu keluar tiba-tiba dihentikan oleh seorang tentara. "Permisi tabib Ho, yang mulia putri pangeran pertama ingin menemui anda dan juga tabib Kim."

Tabib Ho segera menerjemahkan ucapan tentara pada dokter Kim dan ia mengangguk sebagai persetujuan. "Silahkan tunjukkan jalannya." Tabib Ho berkata kemudian mereka mengikuti tentara yang memimpin jalan.

Setelah beberapa saat mereka akhirnya tiba disebuah koridor dan di depan pintu ruangan tersebut beberapa dayang berdiri dengan rapi tiba-tiba dua diantara mereka segera membuka pintu dan salah satunya membuat pengumuman.

"Nyonya, tabib Ho dan tabib Kim sudah tiba."

"Biarkan mereka masuk." Suara seorang wanita terdengar dari dalam dan segera pintu dibuka dan Tabib Ho melangkah lebih dulu dan dokter Kim mengikuti dari belakang menirukan sikap tabib Ho dengan hati-hati.

Di dalam ruangan itu, nyonya Tae Hee duduk di posisi sentral sementara putri Jennie duduk di sisi kanannya. Kedua wanita itu tampak cantik dan anggun terlebih putri pangeran pertama memiliki karisma tersendiri. Di antara mereka tirai tipis berbahan lembut membatasi pandangan mereka. Meski begitu masih tampak jelas setiap garis ekspresi wajah masing-masing.

"Selamat datang tabib Ho dan tabib Kim. Maaf karena tiba-tiba mengundang kalian ke sini." nyonya Tae Hee tersenyum cerah dengan netranya yang indah dan tersirat kelembutan.

"Terimakasih nyonya, suatu kehormatan bagi kami menerima undangan nyonya. Tapi sebelum itu bagaimana kabar nyonya hari ini?" Tabib Ho menjawab sementara dokter Kim hanya diam dengan pandangan menunduk.

Nyonya Tae hee tersenyum lembut dan berkata. "Aku baik-baik saja. Hanya saja akhir-akhir ini aku sulit tidur dan tengkukku kadang terasa nyeri."

"Apakah nyonya sudah mendapatkan perawatan dari tabib istana? Jika belum izinkan saya untuk memeriksa anda nyonya." Tabib Ho.

"Terimakasih atas perhatianmu tabib Ho. Tapi aku rasa ini hanya karena efek kesibukan untuk mempersiapkan perayaan kelahiran pangeran Lim. Aku juga sudah mendapatkan ramuan dari kepala tabib Im tadi malam. Mengenai perjamuan tadi, apakah kalian menikmatinya?" Diakhir kalimatnya, nyonya Tae Hee menatap dokter Kim dan tersenyum. Bagaimanapun dokter Kim adalah pemandangan yang indah dan menyenangkan.

"Tentu nyonya, perjamuannya sangat meriah." Tabib Ho

Ketika menjawab, tabib Ho melihat reaksi khawatir nyonya Tae Hee pada dokter Kim. "Tabib Kim? apakah anda baik-baik saja?"

Setelah mengerti kekhawatiran nyonya Tae Hee, tabib Ho segera menyenggol lengan dokter Kim dan memberitahunya bahwa nyonya Tae Hee menanyakan kabarnya dengan berbisik. Namun reaksi dokter Kim masih tampak bingung dan dia hanya tersenyum kecil dan mengangguk sekali sebagai isyarat salam. "Bibi.  Dokter Kim sebenarnya hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa negeri barat." Putri Jennie segera memberitahu nyonya Tae Hee dan wanita itu segera menatap dokter Kim tidak percaya.

"Benar nyonya. Tabib Kim pernah berkata bahwa ia sempat tumbuh dan besar di negeri barat selama beberapa tahun sehingga beliau tidak pandai bahasa lain selain bahasa negeri barat." Tabib Ho

Ekspresi keheranan nyonya Tae Hee berubah menjadi ketertarikan tentang topik asal dokter Kim. Walaupun perdagangan semakin luas tapi dia belum pernah menemukan seorang dengan paras rupawan seperti dokter Kim. "Maaf dokter Kim. Sejak tadi kami menggunakan bahasa gogureyo dan berfikir anda mengerti pembicaraan kami. Lalu bagaimana perjamuan tadi, apakah dokter Kim menikmatinya?" Nyonya Tae Hee mulai berbicara menggunakan bahasa barat.

Alice (Dreams And Memories) Book 1Where stories live. Discover now