26. Ruby And Jennie

92 11 0
                                    

Pukul 09.00 KST

Saat ini Ceo The J' Foods sedang duduk di salah satu café yang cukup terkenal. Gadis itu menggunakan pakaian tertutup dan menggunakan masker serta memilih meja yang berada di sudut ruangan. Beberapa kali matanya melirik saat denting bel pintu berbunyi ketika seseorang membuka atau menutup pintu.

Sementara itu, dari jauh seorang wanita baru saja keluar dari mobil nya menuju pintu masuk café. Saat mata Jennie menangkap kedatangan wanita itu dari pantulan kaca keduanya nampak sumringah dan melambaikan tangan diam-diam dengan antusias.

Ting ting denting pintu terdengar saat wanita itu akhirnya masuk juga. "maaf membuatmu menunggu" wanita itu akhirnya membuka suara saat sampai dan duduk di kursi tempat jennie menunggunya.

Jisoo dan Jennie kini semakin akrab semenjak pertemuan bisnis mereka beberapa minggu yang lalu. Sejak saat itu mereka lebih sering bertemu walau hanya sekedar makan siang atau minum secup coffie di jam istirahatnya. Kedunya pun semakin akrab karena ada kecocokan. Jennie yang terkenal cuek dan tegas sangat pas dengan jisoo yang humbel dan ceria.

Jennie tersenyum kemudian mengangkat tangannya memanggil pelayan. "tak apa Unnie. Aku juga belum lama di sini"

Pelayan datang dan menyerahkan tablet untuk memilih menu.

"Satu coffie latte, satu rainbow cookies, Satu mocacino, dan satu wafle ice greentea" Jennie dan Jisoo mengiyakan pesanan yang disebutkan oleh pelayan.

Sambil menunggu pesanan mereka diantarkan, mereka sesekali menatap layar TV yang menampilkan berita internasional eksklusif.

"sebenarnya aku sempat ragu saat pertama kali kita bertemu. Aku fikir aku akan salah orang namun ternyata tidak"

Jennie tersenyum namun nampak bingung. "mengapa kamu meningalkan dunia hiburan? Seingatku saat itu kariermu sudah sangat bagus." Jisoo.

Seketika Jennie mengerti. "sejak Appaku jatuh sakit dan perusahaan bangkrut, aku tidak punya pilihan lain selain fokus pada usaha yang sudah aku bangun."

Awalnya Jennie menjelaskan dengan santai namun tiba-tiba ia menarik nafas dalam dan membuangnya dengan pelan. "Saat itu kedua orang tuaku dalam kondisi yang terpuruk. Perekonomian kami sangat buruk, bahkan rumah kami hampir saja dijual untuk membayar denda dan hal lain. Untung saja saat itu aku sudah memiliki tabungan walaupun tidak banyak tapi tabunganku bisa menyelamatkan rumah kami. Jika aku tidak segera memulai usahaku sendiri maka aku tidak akan mendapatkan hasil yang layak dikemudian hari.."

"..Dunia entertainment memang menjajikan tapi jika aku terlibat suatu masalah sedikit saja akan sangat merepotkan dan kalau aku sakit tentu aku tidak akan maksimal atau bahkan tidak bisa bekerja. Akupun tidak tahu sampai kapan karirku bertahan. Tapi jika aku fokus pada perusahaanku yah walaupun kecil, suatu saat aku pasti bisa memanen hasilnya bahkan jika aku hanya bersantai di rumah.  Lagi pula aku bisa memulai karir didunia hiburan kapanpun aku ingin."

"gossip yang beredar ternyata benar. Aku setuju dengan keputusan yang telah kamu buat. Dalam hidup, kesempatan yang sama tidak pernah datang dua kali. Selagi bisa, ini juga menjadi kesempatanmu untuk membalas budi kedua orang tuamu." Jisoo

Tiba-tiba pesanan keduanya telah tiba. "terimakasih"

"selamat menikmati nona." Kata pelayan namun Jisoo dan Jennie nampak bingung dengan tingkah pelayan yang masih diam dengan ekspresi ragu.

"maaf, apa ada sesuatu?" salah satu alis Jisoo tertarik ke atas.

Sementara itu Jennie beralih menatap poselnya yang sedang membalas chat seseorang.

Alice (Dreams And Memories) Book 1Where stories live. Discover now