Chapter 145 : Ingin Kau Memanggil Namaku

581 56 19
                                    

Gumpalan darah mengalir dari mulut Champ dan menetes di wajah pucat Type.

Saat ini dia masih sadar, dan langsung berusaha meraih wajah Type dan mengusapnya, tapi Ia tidak bisa membersihkan darahnya cukup bersih, darah terus menetes dan wajah Type semakin basah dan basah.

Segera ia kehilangan kekuatan dan menatap pemuda di bawahnya dengan rasa bersalah, "Maafkan aku.. membuat wajahmu..jadi kotor.."

Type sudah berakting beberapa kali di di dunia ini, tidak hanya dalam film, tapi juga dalam kehidupan nyatanya, ia selalu melakukan hal yang paling bisa dilakukannya ini untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya.

Ia tidak pernah merasa kalau dirinya orang baik, tidak ada yang lebih tahu dari dirinya sendiri, betapa dingin hatinya.

Saat sosok tinggi dan kuat di dekatnya menunjukkan kalau dia menyukainya, Ia hanya merasa acuh tak acuh, meremehkannya.

Meski orang ini mati di depannya, tidak seharusnya ia merengut seperti ini.

Tapi sepertinya bukan seperti itu.

Setelah mencerna yang telah terjadi, mata Type seketika dipenuhi cairan hangat, dan nafasnya bergetar, "Champ..."

"Kenapa kau melakukan ini...."

Champ tersenyum kepadanya, dan dengan sedikit sisa-sisa kekuatannya, Ia bergeser dari atas tubuh Type, dengan tangan menahan tubuhnya di lantai agar tidak ambruk.

Type bangun dari posisi tidurnya dam segera dua polisi menghampiri untuk mengontrolnya, dia melawan dengan keras, menangis dan berteriak agar dilepaskan, memohon kepada polisi agar memberinya sedikit lebih banyak waktu untuk mengatakan beberapa kata kepada Champ.

Setelah mempertimbangkan dan melepaskannya, Type merangkak ke sisi Champ, terus menghapus darah yang keluar dari ujung mulur Champ dengan lengan bajunya, sambil tersedak dia memohon seperti tengah berdo'a, "Champ..Kau, jangan tertidur.."

"Saat kau tertidur, kau tidak akan bangun lagi..."

"Di dunia ini tidak akan ada yang bisa sepertimu.. Kau jangan tertidur.."

"Tidak akan ada yang bisa sebaik dirimu kepadaku.."

Kesadaran Champ mulai samar, suara yang didengarnya terdengar lemah dan jauh. Tapi samar-samar Ia bisa mendengar Type tengah menangis.

Kesulitan menahan kelopak matanya yang berat, ia menggenggam sisi baju Type, "Jangan.. jangan terlalu bersedih."

"Lagipula, kau selalu membenciku,.. kalau aku pergi,... aku akan... tidak akan ada yang mengganggumu lagi."

"Aku hanya.. terlalu lemah.. Kau hanya.. terlalu berkemauan kuat.."

"Jaga dirimu baik-baik, minum obat tepat waktu.. kau harus sembuh.."

"Hiduplah dengan baik.."

Type tidak mengerti kenapa rasa sakit di hatinya sangat dalam. Ia menggelengkan kepalanya dengan air mata terus mengalir dan menggenggam tangan Champ. "Aku tidak membencimu.. aku tidak membencimu.."

"Kau jangan pergi.."

"Mereka sudah memanggil ambulans, kau bertahanlah.. bertahan.."

Kali ini Champ mendengarnya dengan jelas, yang Type katakan, bahwa Type tidak membencinya.

Ia merasa sangat senang.

Ia selalu enggan menolak semua keinginannya, entah baik atau buruk.

Ia tahu rasa cinta yang ada dalam hatinya terlalu kuat, Ia sendiri juga tidak tahu bagaimana Ia bisa jatuh cinta teramat dalam pada pandangan pertama, mencintai segala sisi yang ada pada dirinya, mencintai bagaimana Ia bersinar di panggung, meski dia sering marah dan mempermainkannya, Ia hanya merasa itu sangat manis.

Little Fool GulfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang