Chapter 84 : Ancaman

516 66 18
                                    

Ya. Kalau saja Gulf bisa bersama Bright, pasti hidupnya akan sangat bahagia.

Sayang sekali ia tidak memiliki keberuntungan itu.

Setelah mengatakan selamat tinggal kepada manajer toko, Gulf membawa dessertnya menuju supermarket terdekat.

Sebenarnya seharusnya kau membeli buah-buahan dulu lalu dessert setelahnya di perjalanan pulang, otak bodohnya tidak bisa memikirkannya, untungnya ada loker penyimpanan tempatnya bisa menitipkan barang di supermarket.

Ia membeli bahan makanan untuk beberapa hari, dan berbagai jenis buah, sayur, dan daging. Ia memilih dan memilih, dan setelah akhirnya selesai, hampir dua puluh menit berlalu. Ia tidak berani menundanya lagi dan membawa barang belanjanya keluar.

Di luar area Villa, Terras hitam terparkir di sisi jalan, di dalam mobil, wajah dingin seorang pria menatap sosok ramping membawa barangnya yang terlihat cukup berat, matanya seketika menunjukkan kebahagiaan, namun detik berikutnya beralih menjadi rasa sakit, ia dengan cepat keluar dari mobil dan menghentikannya.

"Ai Gulf!"

Gulf reflek mendongak, dan setelah melihat sosok di depannya, matanya memerah, bibirnya bergetar, "Phi Bright.."

Suhu di daerah sini sangat dingin, hingga kepulan kabut terlihat dari mulutnya saat Gulf berbicara. Anak bodoh ini memakai sweater longgar berwarna hitam yang sudah dicuci berulangkali. Hingga sudah menipis dan tidak terlalu hangat dipakai, dan seluruh penampilannya terlihat lemah dan pucat.

Bright merengut dan langsung mengambil barang-barang dari tangan Gulf, menunduk pada mobilnya, dan mengambil jas katun panjang yang tebal dari kursi kemudi, dan memakaikannya pada Gulf seraya berbisik, "Kenapa kau tidak memakai lebih?"

"Keluar.. saat keluar tadi.. aku.. terburu-buru." Gulf tersenyum dan menjawabnya dengan suara bodoh.

"Bagaimana denganmu Phi.. kenapa ada disini?"

"..... aku kebetulan lewat dekat sini." Jawab Bright.

Selesai bertemu dengan klien tadi, dan sudah bersiap untuk pulang, entah kenapa, bukannya menuju rumah tapi malah berkendara kemari.

Ia sudah terlalau lama tidak melihat anak bodoh ini, pikirannya penuh dengannya.

Saat pikiran itu datang, ia akan datang kemari, dan hari ini ia sedang beruntung karena berhasil melihatnya.

Tapi saat bertemu sungguhan dan melihat keadaannya, ia selalu ingin langsung membawanya pergi.

Gulf mengangguk dan berkata dengan suara lembutnya, "Phi Bright, saat aku membeli dessert di toko roti tadi, manajer toko memberitahuku dan berkata.. berkata kalau kau diam-diam memberinya uang, takut aku tidak akan makan dengan baik.."

Ia mengangkat matanya dan menatapnya, bersuara dengan sedikit tercekat hampir menangis, "Terimakasih, selama ini kau selalu sangat baik padaku.."

Bright merasakan perih dala hatinya, ia kemudian tersenyum, mengangkat tangannya dan mengusap kepalanya. "Anak bodoh, tentu saja aku akan baik padamu."

"Sudah kubilang, anggap aku sebagai kakakmu, jangan selalu berterimakasih."

Gulf menunduk, menghisap hidungnya yang penuh air, dan tersenyum, tapi rasa hangat menyebar di matanya.

"Sangat dingin di luar, masuklah ke dalam mobil, aku akan mengantarmu pulang." Bright menarik lengannya dan membuka pintu kursi penumpang.

Gulf reflek menggelengkan kepalanya dan menolak, "Tidak.. tidak perlu.."

"Aku jalan kaki saja, hanya beberapa langkah lagi sampai."

Bright seketika merengut, melihat penampilannya sekarang, ia sebenarnya sangat marah, dan tidak bisa menahan diri untuk mengatakan kalimat-kalimat berat, namun ia memelankan suaranya, "Bagaimana bisa dengan keadaan tubuhmu sekarang ini membawa barang-barang berat seperti itu? Apa yang Tharn pikirkan sebenarnya?"

Little Fool GulfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang