Chapter 43 : Menyingkirkannya

598 73 11
                                    


"Di masa depan, aku tidak mengizinkanmu untuk berinteraksi dengannya lagi, dan meski kau kebetulan bertemu dengannya di jalan, kau hanya akan mengabaikannya, atau pura-pura tidak melihatnya, jangan membuatku mengulangi mengatakan ini untuk yang ketiga kalinya." Di rumah sakit, Tharn sudah pernah mengatakan hal serupa.

Gulf menundukkan kepalanya dan berkata dengan sedih. "Tapi.. aku hanya punya sedikit teman.."

Sebelumnya, orang di sekitarnya tidak akan ada yang mau berteman dengannya, dan hanya membullynya. Hingga saat akhirnya dia dirawat di rumah sakit, ia berhasil memiliki teman, Phi Xiao, kekasih Phi Xiao, Yibo, dan Phi Bright, yang semuanya sangat baik padanya.

Ia sangat ingin menghargainya.

"Dengan otak seperti milikmu, kau tidak akan pernah tahu kalau orang-orang sedang menipumu. Apa kau tidak melihat dirimu sendiri? Poin apa yang membuatmu pantas menjadi seorang teman?"

"Jika tidak ada maksud lain, untuk apa dia begitu baik padamu?"

"Bagaimanapun aku menjelaskan, kau tidak akan pernah mengerti, hanya menurut dan patuhlah. Mengerti?!" Tharn mulai kehilangan kesabaran lagi.

"......" Gulf mengangguk pelan, air mata mengalir di pipi pucatnya, bibirnya bergetar mengatup erat.

Tharn merengut, lebih menunduk untuk mengangkat Gulf, nada bicaranya pun melembut. "Apa tubuhmu merasa tidak nyaman? Bagian mana?"

Gulf reflek menggelengkan kepalanya. "Tidak ada.. tidak ada yang tidak nyaman."

Meski berkata seperti itu, nyatanya tubub Gulf tidam bisa bertahan lebih lama lagi. Saat Tharn menggendongnya kembali ke atas, ia tidak bisa menahan diri untuk tetap terjaga dan memejamkan mata.

Kesalahan pemahaman Tharn sudah terselesaikan, sikapnya pun membaik pada Gulf, dengan perlahan menaruh Gulf kembali ke tempat tidur, dan dengan intim menyelimutinya.

"Aku pergi bekerja dulu ke kantor, nanti asistenku akan membawakanmu obat penurun panas, setelah makan dan istirahat kau akan baik-baik saja."

Gulf sepertinya sudah tidak sadarkan diri, entah ia mendengarnya atau tidak, Tharn tidak menunggunya untuk menjawab dan berbalik pergi.

Saat sampai di pintu kamar Tharn mendengar rintihan kesakitan di belakangnya, seperti hewan kecil yang tengah terluka, dengan suara halus yang lengket, juga kata-kata yang tidak terlalu jelas.

"Phi Tharn.. aku.. dingin.. Phi.."

Hanya saat Gulf dalam keadaan tidak sadar seperti ini baru ia berani mengeluh kepada Tharn. Berharap Tharn akan memeluknya dengan hangat.

Tharn berhenti dan tanpa sadar berjalan kembali untuk melihat kalau lelaki di atas ranjang dalam keadaan tidak sadar, tapi kedua alisnya menekuk bergetar hebat, dan wajahnya dipenuhi air mata.

Seperti sedang sangat kesakitan.

Normal jika seseorang bermimpi buruk saat dalam keadaan demam dan koma, ia tidak punya alasan untuk melemahkan hatinya, dan seharusnya langsung beranjak pergi. Tapi ternyata, setelah ragu-ragu beberapa saat, ia memutuskan kembali duduk di sisi ranjang, memandang Gulf kasihan, dan perlahan matanya yang sebelumnya dingin kini melembut.

Ia menunduk dan perlahan tangannya mengusap tetesan air di ujung mata Gulf. "Berapa umurmu? Bagaimana bisa kau menangis separah ini?"

Seperti merasakan sesuatu, tangan Gulf perlahan meraih jemari Tharn. Namun hanya seperi menyentuh, gerakannya sangat lemah, kau bisa langsung menepisnya dengan sekali jentikan. Bulu matanya bergetar kesulitan dan bibir keringnya gemetar.

"Aku akan menurut.."

"Phi Tharn.. jika tidak.. tidak.. jangan tidak menginginkanku."

Hati Tharn tersentuh tanpa bisa dijelaskan, dan ia menekuk alisnya, berkata, "bodoh."

Little Fool GulfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang