Part 16 : Hanya Asisten

725 78 4
                                    

Kata-kata Gulf dipatahkan begitu saja oleh Tharn, tidak lagi bisa bicara, ia menundukkan kepalanya, sedih. Ia menahan setiap kata miliknya jauh didalam hatinya, dan hanya keluar menjadi air mata di ujung matanya.

"Aku tidak...."

Tharn mengejek. "Kau juga tahu kalau mustahil aku menikahimu, itu sudah final, dan anak ini akan terlahir dengan status diluar nikah. Keberadaannya hanya akan mencoreng nama keluarga Kirigun.

"Jika dia benar-benar idiot sejak lahir, apa kau akan bertanggung jawab merawatnya seumur hidupmu?"

"Jika kau akan mempertahankannya, bagaimana kau akan memberinya makan?"

Gulf memandang Tharn dan berbisik. "Aku.. aku bisa keluar untuk bekerja..."

Jika satu pekarjaan di satu tempat tidak cukup, maka bisa dua..

Di dalam kesadaran Gulf, memiliki anak adalah hal yang belum bisa ia bayangkan. Ia bahkan tidak mengerti bagaimana ia bisa mengandung. Tapi setelah mendengarkan dokter di ruang operasi, dia secara insting merasa senang, sangat senang hingga terburu-buru keluar untuk berbagi dengan Tharn. Tidak menyangka kalau ternyata Tharn tidak menyukai anak ini.

Wajah datar Tharn saat ini sangatlah dingin, watak layaknya seorang CEO di perusahaan besar. Seorang Milyarder. Ia sangat kasar kepada anak bodoh didepannya, bisa lebih, hingga taraf kejam.

"Apa kau tahu berapa banyak biaya untuk membesarkan seorang anak?" Katakanlan pemeriksaan rutin saat kehamilan, belum nanti biaya persalinan dan kamar inap? Akan lebih dari 100juta di ibukota seperti ini. Apa kau punya uang?"

Gulf tidak punya, beberapa ratus ribu sisa uangnya adalah yang ia terima dari Type.

Gulf kemudian menggenggam pakaian Tharn. "Aku.. tidak ingin masuk ke dalam."

Tharn hampir tertawa. "Kata-kata bodoh apa yang kau ucapkan?"

"Aku memerintahkanmu, sekarang juga, untuk masuk ke dalam, dan menyingkirkan anak itu, atau kau tidak akan pulang bersamaku."

"Ikuti aku!" Tharn tiba-tiba menarik Gulf menuju ruang operasi.

Gulf selama ini selalu patuh, namun saat ini ia tidak ingin kemanapun, menolak untuk bergerak dari tempatnya. Dengan putus asa melawan, berusaha melepaskan tangan yang mencengkeram pergelangan tangannya.

Bulir-bulir besar airmata berjatuhan, menangis histeris,..

"...Jangan.. Phi Tharn jangan.."

"Kumohon Phi.."

"Jangan melakukannya."

Tharn berhenti dengan kesal. Untuk sesaat tidak ada yang bisa ia lakukan terhadap Gulf yang tidak menurut. Merengut kepadanya.

"Kau benar-benar tidak ingin pulang bersamaku??"

"Ingin.. aku ingin pulang.." Gulf gemetar menatap Tharn, air mata kembali menetes dari mata kanannya.

"Kalau begitu, menurutlah."

Tharn mencoba menarik Gulf ke dalam ruang operasi lagi. Menarik paksa lebih kasar, membuat pergelangan tangan Gulf terluka. Ia akhirnya tersandung hingga membentur perutnya, sakit yang dirasakannya amat menyengat.

"Ah.." Gulf meringkuk memegang perutnya, wajahnya memucat.

Tharn terkejut, tanpa sadar melepaskan genggamannya, "ada apa denganmu?"

"Perut.. perutku sakit.." Gulf kesulitan membuka mulutnya.

"Sial, kau akan baik-baik saja kalau kau patuh." Tharn mengomel padanya, menggendongnya kembali ke ruang rawat.

Dokter datang untuk memeriksanya, terdapat sedikit pendarahan. Setelah mempertimbangkan beberapa saat, jelas-jelas dokter memandang Tharn. "Bukankah kau sudah mengerti untuk lebih berhati-hati di trimester pertama? Sejak kau akhirnya memutuskan untuk mempertahankan janin ini, jangan memperlakukannya dengan kasar."

"Tidak ada yang bilang tentang ingin mempertahankannya." Tharn dengan santai menjawabnya begitu saja.

Dokter memberikan tatapan dingin, pandangannya beralih pada anak lelaki yang kini terbaring di ranjang, merengut, kemudian pergi tanpa bersuara lagi.

Bagaimanapun juga, ia tidak bisa ikut campur menangani konflik rumah tangga dari pasien.

Suntikan untuk melindungi janin mengandung banyak progesteron, segera setelah bereaksi, Gulf merasa pusing dan mengantuk, tapi ia memaksakan membuka mata, tidak berani untuk tertidur. Menahan kelopak matanya, ia memandang Tahrn. Mengumpulkan keberanian dan memanggil Tharn lebih keras dari biasanya.

"Phi Tharn.."

"Ada apa?" Tharn tidak memberikan sikap ramah.

"Aku ingin pulang.." mata Gulf memerah. Takut jika ia terlelap, Tharn akan meninggalkannya.

"Bagaimana kau bisa pulang dengan keadaan seperti ini?" Jawab tharn, suaranya berat dan raut mukanya dingin.

Gulf menyusutkan badannya, beberapa kedipan mata dan air matanya jatuh lagi. "Aku akan patuh, akan menurut, dan tidak akan membuat masalah lagi.."

Tharn menatapnya dengan raut datar. "Kau sudah membuat masalah untukku sekarang ini.."

"Kau boleh mempertahankan anak itu, tapi anak itu tidak ada hubungannya denganku. Keluarga Kirigun tidak akan mengakuianya, dan ia tidak akan pernah bisa memanggilku ayah di masa depan."

"Dan kalau Type bertanya kepadamu, kau akan menjawab tidak tahu siapa ayah dari anak itu, dan kau hanya asisten di rumahku. Kau mengerti?"

Hidung tinggi Gulf berkedut, sangat sedih dan ingin menangis, tapi ia menahannya dan dengan patuh menjawab,

"Aku mengerti.."

Tbc!

Vote&Komen!

Vote&Komen!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Little Fool GulfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang