Part 3 : Salah Dengar

937 93 6
                                    

Gulf mengurungkan kembali keluhan yang sudah sampai pada ujung mulutnya dengan susah payah. Tapi Tharn tidak tahan untuk memandang ujung mata lembutnya. Tatapan matanya yang memerah dipenuhi kesedihan dan ketakutan.

Tharn mengatakan bahwa ia menyukainya, tapi kenapa, ia selalu membuatnya terluka.

Jenis tatapan seperti itu, siapapun tidak akan tega melihatnya, tapi Tharn dengan wajah dingin menyingkap kain yang dikenakannya.

Yang akan terjadi selanjutnya, Gulf sangat mengerti, selama setahun ini bersama, Tharn suka melakukan ini padanya, jika ia nenolak, sudah pasti Tharn tidak akan bisa mengontrol emosinya.

Dan akhir-akhir ini Tharn semakin tidak sabaran dengannya. Dan hanya sesaat setelah melakukan hal-hal seperti ini Tharn kemudian baru akan puas.

Dalam hatinya Gulf sangat ketakutan, namun mengingat ini akan membuat Tharn senang, ia tidak pernah terfikir untuk menolak. Meski begitu nafasnya selalu tercekat, ia menghela nafas dengan kesulitan.

"Phi Tharn.."

Tharn menyukai kondisi Gulf yang patuh dan menurut.

"Semua akan baik-baik saja, it's okay, tenang dan cobalah untuk lebih santai.." Tharn mengangkat alisnya, kemudian menunduk untuk mencium dahi Gulf. Gerakannya sangat lembut, dan hangat, sangat berbeda dengan perlakuan dingin sebelumnya.

Ia tidak peduli yang Gulf rasakan, dia juga tidak peduli apakah Gulf bersedih atau bahagia, yang terpenting adalah Gulf cukup patuh dan bisa diam.

Seperti sekarang ini.

"Uh- huuh..." Beberapa saat kemudian Gulf akhirnya kembali terisak. Hanya saat suara isakannya terdengar lagi ia memaksa dirinya untuk menahannya, lagi, hidungnya serasa tersumbat, kedua alisnya menunjukkan kesakitan dan kesedihan, matanya merah dan berair.

Tharn selalu berhasil mengelabuinya.

Keesokan paginya, cahaya hangat matahari berhasil menyusup melalui kaca-kaca jendela ruangan. Di atas tempat tidur ukuran ganda yang luas, Tharn membawa lelaki kurus di hadapannya dalam pelukannya, tertidur dengan nyenyaknya.

Dengan pose seperti anak kecil yang memeluk boneka teddy bear kesukaannya, kedua tangan dan kakinya merengkuhnya erat, membuat pihak lainnya merasa tidak nyaman.

Sudah jelas, Tahrn tidak menyukainya, tapi entah kenapa ia terbiasa selalu melakukan hal ini.

Gulf hanya berasa seperti bongkahan batu besar menekan dadanya, ia kesulitan bernafas ataupun membebaskan diri. Kedua alis indahnya tertekuk kesakitan, dan setelah beberapa saat, ia membuka matanya dengan tatapan kosong.

Memutar kepalanya mengikuti sepanjang lengan yang merengkuhnya, ia menemukan wajah tampan dalam pandangannya. Merasakan nafas Tharn yang teratur, membuat detak jantungnya sesaat tercekat berhenti.

Phi Tharn adalah laki-laki tertampan di dunia. Ini adalah fakta yang Gulf yakini dalam hatinya.

Beberapa laki-laki tidak memperhatikan tatanan rambut ataupun penampilan detail fisiknya, tapi Tharn berbeda, ia benar-benar merawat penampilannya.

Ia memiliki wajah lebih cerah dari wanita, dengan bentuk muka lebih tajam, lebih sering memakai setelan warna hitam, bulu matanya jelas terlihat lentik saat tertawa. Wajahnya secara utuh terlihat menakutkan, tapi tidak terpungkiri kalau wajahnya adalah kualitas superstar internasional, dan ia sendiri adalah pimpinan perusahaan entertainment besar di Thailand.

Gulf selalu mengaguminya, Phi Tharnnya yang tampan dan memiliki kemampuan luar biasa kuat, mengelola perusahaan sebesar itu.

Diwaktu yang sama, ia tidak bisa mengontrol rasa takutnya padanya.

Karena Phi Tharn selalu galak padanya.

Hanya diwaktu seperti saat ini, adalah saat-saat Phi Tharn seperti paling mudah untuk didekati.

Phi Tharn juga memiliki wajah yang halus, Ia tidak menemukan satu pori-pori pun yang terlihat. Nafasnya sangat tenang, tidurnya terlihat sangat damai. Meski lengan yang merengkuhnya masih membuatnya merasa tidak nyaman, tapi ia tidak ingin merusak momen indah saat ini.

Sepertinya, selama ia bisa memandang Phi Tharnnya seperti ini, semua sakit yang dirasakannya seketika hilang.

Phi Tharn.. sungguh aku sangat menyayangimu..

Bisiknya dalam hati.

Sesaat setelahnya, Tharn yang masih tertidur tiba-tiba mnegernyitkan dahinya. Bibir pucatnya sedikit terbukan, menggumamkan sebuah nama..

"Type.."

Gulf tertegun.

Tharn segera membuka matanya, dan setelah melihat lelaki di depannya seketika kekecewaan jelas terlihat pada matanya. Ia langsung menarik tangan dan kakinya kembali. Menyadari dirinya tidak bisa bernafas dengan baik.

"Apa yang kau lakukan memandangku seperti itu?"

"A.. aku.." ketahuan menatapnya, Gulf tersipu malu, dan masalah lamanya, tergagap ketika gugup, muncul lagi.

Tharn paling terganggu dengan penampilan bodoh Gulf seperti ini, tidak menyia-nyiakan waktu untuk melihatnya lagi ia terduduk, meraih ponsel pada nakas di sampingnya.

Menunjukkan pukul 08.00.

Setelah bangun, mandi, dan berpakaian, Tharn berdiri di depan cermin, merapikan dasinya. Memerintahkan Gulf, yang saat ini berdiri pada ujung tempat tidur di belakangnya, yang tidak tahu harus melakukan apa.

"Mulai hari ini, kau tinggal di rumah dan jangan berkeliaran kemana-mana. Bibi Chen izin pulang kemarin, jadi kau adalah asisten di rumah ini sekarang, kau harus menjaga kebersihan rumah ini, menyiapkan makan malam hangat, dan menungguku pulang, kau mengerti?"

"Aku.. mengerti." Gulf menganggukkan kepalanya dengan patuh dan memberikan jawaban lirih.

"Hmm.." Tharn kembali berfikir, dan menambahkan beberapa kalimat lagi. "Juga sebelum bibi Chen kembali, kau tidak boleh bermalas-malasan dan tertidur seperti tadi, kau harus bangun pagi untuk menyiapkan sarapan."

"Baik.." Gulf menatap jemari kaki putihnya, dan tidak tahu harus berfikir apa.

Tharn sangat puas dengan jawabannya, ia tidak terlalu peduli dengan anak bodoh ini. Setelah Type pulang dari studinya di luar negeri nanti, dan Tharn mendapatkan hatinya, anak laki-laki ini tidak akan berguna lagi untuknya. Tapi untuk saat ini, ia hanya tidak ingin dia pergi keluar rumah dan berinteraksi dengan orang lain, cukup Gulf untuk dirinya sendiri.

Setelah melihat pakaiannya rapi, Tharn sekilas memandang Gulf. "Aku pergi bekerja."

Gulf menahan nafasnya, mendongak untuk menatap Tharn. Ia menekan-nekan jemarinya.

"Phi Tharn.."

"Huh?" Tharn balik menatap.

Gulf ragu-ragu, ujung matanya sedikit memerah. "Sebelum Phi bangun tadi, Phi seperti menyebut nama adikku... kalian berdua.."

"Kau hanya salah dengar." Tharn memotongnya.

Tbc!

Jangan lupa Vote&Komen! :)

Jangan lupa Vote&Komen! :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Little Fool GulfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang