Part 9 : Darah

803 87 4
                                    

"Juga, jangan memanggilku Nong, aku tidak sedekat itu denganmu untuk memanggil Phi atau Nong.."

Type melontarkan kata-kata dengan dingin.

Suara sibuk terdengar dari ponsel Gulf. Type mematikan ponselnya, rasanya seperti melukai Gulf dengan pisau tajam.

Gulf menurunkan ponsel dari telinganya, angin dingin terasa bertiup padanya, perutnya pun mulai terasa sakit lagi.

Villa di sini adalah milik kalangan atas, tidak begitu banyak orang, dan tidak bisa untuk sekedar mengobrol bersama tetangga. Saat keluar pagar ia akan sulit untuk menemukan satu bayangan pun.

Saat kau sendiri di rumah, tentu saja suasananya akan sangat sunyi.

Anak bodoh ini pun pelan-pelan terduduk bersandar pada pintu dengan menekan perut bagian bawahnya. Menutup matanya, dan menangis cukup lama disana. Pundak kurusnya bergetar tanpa henti, seperti seseorang yang telah ditinggalkan oleh dunia yang dingin ini.

Lagipula, Tharn sedang tidak ada di rumah, tidak ada yang akan memarahinya.

Sejak kecil ia bukanlah jenis orang yang akan disukai.

Saat dia anak-anak, teman-teman selalu mengejeknya si bodoh tanpa ayah. Dan saat ia bersama ibunya mendirikan tenda untuk berjualan di pinggir jalan. Orang-orang akan berbisik tentang kondisi otak dan mentalnya yang sakit. Di tempat ia bekerja, rekan kerjanya akan mengatakan hal kasar dari waktu ke waktu, mengatakan berkali-kali kalau dirinya tidak normal.

Hanya ibunya yang tulus menyayanginya, tetap mencintainya meski dirinya bodoh, saat berlari dan dengan cerobohnya terjatuh, ibunya akan meniup lukanya dan memberikan obat, mengomel padanya tapi matanya menunjukkan kalau ia sangat peduli.

Kemudian, ia bertemu Tharn.

Tharn adalah orang kedua yang tidak membenci kondisinya, dan mengatakan kalau menyukainya.

Meskipun begitu, perlakuan Tharn tidak bertahan lama, meski bodoh ia menyadari kalau Tharn telah berubah beberapa waktu terakhir.

Bahkan Tharn pun mulai membencinya..

Saudaranya sendiri juga membencinya.

Ibunya telah pergi, dan tidak ada seorangpun di dunia yang akan menyayanginya lagi.

Gulf tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu, isak tangisnya disertai sakit yang makin menjadi pada perut bagian bawahnya. Merasa sangat sakit, ia tidak berani menangis lagi.

Ie menelpon Tharn tapi Tharn langsung menolak panggilannya.

Jelas-jelas mengabaikannya.

Wajah Gulf semakin pucat dan tidak berani menelponnya lagi.

Sesuatu seperti keluar dari bagian bawahnya, rasanya panas dan lembab, saat ia melihatnya di kamar mandi, ada noda darah pada pakaiannya. Ia sedikit takut tapi Tharn tidak bersedia mengangkat teleponnya.

Uang yang ia hasilkan sebelumnya sudah diberikannya kepada Type. Belanja kemarin juga menghabiskan cukup banyak lebih dari biasanya. Ia hanya memiliki sedikit uang yang bahkan tidak akan cukup untuk sekedar memeriksakan diri ke dokter.

Gulf kembali ke kamar untuk tidur dengan perasaan tidak nyaman. Saat ia terbangun, hari sudah sangat gelap.

Setelah membuka matanya dan beberapa waktu terdiam, ia tiba-tiba bangun dan beranjak dari ranjang, ia ingat kalau cucian piring pagi tadi belum ia bereskan. Tharn sebentar lagi akan datang, jika melihatnya pasti Tharn akan memarahinya lagi.

Untungnya perutnya tidak terlalu sakit lagi, meski badannya masih terbilang lemah, ia kemudian turun ke bawah untuk mencuci wadah dan sumpit kotor, lalu memasak 4 jenis lauk dan semangkuk sayur. Setelahnya ia menelpon Tharn.

Kali ini Tharn mengangkatnya dan mengatakan kalau ia tidak akan pulang dan meminta Gulf untuk tidak menunggunya.

Gulf terdiam, berpikir Tharn tidak memegang kata-katanya, mengatakan ia harus menunggunya pulang dan memasak makan malam, tapi sekalipun ia tidak pernah pulang.

Sebelum Gulf mengatakan apapun, Tharn sudah memutuskan sambungan telepon.

Di lantai satu rumah yang cukup besar, hanya lampu dapur yang menyala, Gulf melihat di luar sangat gelap menunjukkan bahwa moster bisa saja datang sewaktu-waktu menjulurkan lidahnya untuk memangsanya.

Gulf selalu takut akan gelap, saat kecil teman-temannya menipunya dan menguncinya dalam kamar mandi semalaman tanpa cahaya lampu, saat itu sangat gelap, bahkan cahaya bulan pun tidak ada, melihat jemarinya sendiri pun ia tidak bisa. Sangat sunyi hingga ia bisa mendengar nafasnya dengan jelas.

Setelahnya ia sering mengalami mimpi buruk, bermimpi kembali pada keadaan itu.

Ia bahkan tidak berani bersuara untuk menangis, takut monster akan menemukannya, hanya air matanya terus mengalir..

Seperti sekarang ini.

Hanya saja saat itu ada ibunya yang akan memeluknya.

Ibunya juga yang telah menyelamatkannya dan membawanya pulang.

Tbc!

Jangan lupa Vote&Komen!

Jangan lupa Vote&Komen!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Little Fool GulfWhere stories live. Discover now