Part 17 : Akan Datang Beberapa Hari Lagi

671 72 6
                                    


"Baiklah.." Tharn mengangguk, kemudian mendadak berdiri, berjalan keluar.

Ia tidak mengatakan apapun lagi. Gulf pun panik dan berusaha memaksakan berdiri. "Ah.. Phi Tharn."

Tharn berhenti, namun tidak berbalik, berkata dengan dingin. "Istirahat dengan baik, dan saat kau sudah membaik, aku akan menjemputmu."

Selesai berbicara Tharn langsung pergi.

Tinggallah Gulf di kamar besar sendirian. Saat tubuhnya lemah, tentu hatinya pun juga rapuh, dan saat ini tidak ada seorangpun yang bisa diajaknya bicara. Ia memeluk dirinya lebih erat, menenggelamkan diri dalam selimut, menangis tanpa suara, dan akhirnya tidak bisa melawan dari obatnya, perlahan tertidur dengan perasaan bingung.

Saat Gulf bangun, hari sudah gelap.

Rumah sakit kedatangan pasien dari kalangan atas, dengan status cukup tinggi. Anak dari seseorang yang berkedudukan tinggi di pemerintahan ibukota. Mengalami kecelakaan mobil, dan baru saja masuk ruangan tadi malam.

Ruang kamar VIP sudah penuh, dan Gulf satu-satunya di ruang VIP yang tidak lagi perlu terlalu banyak penanganan medis, dan belum membayar biaya perawatan. Rumah sakit memutuskan untuk memindahkan Gulf ke ruang bersama, dimana satu kamar ditempati oleh dua pasien.

Saat Tharn pergi, ia bahkan belum membayar biaya pengobatan. Gulf memberikan sisa uangnya, namun sisa tagihan masih cukup banyak. Rumah sakit sudah cukup baik karena tidak mengusir keluar Gulf, hanya saja tidak terlalu memperdulikan kamar mana yang ditempati Gulf.

Untuk Gulf, ia pernah sekian lama tinggal di kamar bawah tanah. Saat ini, dengan memiliki kamar yang memiliki jendela saja sudah bagus untuknya, ia sama sekali tidak masalah. Yang ia takutkan adalah, saat Tharn kembali nanti untuk menjemputnya, ia tidak akan menemukannya, jadi setiap hari ia naik ke lantai VIP untuk menunggu disana.

Bagaimanapun juga, lima hari sudah berlalu, dan kondisinya sudah cukup sehat.

Orang yang tinggal di sebelah ranjang Gulf adalah seorang laki-laki yang sedang hamil juga. Gulf mendengar bahwa ia adalah seorang guru di sekolah menengah. Perutnya sudah sangat besar, dan memang datang ke rumah sakit untuk proses persalinan.

Suaminya mengambil cuti kerja, menemaninya siang dan malam, memberikan candaan-candaan yang menghibur, mengupaskan buah, juga memijatkan kakinya yang membengkak. Keduanya saling berbicara dan kadang bermesraan, saling mencintai dengan hangat.

Melihat keduanya membuat mata Gulf memerah, ia merindukan Tharn. Tapi Tharn bahkan tidak mengangkat ponselnya. Terakhir kali sikapnya pun semakin dingin.

"Ayo, buka mulutmu, Aaaa...."

Saat makan siang tiba, rutinitas dari pasangan tersebut dimulai, pemuda tersebut menyendok dengan hati-hati nasi dan sop pada mangkuk di tangannya, meniupnya pelan, sebelum memberikan suapan kepada kekasihnya.

Lelaki satunya menolehkan kepalanya, sedikit cemberut

"Kubilang aku akan makan sendiri."

"Aku hanya hamil, bukan lumpuh.."

Pemuda itu memberikan senyuman licik, kemudian mencium ujung bibir pasangannya, "Teacher, kau tidak boleh terlalu lelah sekarang ini, biarkan aku membantumu untuk makan."

Lelaki itu menghela nafas, tidak tega untuk marah, mengulurkan tangannya untuk meraih kepala si anak muda.

"Kau pulanglah, membuat masalah dengan keluargamu hanya karena aku tidak akan layak."

"Siapa yang berani bilang tidak layak, kau dan anak ini adalah segalanya yang aku butuhkan." Senyum dari pemuda tersebut menghilang, wajahnya kini serius.

"Meskipun aku kembali ke rumah itu, tidak akan membuat banyak perbedaan."

Lelaki satunya pun tersenyum hangat. "Aku percaya padamu." Dengan patuh menerima suapan demi suapan. Hingga ia teringat sesuatu dan mendongak.

"Btw, kau cepat berikan ini pada Gulf. Ada anak dalam perutnya, ia harus makan tepat waktu."

"Ah.. benar, aku lupa." Pemuda itu berdiri, mengambil satu lagi kotak makan di meja tempat tidurnya, kemudian membawa ke tempat tidur sebelah, Menepuk gundukan selimut di tengah.

"Phi Gulf, bangunlah, ayo makan.."

Gulf sebenarnya tidak tidur, tapi beberapa kali, untuk menghindari rasa malu, ia berpura-pura untuk tidur. Tidak seperti kamar VIP dulu, dimana perawat selalu memberikan makanan enak tiga kali sehari. Di kamar yang sekarang, tidak ada fasilitas mendapatkan makanan, pasien harus membeli atau membawa sendiri dari luar. Sedangkan Gulf sama sekali tidak memiliki uang untuk membelinya. Hari pertama ia dipindahkan ia tidak makan seharian. Orang yang sekamar dengannya, Xiao Zhan, adalah orang yang pertamakali menyadari kalau ada yang tidak beres, dan kemudian meminta kekasihnya untuk selalu membawakan Gulf makanan juga.

Gulf pun duduk dan pelan-pelan menerima kotak makanan dari pemuda tersebut. "Te.. terima kasih."

Ia tahu kalau tidak benar jika hanya selalu menerima pemberian makanan dari orang lain, tapi Tharn sama sekali tidak datang, dan ia akan sangat kelaparan.

"Sama-sama." Ucap Yi Bo tersenyum. "Kau sudah cukup membaik. Kapan kau bisa pulang?"

Gulf menundukkan kepalanya. "Beberapa hari lagi."

"Bagaimana dengan ayah dari anak ini? Kenapa aku belum pernah melihatnya datang?" Yi Bo sudah lama ingin menanyakannya.

Meninggalkan seseorang dengan pemikiran polos dan simpel sendirian seperti ini. Apa dia tidak takut kekasihnya ditipu olah orang asing?

Gulf pun tertunduk malu. "Dia.. sibuk bekerja, dia bilang akan menjemputku.. setelah beberapa hari.."


Tbc!

Maaf baru update!

Thanks yg masih setia menunggu.. :)

Jangan lupa Vote&Komen!

Yi Bo & Xiao Zhan

Little Fool GulfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang