Chapter 116 : Tidak Sadarkan Diri

667 97 37
                                    

G nyangka responya cpt bgt, thank you so so so much!! ❤ Ok sesuai janji :)
-----------------------------------------

Mengetahui kondisi pasien yang kritis dan menghalangi dokter untuk menyelamatkan orang, dengan jeratan dugaan pembunuhan berencana, semua yang terlibat dalam kericuhan di pintu keluar Mall hari itu telah ditangkap. Dan Tharn telah meminta pengacara untuk menuntut mereka semua lebih cepat, tidak membiarkan satu orang pun lolos.

Ada seorang pelayan, kasir supermarket, siswa sekolah, dll., kebanyakan dari mereka tidak mengerti hukum. Tidak memiliki pendidikan tinggi atau berada pada kelas sosial terbawah, yang tidak puas dengan hidupnya, mereka akan melampiaskan kemarahannya kepada orang lain, bodoh dan penuh kebencian.

Tapi Tharn paling membenci dirinya sendiri.

Jika ia bisa melindungi Gulf, semua ini tidak akan terjadi.

Mengetahui kalau Ia lemah, baik, bodoh, dan gampang mendapatkan bullyan, Ia masih saja tidak meluangkan waktu untuknya. Saat meninggalkannya siang itu, Ia bisa saja menghubungi orang untuk menemani dan menjaganya, tapi semuanya telah terjadi, Ia tidak bisa merubahnya.

Beberapa orang yang kebetulan lewat merekam kejadian hari itu dan mengunggah videonya di internet, menimbulkan banyak reaksi, membuat Tharn melihat dengan jelas semua yang terjadi.

Beberapa staff medis berusaha melakukan yang terbaik dengan mengelilingi Gulf, tapi tidak bisa menghentikan kejahatan orang-orang tersebut, Ia melihat darah terus mengalir membasahi bagian bawah Gulf. Layaknya malam itu, saat Ia menyingkap selimut di ranjangnya dan separuh ranjang telah basah oleh darah.

Saat itu Gulf masih tersadar, dan kata-kata kotor itu memasuki telinganya, pasti ia merasa sangat sakit dan tidak berdaya.

Apakah Ia berpikir kalau dirinya akan datang membawa air dingin dan menyelamatkannya dari api?

Tapi ia selalu mengecewakannya.

Dulu dan sekarang ini.

Di perjalanan waktu yang sepi ini, Tharn duduk sendirian di kursi, cukup lama berada di posisi yang sama. Punggungnya melengkung, tangannya menopang dahinya, tubuhnya gemetar tidak terkontrol, dan kalau saja ada orang di dekatnya, Ia akan mendengar suara nafasnya yang tidak normal, dan dia menangis.

Matanya penuh dengan darah karena tidak bisa tidur semalaman. Janggut di dagunya telah tumbuh, dan pakaiannya keriting, sepenuhnya kehilangan penampilannya sebagai seorang president direktur.

Sejak Gulf kembali mendapatkan detak jantungnya semalam, Ia telah duduk di sana, tidak berani pergi kemanapun, dan suara detak jantung pada mesin di ruang ICU membuatnya merasa tenang, tapi Ia masih merasa takut dengan waktu yang berjalan setelahnya.

Sebelum keluar dari masa kritis, Gulf bisa meninggalkan dunia ini kapan saja.

Di bangku sebelah Tharn tergeletak ponsel hitamnya, layarnya menyala, berhenti pada gambar Gulf saat akan dimasukkan ke ambulans.

Anak bodoh itu jelas-jelas seorang korban, tapi komentar di bawahnya masih saja menyerangnya, kata-kata mereka sungguh buruk, sudah seharusnya orang ketiga untuk mati, sudah takdirnya untuk jatuh dan menerima akibat dari perbuatannya, sudah selayaknya ia berada di rumah sakit, semua adalah hal yang pantas ia dapatkan, karma untuknya.

Apakah ini sebuah karma?

Kalau saja karma itu ada, kenapa bukan dirinya yang terbaring di sana?

Gulf tidak melakukan kesalahan sedikitpun dari awal hingga akhir, satu-satunya kesalahannya adalah tidak seharusnya jatuh dalam perangkapnya dan jatuh cinta kepadanya.

Little Fool GulfOnde histórias criam vida. Descubra agora