Chapter 117 : Terbangun

564 97 23
                                    

Baru sadar kalau author pun rindu dengan cerita ini :'), Happy reading!
-------------------------------

Lelaki yang terbaring di ranjang masih tertidur dengan tenang, seakan tidak tertarik dengan semua kata-katanya.

Akhir-akhir ini, Tharn banyak menemani Gulf, yang dikatakannya, kebanyakan adalah hal-hal sepele sehari-hari. Ia memuji makanan yang dimasaknya sangat lezat, saat ia memakai apron terlihat sangat manis, sebenarnya, ia sama sekali tidak bodoh, dapat membersihkan seluruh rumah dengan baik. Hal-hal yang sebelumnya dianggapnya remeh, bahkan tidak memerlukan keberadaannya, tapi kini Ia tidak bisa hidup tanpanya.

Pakaian ganti Gulf spesial dipilih oleh Tharn saat Ia pulang. Berharap Gulf bisa segera memakainya saat sadar dan membaik nanti.

Setelah anak bodoh ini kembali, lemari yang dipakainya masih saja sangat sedikit, terlalu sederhana, saat dia bangun nanti, ia harus menambahnya, menggantung lebih banyak pakaian untuknya, kalau dia tidak menyukainya, Ia bisa secara personal membawanya pergi untuk membelinya bersama.

Saat memilih diantara pakaian di lemari, Tharn tidak sengaja melihat dua kaos identik, terlipat rapi pada bagian paling bawah, seakan takut akan ditemukan.

Corak grafiti di depannya cukup familiar, tapi ia yakin tidak pernah melihat Gulf memakainya, kemudian tertegun beberapa detik, tiba-tiba ingat, kalau ini adalah hadiah Gulf, untuk ulang tahunnya tahun lalu.

Bagaimana dia meresponnya saat itu....?

Tharn mengeluarkan dan melihatnya, dan membuangnya ke lantai seperti sampah, dan dia tidak mengingat dengan pasti apa yang dikatakannya, tapi pasti adalah kalimat yang sulit Ia dengar.

Ternyata, ini adalah kaos pasangan.

Gulf tidak pernah bercerita tentang ini kepadanya. Saat memberikannya kepadanya, Ia hanya melihat bagian kaos miliknya saja.

Ia mengingat hari itu hujan deras, dan saat tidak sengaja bertemu dengannya di Mall, Ia sedang bersama Type, dan agar hubungan keduanya tidak diketahui oleh Type, Ia pura-pura tidak mengenalnya.

Saat itu Tharn hanya merasa Gulf menghalangi jalannya, memberinya kesulitan, apa sulitnya diam di rumah, kenapa harus berkeliaran di luar.

Meski kemudian mengerti kalau Ia pergi ke toko dengan brand yang cukup tinggi untuk membelikan hadiah untuknya, Ia tetap saja tidak menghargainya.

Anak bodoh itu menggenggam hatinya yang lembut di tangannya, dan memberikannya kepadanya, dan Ia dengan tega membuangnya ke tanah, menginjaknya hingga hancur dan berdarah.

Tidak heran ujung matanya selalu memerah.

Di musim dingin sekarang ini, Tharn melepaskan semua yang dikenakannya, dan memakai kaos yang selama ini diabaikannya.

Sangat pas dengannya, hanya menunggu Gulf untuk siuman, dan saat musim panas nanti, Ia bisa memakai ini bersamanya, menggenggam tangannya di jalan dengan bangga, tidak akan lagi membiarkannya sendirian di rumah.

Tidak hanya satu set ini, Ia harus membeli banyak set lagi dan memakainya bersama bergantian.

Semua kata-kata ini diutarakannya kepada Gulf, tapi Gulf masih mengabaikannya.

Tharn sangat cemas, sebelumnya Ia bisa mengancam Gulf dengan keji, jika Ia tidak melakukan hal yang diinginkannya, Ia akan mencari cara untuk membullynya, kini Ia hanya bisa menyesalinya.

Tidak ada yang bisa dilakukannya kecuali dengan sabar membujuknya.

Meski masih ada harapan, tapi kekecewaan dialaminya setiap hari. Rasanya sangat menyakitkan.

Little Fool GulfWo Geschichten leben. Entdecke jetzt