Chapter 89 : Surat

902 115 36
                                    

Bunyi nada sibuk terdengar di ponsel Tharn, lawan bicaranya telah memutuskan sambungan telepon.

Tharn menyandarkan tubuhnya di kursi belakang mobil, meletakkan ponselnya, menutup matanya dan mencoba menyusun pikiran di kepalanya yang berantakan.

Kalau anak bodoh itu benar-benar memiliki perasaan kepada Bright, orang ini pasti akan bangga, dengan latar belakang dan semua yang dimilikinya, lebih dari cukup untuk bersaing dengannya.

Jadi, tidak ada alasan untuknya berbohong padanya.

Ternyata anak dalam perut Gulf benar-benar miliknya, anak yang dengan sekuat tenaga Gulf lindungi bahkan dengan hidupnya, dan ia selama ini telah salah paham kepadanya.

Mengingat kembali mata anak bodoh itu yang penuh dengan keputusasaan dan kesedihan, Tharn hanya merasa hatinya sangat tertekan, ada rasa sakit disana.

Tapi, apa yang terjadi dengan foto dari orang tidak dikenal itu?

Ada juga rekaman dari Bright Vachirawit, kalau itu bukan rekaman kemesraan mereka lalu apa?

Tenggorokan Tharn rasanya tercekat, alisnya menekuk, dan hatinya seketika dipenuhi dengan lebih banyak perasaan cemas, dan yang terpenting saat ini adalah menemukannya terlebih dulu.

Gulf tidak berada di tempat Bright Vachirawit, ia juga tidak memiliki saudara di pusat kota, kemana ia bisa pergi?

Apa ia masih memiliki sisa uang bersamanya?

Saat berada di sisinya, ia bahkan kesulitan untuk makan cukup..?

Hingga perlu menerima roti sisa setiap hari untuk memenuhi rasa laparnya, kenapa ia tidak pernah mendengar Gulf mengatakannya?

Awalnya ia hendak memberikan dua juta, tapi Gulf menolaknya, mengatakan kalau satu setengah juta sudah cukup, dan ia pun merasa kalau itu benar cukup.

Terakhir kali, saat ia mengandung dan biaya memeriksakan kandungannya melebihi gajinya, ia bertanya untuk meminjam uang darinya.

Sebenarnya, Tharn sama sekali tidak berniat merundungnya dengan membiarkannya kesulitan keuangan, tapi ia takut Gulf akan meninggalkannya karenanya melakukan metode seperti itu, dengan meminjamkannya uang.

Setelah itu ia langsung memberinya duapuluh juta, dengan kebiasaan alami berhemat Gulf, tentu itu akan cukup untuk waktu yang lama, bagaimana bisa itu tidak cukup bahkan untuk dirinya makan?

Tidak heran tubuhnya sangat kurus, hanya perutnya yang terus bertumbuh, dan bagian tubuhnya yang lain menjadi semakin dan semakin ramping.

Dua jam kemudian, penerbangan menuju Thailand akhirnya berangkat, dan Tharn tidak pernah ingin pulang sesegera dan secemas sekarang ini.

Saat anak itu ada di sisinya, ia selalu mengabaikan dan meninggalkannya.

*

Musim dingin disana sangatlah pendek, hari sudah gelap saat jam menunjukkan pukul enam, angin di luar sangatlah dingin, bagaimana bisa bertahan lama di luar dengan cuaca sedingin ini. Meski memakai baju tebal rasa dingin masih sangat terasa seperti pisau dingin telah nengikis wajahnya.

Toko mie di pinggir jalan begitu kecil tapi sangat hangat di dalamnya, dan kursi disana sangat penuh dengan orang. Mie daging dengan kuah menghangatkan perut dan tubuh orang-orang yang memakannya, dan pintu kaca memisahkan dua dunia tersebut.

Seorang lelaki dengan memakai katun tua berdiri di luar pintu, ragu-ragu untuk sejenak, merentangkan tangannya yang berwarna biru karena membeku dan membuka pintu, dan entah bagaimana berjalan masuk dengan kikuk. Menemukan meja kasir dan bertanya.

Little Fool GulfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang