Part 13 : Tidak Akan Berani Mengulangi

671 75 3
                                    

Saat ini, sudah lebih dari jam 11 malam,  pertokoan mulai tutup, hanya beberapa orang yang masih ada di jalanan, dan mulai mempercepat langkahnya untuk pergi.

Lampu jalanan berkedip, suasanya sangat sunyi, hingga yang terdengar tinggal suara hembusan angin, dan sesekali suara mobil yang masih lewat. Gulf terduduk di ujung depan toko pakaian di ujung jalan, meringkuk dengan posisi yang terlihat tidak nyaman. Ia mengubur wajahnya diantara kedua lututnya, tubuh kurusnya menggigil karena kedinginan.

Ia tidak bisa pergi kemanapun.

Tidak bisa menginap di penginapan atau hotel karena tidak membawa kartu identitas, tidak menemukan taksi yang lewat juga.

Saat ponselnya berdering, Gulf mengira kalau mungkin ia sedang bermimpi. Antara sadar dan tidak ia mengangkat teleponnya, membawanya ke telinganya, dan suara yang dalam penuh kemarahan terdengar dari sana.

"Kemana saja kau? Dimana kau sekarang?"

Gulf tertegun, dan setelah memastikan ia tidak salah dengar, matanya, yang sedari tadi sudah menangis dan sembab, mulai memanas, kristal air mata pun berjatuhan, bibirnya bergetar dan berbisik. "Phi Tharn.."

"Dimana kau? Kemana kau berkeliaran di jam larut malam seperti ini?!" Tharn sangat tidak sabaran.

Gulf ketakutan oleh teriakan Tharn, air matanya makin deras berjatuhan, kemudian menjawab dengan takut-takut. "Aku.. aku tidak tahu ini dimana.."

"Adakah penanda khas di bangunan sekitar sana, atau tulisan logo? Papan nama dari toko tertentu?" Tharn menahan amarahnya.

"Ada.. ada banyak toko.." Gulf melihat sekelilingnya. "Tapi aku tidak bisa membacanya."

"Kalau begitu kirimkan padaku foto dimana kau berada." Ucap Tharn.

"Aku.. ponselku tidak memiliki kamera.. tidak bisa mengambil foto.."

Tharn lalu ingat kalau ponsel yang digunakan Gulf adalah ponsel sangat tua yang bahkan tidak memiliki fitur kamera.

"Sial! Kau, sudah bodoh, berani berkeliaran! Siapa yang memberimu keberanian, ha!"

"Jangan bergerak sedikitpun dari sana!"

Dengan wajah gelap, Tharn mematikan teleponnya.

Setelah menghubungi salah satu anak buahnya untuk melacak ponsel Gulf, Tharn berhasil menemukan lokasinya. Sekitar 45 menit kemudian, Maybach hitam berhenti di ujung jalan.

Gulf duduk di bawah sana terlalu lama, kakinya sudah mati rasa, dan perutnya terasa beku, ditambah lagi ia belum makan terlalu banyak, sudah pasti sakit dan kram. Ia melihat pria tinggi keluar dari mobil, berjalan dengan langkah penuh momentum, namun ia gagal saat berusaha berdiri.

Tharn berdiri di sana dengan tatapan merendahkan. Dengan masam mengatakan, "Tidak juga berdiri? Kau ingin tidur disini?"

"Aku.. aku tidak bisa berdiri." Gulf memandangnya.

Tharn merengut dan membungkuk untuk mengangkat Gulf, kemudian berjalan ke arah mobil dengan wajah gelap.

Gulf dengan patuh meraih leher Tharn, memandang sisi wajah persegi Tharn, dan berbisik, "Phi Tharn.. kupikir.. Phi tidak menginginkanku lagi.."

"Kapan aku berkata seperti itu?"

Tharn membuka pintu mobil, menurunkan Gulf di kursi penumpang, membantunya memasang sabuk pengaman.

Sepanjang jalan sangatlah hening, saraf di tubuh Gulf serasa menegang, tidak berani bergerak sedikitpun, Tharn yang sedang marah terlihat sangat menakutkan. Ia pun tidak berani mengatakan kalau tubuhnya terasa sakit.

Setelah berkendara hingga sampai di perumahan Villa, sebelum turun dari mobil, Tharn melarang Gulf untuk bergerak dan diam di tempat. Tharn kemudian berjalan memutari mobil dan membuka sisi pintu tempat Gulf berada, menggendongnya lagi langsung menuju lantai atas.

Tubuh Gulf diletakannya di atas kasur, dan saat Tharn mulai menjamah dan menciumnya dengan kasar, Gulf mengerti apa yang Tharn akan lakukan. Setelah berhasil melepaskan diri dari ciuman Tharn dan bisa bernafas, Gulf pun mendorong Tharn keras, memohon untuk dimaafkan. Dengan suara menagis..

"Phi Tharn, jangan.."

Kalau saja Tharn peduli sedikit saja, ia akan melihat kalau wajah Gulf sungguh terlihat tidak baik, bibirnya pun pucat.

Bagaimanapun ia hanya memandangnya dengan tatapan tajam dan dalam, dengan mata yang berapi-api, terbakar oleh nafsu. Tidak ada yang bisa menahannya.

"Aku mengiginkanmu."

Gulf tidak pernah bisa menolak tharn. Entah dengan tipu rayu ataupun ancaman, ia akan dimangsa hingga habis oleh Tharn.

Hubungan intim malam ini penuh dengan kemarahan dan Tharn melepaskan seluruh ketegangannya, Gulf terlempar hingga wajahnya terlihat menyedihkan, dan selesai melakukannya, perut Gulf terasa semakin sakit.

Gulf melihat punggung Tharn, ia kedinginan tapi tidak berani memeluknya, hanya meringkuk dan berbisik.

"Phi.. Apakah Phi Tharn.. sangat menyukai adikku?"

Setelah melepaskan amarahnya, Tharn merasa puas dan tidak terlalu peduli dengan orang di belakangnya, menarik selimut menutupi tubunya, ia memejamkan matanya dan dengan dingin berkata.

"Kau tidak perlu ikut campur dengan hubunganku dengannya, tidurlah."

"Masalah hari ini sudah selesai, dan kalau nanti kau berani memprovokasiku lagi hingga marah, aku tidak akan melepaskanmu semudah ini."

Bulu mata lentik Gulf bergetar, bulir-bulir keringat dingin terlihat di dahinya, sakit yang dirasakannya membuat pikirannya yang setengah sadar semakin dan semakin bingung, ia pun otomatis tanpa sadar meminta maaf.

"Ya.. iya.. Baik.. maafkan aku Phi.. aku hanya merasa.. sudah lama tidak bertemu denganmu.."

"Aku.. bosan sendirian di rumah.. tidak ada orang yang bicara kepadaku.. aku hanya.. sedikit takut.. dan tidak bisa menahan diri untuk.. pergi kepadamu.."

"Phi Tharn.. jangan marah.. aku berjanji tidak akan..

Gulf kebingungan menyelesaikan kalimatnya. Ia berhati-hati mengulurkan tangannya, menggenggam sedikit ujung pakaian Tharn.


Tbc!

Jangan lupa Vote&Komen! :)

Jangan lupa Vote&Komen! :)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Little Fool GulfWhere stories live. Discover now