Chapter 108 : Nyawa Seseorang

842 91 27
                                    

Halo untuk yg langsung baca, seperti biasa author blm sempat edit.

Satu lagi, ada yang ingin author tanyakan berkenaan wattpat, akhir desember lalu setelah update wattpad ini jd lemot bgt, tp skrg sudah membaik meski masih lebih lemot drpd sblum di update dulu, dan januari ini spertinya ada update lg yg author blm brani instal, takut tambah bug, pertanyaannya, adakah yg sudah update januari ini? Bgmn pengalamannya setelah update?

Mohon sharingnya untuk pertimbangan author :')
----------------------------
.
.
.

"...terimakasih." Gulf sedikit bingung.

Ia pergi pada malam hari saat itu di tanggal 15, berpikir tidak akan pernah menginjakkan kaki disini lagi, ia tidak menyangka hanya seminggu kemudian, ia sudah kembali.

Rumah ini masih sama, ia pernah tinggal di basement disini, tinggal di kamar pembantu, di ombang ambing kesana kemari, dan akhirnya kembali ke kamar utama milik Tharn.

Tapi ia selalu merasa bahwa sesuatu telah berubah, mungkin karena perasaannya telah berubah juga. Sebelumnya, ia terbiasa berpikir kalau ini adalah tempat tinggalnya, sekaranng melihat sekelilingnya, ia merasa aneh dan asing, dan merasa ia tidak akan lama tinggal disini.

Mungkin karena bayinya sebentar lagi akan lahir, karenanya ia jadi suka berpikiran liar.

Tapi kebiasaan adalah sesuatu yang sulit untuk dirubah. Pagi berikutnya, matahari belum terbit tapi Gulf sudah terbangun, perlahan ia memindahkan tangan yang berada di tubuhnya untuk bangun. Tharn yang kebingungan kembali menariknya dalam pelukan, dan bertanya apa yang ingin ia lakukan, Gulf mengatakan ingin menyiapkan sarapan.

Tharn mengeratkan pelukannya dan tidak membiarkannya pergi, jelas masih mengantuk. Setelah beberapa saat ia pun mengangguk dan mencium dengan tepat di dahinya, mengatakan bibi akan menyiapkannya dan membiarkannya untuk melanjutkan tidur.

Urusan perusahaan telah menumpuk, meski Tharn ingin selalu menempel pada istrinya, ia harus pergi bekerja. Bangun tepat waktu pada jam 8, pergi ke bawah untuk sarapan dan kemudian pergi ke kantor.

Sedang Gulf masih terlelap dalam mimpinya. Tharn tidak membangunkannya, orang hamil memang lebih banyak mengantuk, normal untuknya tidur dan kembali tidur lagi, ia sebelumnya memperlakukannya dengan sangat kasar, membuatnya sangat inferior dengan sikapnya yang seperti binatang buas.

Ia memerintahkan khusus kepada nanny di rumahnya agar tidak mengganggunya, dan membiarkannya tidur selama yang ia mau.

Bagaimanapun, sekitar jam 9 Gulf sudah terbangun, bibi wang dengan hangat menyiapkan sarapan untuknya, mengatakan kalau suaminya pergi bekerja, dan mengatakan padanya untuk menunggunya di rumah, dan kalau Gulf ingin berbicara kepadanya ia bisa menelfonnya dengan video call, kalau Gulf ingin keluar, ia bisa mengatakan padanya dan ia akan mengirimkan sopir untuk mengantarnya.

Tharn meninggalkan ponsel model paling terbaru untuknya, dengan berbagai aplikasi sudah tersedia dan siap dipakai, mesin tua milik Gulf yang lama sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan ini. Tapi ia tidak pernah ponsel sebagus ini, ia juga kurang bisa membaca, membuatnya mungkin tidak akan bisa menggunakannya sama sekali.

Tapi ternyata, sesuai instruksi Tharn, bibi Wang mengajarinya sedikit demi sedikit dengan sabar, mengajarinya menambahkan Tharn dalam chat.

Pengetahuan dasar tentang cara memberikan panggilan telepon sudah Gulf pelajari, hanya sedikit nomor yang bisa tersimpan disana, hanya Tharn dan Type, nomor Bright telah lama hilang bersamaan dengan hilangnya ponselnya, ia berpikir kalau lain kali bertemu dengan Phi Bright ia harus menanyakannya lagi, ia kemudian dengan semangat meminta bantuan bibi Wang untuk menambahkan beberapa nama lagi meski dengan nomor yang masih kosong.

Little Fool GulfWhere stories live. Discover now