37. Membahas Masalah Jungkook

1.5K 220 34
                                    

[Kampus]

Jungkook sudah berada di lapangan bersama dengan kesembilan sahabatnya. Sejak kedatangan Jungkook, kesembilan sahabatnya itu setia menemaninya dan juga mengajaknya bicara. Bahkan mereka juga menatap khawatir Jungkook, terutama Yugyeom dan Bambam.

"Kook," panggil Eunwoo.

Jungkook melihat kearah Eunwoo. Dapat Jungkook lihat, Eunwoo yang menatap khawatir padanya.

Setelah puas menatap Eunwoo. Jungkook menatap wajah sahabat-sahabatnya yang lainnya. Sama seperti Eunwoo. Sahabat-sahabatnya yang lainnya juga menatap khawatir dirinya.

"Jangan tatap aku seperti itu. Aku baik-baik saja," ucap Jungkook.

"Terima kasih kalian semua sudah mengkhawatirkan aku. Tapi sungguh. Aku baik-baik saja," ucap Jungkook lagi.

Mendengar perkataan Jungkook yang mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja membuat mereka menghela nafas pasrah. Tapi tidak dengan Yugyeom dan Bambam. Mereka berdua tahu bagaimana watak asli dari sahabat kelincinya itu.

"Mulut berkata baik-baik saja. Sementara wajah tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya," sindir Bambam.

Mendengar sindiran dari Bambam membuat Jungkook mendengus kesal.

"Tahu apa kamu tentang aku," ujar Jungkook.

"Tentu aku tahu tentang kamu, Jeon Jungkook! Jangan pernah kau lupakan satu hal. Kita bersahabat sudah 12 tahun lamanya." Bambam berucap dengan penuh penekanan.

Mendengar penuturan dari Bambam. Jungkook hanya diam. Jungkook tidak ada niatan untuk membalas perkataan dari sahabatnya itu.

"Itu tangan kamu kenapa di perban?" tanya Yugyeom.

Mereka semua melihat kearah telapak tangan kiri Jungkook yang dibalut perban.

Jungkook melirik sekilas kearah tangan kirinya, lalu kembali menatap ke depan. "Biasa. Aku mau menguji seberapa kuat tanganku untuk meremukkan sebuah gelas. Aku pikir tanganku akan kuat ketika meremukkan gelas tersebut. Ternyata dugaanku salah." Jungkook berbicara asal.

Mereka semua terkejut mendengar jawaban santai dari Jungkook. Bahkan mereka tidak menyangka jika Jungkook akan berbicara seperti itu.

"Gila," sahut Bambam.

Mendengar kata gila dari Bambam membuat Jungkook mengepal tangannya. Jungkook bukannya marah akan perkataan dari Bambam. Jungkook hanya muak dan benci dengan kehidupannya yang sudah dijalananinya selama ini.

"Yah! Kau benar, Bam! Aku memang sudah gila."

Jungkook melihat kearah Bam. Setelah itu, Jungkook menatap satu persatu wajah sahabat-sahabatnya.

"Aku seperti ini karena aku sudah muak dengan kehidupanku. Aku muak setiap hari harus merasakan sakit. Aku muak setiap hari selalu berurusan dengan rumah sakit. Aku muak selalu mengkonsumsi bermacam jenis obat-obatan. Aku muak selalu membuat keluargaku mengkhawatirkan aku. Dan aku muak karena membuat mereka menangis karena aku." Jungkook berbicara dengan emosi kentara di wajahnya.

"Kalian tidak merasakan apa yang aku rasakan selama ini. Dari kecil aku tidak pernah merasakan kebebasan. Seluruh anggota keluargaku, terutama kedua orang tuaku dan Hyungdeulku selalu menjagaku, memanjakanku dan mengawasiku. Mereka selalu ada untukku. Bahkan keluar rumah saja harus ditemani dan tidak boleh pergi sendirian."

"Aku berpikir perlakuan mereka padaku karena aku saat itu masih kecil. Dan kemungkinan ketika aku beranjak dewasa. Mereka tidak akan memperlakukan aku seperti anak kecil lagi. Tapi ternyata dugaanku salah. Mereka terus bersikap seperti itu sampai sekarang aku kuliah. Bahkan sikap mereka semua makin parah."

MY OVERPROTEKTIF BROTHER 2Where stories live. Discover now