Donghyun menyeret ransel coklatnya dari samping ransel milik Minkyu dengan gerakan lesu. Ia lantas mendudukkan dirinya di samping Jinwoo yang sedang membuka bekalnya. "Sepi banget belakangan ini. Padahal dulu pertama kali masuk ruangan ini, rasanya ramai banget. Nggak kerasa, sekarang malah jadi sesepi ini," katanya.
Jinwoo menoleh ke samping dan terkekeh pelan mendengar pernyataan Donghyun. Ditepuknya pelan bahu teman sepengirimnnya. "Bakalan makin sepi kalau kakak-kakak koass yang lain selesai profesinya. Mereka kan tinggal 3 stase, terus persiapan UKMPPD. Tinggal kita berempat nantinya, makanya harus terlatih sepi dari sekarang."
"Bukan perkara itunya. Belakangan ini emang sepi, sepi banget. Walaupun kakak-kakak koass yang lain masih di sini, tapi lebih sepi dari biasanya. Rumah sakit yang ramai aja terasanya sepi." Donghyun mendadak dramatis. Ia menarik resleting tasnya keras-keras dan mengeluarkan kotak bekal makan siangnya. "Kalian sadar nggak kalau belakangan ini hawanya rumah sakit tuh berubah banget daripada pertama kali kita datang? Dulu, hawanya tuh menyenangkan banget. Walaupun kita banyak sambatnya, kerasanya kayak lucu aja sambatannya. Tapi belakangan ini hawanya beda banget."
Seketika Dohyon yang sedang menusukkan sedotan ke kotak susunya tertawa terbahak-bahak. Suaranya melengking, mirip suara lumba-lumba di lautan. "Hawanya beda? Lo kira rumah hantu hawanya beda?" semburnya.
Raut wajah Donghyun seketika bertekuk masam. Namun beberapa saat kemudian, ia langsung berpindah duduk ke sebelah Dohyon dan melirik kotak bekal makan siang Dohyon dengan mata berbinar. "Bawa bekal makan siang apaan, Hyon? Gue minta dong hehehe..."
"Jangan! Dilarang!" Dohyon bergerak cepat membawa kotak bekalnya menjauh dan berpindah duduk di belakang Tony yang sedang membuka bindernya untuk mencatat sesuatu di sana. Ia lantas mencengkram kedua bahu Tony dari belakang dan mengguncangnya keras-keras. "Ton, ada yang mau minta makanan gue. Usir dia, Ton. Lo tau kan kalau perut gue susah kenyangnya, jangan sampai ada yang minta bekal makan siang gue!"
Tony memijat pangkal hidungnya pelan. Kepalanya sudah pusing, ditambah lagi dengan tingkaj Dohyon dan Donghyun yang semakin membuatnya pusing. Memang hanya Jinwoo satu-satunya yang duduk menyantap makan siangnya dengan tenang. Sisanya? Mereka berdua selalu ribut.
"Donghyun ke sini aja. Jinwoo bawa cumi asam manis. Mau nggak? Kebetulan bawanya banyak, nggak habis kalau dimakan sendirian." Jinwoo melambai ke arah Donghyun yang masih berusaha merebut kotak makan Dohyon, meski pemiliknya sudah siap menggigit seperti singa kelaparan.
Donghyun sontak menoleh dengan mata berbinar. Sebelum ia berpindah ke samping Jinwoo, ia menyempatkan diri menjulurkan lidahnya pada Dohyon. "Dasar pelit, wek! Anak manja pelit!"
Namun seakan tuli dan buta, Dohyon sama sekali tidak peduli dengan ejekan Donghyun. Ia duduk tenang di samping Tony sambil menikmati makan siangnya, juga sesekali melirik apa yang sedang temannya kerjakan. Terkadang ia tampak menggelengkan kepala, tidak memahami sama sekali apa yang sedang Tony tulis di sana karena tulisan tangan Tony sudah benar-benar menjelma menjadi tulisan dokter yang hanya si penulis, apoteker, perawat, dan Tuhan yang tahu.
Sampai sekitar 10 menit kemudian, ruangan itu tetap sepi. Keempat koass yang duduk di sana tetap sibuk dengan kegiatan masing-masing mereka. Terkadang ada suara sendok Dohyon yang jatuh ke lantai akibat tangannya terlalu licin, suara kunyahan Donghyun yang berisik, Jinwoo yang sesekali terdengar membuka tutup botol minumnya, dan Tony yang terkadang menggerutu karena salah menulis sesuatu. Tapi tidak satupun yang berbicara di antara mereka..
Jinwoo menatap satu persatu temannya dan berdeham pelan. "Kok kalian diam sih? Katanya, tadi sepi. Kenapa sekarang malah diam?" tanyanya.
"Kan kita lagi makan. Masa mau teriak-teriak sewaktu makan?" Dohyon menanggapi santai. Ia kembali disibukkan dengan deretan nuggetnya.
"Oh iya..." Jinwoo mengangguk beberapa kali. Ditutupnya perlahan kotak makannya. Bekalnya sudah habis dan ia sudah kenyang, kemudian diliriknya Tony yang masih sibuk menulis sesuatu dan Donghyun yang masih sibuk dengan makan siangnya. "Ternyata beneran kata Donghyun. Belakangan ini emang sepi banget, nggak kayak biasanya."
Mendengar seseorang yang setuju dengan pendapatnya, Donghyun lantas mengangkat kepalanya dan mengangguk mantap beberapa kali. "Kan gue udah bilang, belakangan ini tuh sepinya nggak wajar. Sewaktu kita pertama kali di rumah sakit ini, kita udah terbiasa kak Wonjin nggak ada karena dia emang lagi cuti karena sakit. Tapi lihat deh belakangan ini. Suasananya tuh beda, nggak kayak pertama kali kita masuk."
"Pertama kali kita masuk kan kita nggak tau apa-apa, nggak punya pengalaman, juga masih kebawa mindset kalau jadi koass itu enak. Kita belum tau asam pahit asin manisnya jadi koass, rasa ingin tau kita juga masih tinggi. Tapi sekarang kan udah beda, jadi suasanya jelas udah beda. Nggak mungkin sama karena mindset kita juga udah berubah." Tony menanggapi dengan tenang. Ia menutup bindernya dan memilih menyimpannya di dalam tas.
Namun seperti memiliki pendapat sendiri, Donghyun menggeleng, menolak pernyataan yang Tony katakan. "Nggak, bukan begitu, Ton. Emang lo nggak pernah merhatiin sekitar? Dulu sewaktu kita pertama masuk, kak Wonjin udah nggak ada karena cuti, tapi masih ada kak Junho. Sekarang, dua-duanya nggak ada. Kak Junho malah nggak masuk tanpa keterangan, dia mangkir. Ini tuh nggak biasa, Ton. Apalagi sekarang kalau gue perhatiin, residen-residen kayak dokter Wooseok juga udah nggak pernah makan siang bareng. Mereka kayak udah jalan sendiri-sendiri. Aneh banget suasananya."
"Ya mungkin karena mereka punya kesibukan yang berbeda? Mereka PPDS, jam terbangnya bisa lebih padat daripada koass. Apalagi mereka PPDS juga beda-beda, pasti jam terbangnya juga beda-beda. Nggak bisa setiap hari mereka bareng-bareng. Kita aja yang masih sama-sama koass dan di stase yang sama, kadang juga nggak bisa makan siang bareng." Kali ini Dohyon menanggapi. Ia menggeleng beberapa kali, terlalu tidak paham dengan jalan pikiran Donghyun.
Seakan masih tidak menerima pernyataan yang dikatakan Dohyon, Donghyun kembali menggeleng. "Itu gue paham. Tapi sejak beberapa minggu ini, gue sering ngerasa kalau suasana di sini berubah. Dan lo tau dokter Eunwoo nggak? Dulu sewaktu pertama kali gue ketemu, dia kan penuh wibawa, auranya bersinar terang seterang bintang kejora yang bersinar di waktu malam entah apa yang meneranginya, kalem juga, tapi belakangan ini, dia kelihatan stress. Gampang banget uring-uringan. Kemarin aja seharian, gue kena sembur dokter Eunwoo 3 kali dalam sehari. Udah kayak minum obat."
Raut wajah Tony berubah secepat kilat. "Berarti emang lo yang salah, Hyun. Buktinya gue aman-aman aja tuh kalau bareng dokter Eunwoo. Nggak pernah kena semburan, apalagi lihat dia uring-uringan."
"Siapapun residennya kalau udah ketemu Donghyun, pasti uring-uringan. Tapi kadang orang senyebelin Donghyun mana pernah sadar kalau dirinya nyebelin." Dohyon mengangkat kedua bahunya, terkesan tidak peduli dengan perkataan Donghyun.
Jinwoo menatap satu persatu temannya. Dohyon yang terlihat bodo amat, Tony yang terlihat penuh pemakluman, dan Donghyun yang tampak bersungut-sungut kesal. "Tapi Donghyun beneran lho. Dokter Eunwoo belakangan ini uring-uringannya nggak kayak biasanya. Sebenarnya dia termasuk residen yang jarang marahin koass, tapi belakangan ini, dia sering marah-marah. Apa jadi PPDS Pediatri seberat itu ya sampai dokter Eunwoo stress begitu? Kasian... Jinwoo nggak mau ambil PPDS Pediatri, takut stress juga."
"Tuh kan!" Donghyun seketika berdiri dan menunjuk ke wajah Dohyon lurus-lurus. "Jinwoo setuju sama perkataan gue. Dibilang, belakangan ini tuh suasanya rumah sakit ini aneh. Sepinya kelewatan, makanya auranya orang-orang di dalamnya juga berubah. Ruang koass jadi sepi, kakak-kakak koass juga jarang di sini tiap makan siang, kak Junho nggak tau ke mana, kak Wonjin nggak tau kapan sembuhnya, residen-residen juga kayak punya jalan sendiri-sendiri. Pokoknya anehlah belakangan ini. Gue tuh jadi nggak betah di rumah sakit. Pengen cepet UKMPPD aja."
Tony meringis kaku. "Emang sebelumnya lo pernah betah di rumah sakit?"
Jinwoo berpikir-pikir sebentar. "Emang jadi sepi dan aneh sih suasananya, tapi sejak kapan Donghyun betah di rumah sakit? Sampai bilang jadi nggak betah di rumah sakit."
Dohyon tertawa keras, kemudian berguling-guling di lantai sambil menunjuk tepat ke wajah Donghyun. "Pengen cepet UKMPPD, konon. Ujian akhir stase aja nggak pernah belajar, apalagi UKMPPD. Bawa bekal wangsit, Hyun?"
Seketika Donghyun menyesali perkataannya. Ia tahu suasana si sini sedang sepi dan tidak seperti biasanya, tapi sebaiknya ia tetap ingat kalau ia punya 3 teman sepengiriman yang sama sekali tidak setia kawan. Terlebih si anak manja dengan suara tawa lumba-lumba super melengking, Nam Dohyon, yang selalu berkelahi dengannya sejak preklinik.
Kadang-kadang aku mendengar suara tawa melengkingnya bayi lumba-lumba satu ini. Apalagi kalau ketawa, matanya hilang dan pipinya agak ngembang...😍
Selamat pagi dan selamat beraktivitas😉