The Chaotic Day of Coass

9.1K 1.8K 424
                                    

Yohan memandangi layar ponselnya berkali-kali, membaca deret demi deret pesan yang dikirim berulang kali padanya dengan perasaan gamang. Napasnya terasa berat, seperti ada yang mengganjal dalam setiap tarikan napasnya. Ada beban pikiran yang tidak bisa ia ungkapkan dan seperti menjadi ganjalan tersendiri dalam hatinya. Ia ingin membagikannya, tapi entahlah, segalanya terasa berat dan perasaan gamang penuh keraguannya terasa mengganjal setiap tarikan napasnya dan membuatnya tidak bisa berpikir jernih sebagai mestinya. Dan jika Yohan harus mendeskripsikannya, rasanya seperti lebih dari rasa cemas yang timbul saat ia akan presentasi referat. Lebih buruk daripada itu.

Ia mengangkat pandangannya, menatap Yuvin yang sedang merapikan kemeja hitam sambil sesekali menggulung bagian lengannya hingga sebatas pertengahan lengan bawahnya. Mungkin dalam beberapa pikirannya, ia berniat membagikannya dengan Yuvin, tapi hingga saat ini, ia tidak kunjung mengatakannya. Ia tahu kalau Yuvin sedang memikul sebuah beban dan tanggungjawab besar mendekati tindakan bedah yang sudah diputuskan. Ia tidak ingin menambah beban pikiranYuvin yang bahkan sudah bertumpukan begitu banyak. Juga bagaimana bisa ia tega menambah beban pikiran Yuvin saat pria itu selalu datang ke apartemen larut malam dan tidur saat pagi sudah hampir datang? Bahkan setelah tidur setidaknya 2 jam, Yuvin masih terlihat begitu lelah dan lesu.

Tanpa sadar, Yohan menggeleng. Ia menyimpan kembali ponselnya ke atas nakas di samping tempat tidur dan memandang lurus ke arah punggung lebar Yuvin yang tampak tegap. Namun bagaimanapun juga, ia tetap harus mengatakannya karena cepat atau lambat, Yuvin jelas harus mengetahui hal ini dan akan mengetahui hal ini.

Yohan menghela napas berat, kembali menunduk ragu memandangi kedua kakinya yang terbalut sandal rumah berbulunya.

"Sweetheart, lagi mikirin sesuatu?"

Perlahan, Yohan mengangkat pandangannya. Yuvin berdiri tepat di depannya, mencengkram lembut ujung dagunya, dan membimbingnya untuk saling menatapnya. Ia memaksakan seulas senyum. "Dok, setelah ujian akhir stase nanti, saya harus pulang ke rumah," katanya lirih.

Yuvin tidak langsung mengangguk. Namun wajah lelahnya menunjukkan ekspresi tenang penuh pengertian. Ia tersenyum dan membelai satu pipi halus Yohan dengan punggung tangannya. "Kalau emang gitu, saya itu ya?" balasnya.

"Jangan," tukas Yohan tidak kalah lirih. Ia masih membiarkan matanya bertemu pandang dengan mata Yuvin, juga membiarkan Yuvin membelai pipinya lembut. "Dokter banyak kerjaan, saya nggak mau dokter kecapekan. Lagipula, saya bisa pergi ke sana sendiri kok, dok. Mama udah beberapa kirim pesan minta saya pulang, entah mau ngomongin apa lagi, saya juga nggak tau. Tapi saya nggak mau, apapun yang dikatakan mama ataupun apa yang akan mama katakan ke saya semuanya memengaruhi dokter karena saya tau, dokter udah punya banyak beban pikiran dan tanggungjawab yang lebih besar."

Yuvin membawa dirinya bersimpuh di depan Yohan, menggenggam kedua tangan Yohan lembut, dengan kedua sudut bibirnya yang masih menyunggingkan senyum penuh ketulusan. "Apa kamu juga bukan bagian dari tanggungjawab saya?" tanyanya.

Yohan menghela napas dan terdiam.

"Kamu adalah bagian dari tanggungjawab saya, Sweetheart. Kalau saya udah menjadikan kamu pasangan saya, artinya kamu adalah bagian dari hidup saya, artinya kamu tanggungjawab saya. Mungkin saya bukan pria terbaik yang pernah kamu temui atau mungkin saya bukan orang yang orangtua kamu harapkan untuk mendampingi putra semata wayang mereka, tapi saya mau mencoba dan belajar bertanggungjawab terhadap apa yang saya pilih sebagai bagian dari hidup saya, yaitu kamu."

Yuvin membawa kedua tangan Yohan ke hadapannya, menciumi punggung tangannya beberapa kali hanya demi menghantarkan ketenangan pada sosok penuh kegelisahan Kim Yohan.

Namun sepasang netra indah Yohan tetap berpendar gelisah, berkedip beberapa kali penuh gamang, dan akhirnya ia menarik senyum penuh keraguan.

..................................... [[💌🕊]]

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang