Goodnight Song and Kisses

10.1K 1.5K 175
                                    

"Ae Young udah tidur?"

Yuvin menurunkan sejenak buku yang dibacanya. Tatapannya mengarah lurus pada sosok Yohan yang berjalan ke arah ranjang dengan balutan piyama hitam putih bergaris-garis. Ia mengangguk. "Udah. Kayaknya capek banget, jadi kena kasur sebentar, udah langsung tidur. Untungnya, malam ini dia nggak rewel dan mau tidur sendiri. Biasanya nggak mau lepas dari kamu," jawabnya.

Yohan hanya tersenyum. Ia naik ke tempat tidur perlahan, menepatkan dirinya di samping Yuvin yang masih setengah duduk bersandar pada headboard ranjang dengan buku di pangkuannya. "Udah lama banget saya nggak nginap di sini. Tadinya mau tidur bareng Ae Young juga kalau misalnya dia rewel, tapi ternyata dia nggak serewel biasanya dan mau tidur sendiri. Apa karena dia dapat boneka baru ya?"

Mendengarnya, Yuvin terkekeh pelan. Ia lantas menutup bukunya dan meletakkannya di nakas samping tempat tidur, kemudian turut berbaring di samping Yohan. Hingga tak butuh waktu lama, Yohan langsung masuk ke dalam pelukannya. Meringkuk seperti kelinci kecil. Sementara Yuvin sama sekali tidak terlihat keberatan dengan perilaku manja Yohan.

Malam ini, Yohan kembali menginap di apartemen Yuvin. Ia merindukan Ae Young, katanya. Terlalu gengsi untuk mengatakan bahwa sejujurnya ia juga merindukan Yuvin. Tapi gerak-geriknya sejak tadi sudah jelas mencerminkan bahwa lelaki berparas manis dengan dua gigi kelinci lucu itu memang merindukan pacarnya. Ia menghabiskan waktu makan malamnya dengan mendengar banyak sekali cerita Ae Young yang sekarang sudah lancar membaca dan mendengarkan bagaimana gadis cilik kesayangannya itu mengungkapkan ketertarikannya pada olahraga anggar sebab setiap pagi, Yuvin selalu menonton siaran ulang pertandingan anggar, tapi malam ini ketika gadis cilik tersayangnya sudah tidur, justru Yohanlah yang ingin bermanja pada Yuvin.

Yuvin tersenyum sekilas. Diusapnya lembut puncak kepala Yohan, membiarkan anak itu menggunakan tangannya yang lain sebagai bantalan, sementara wajah Yohan nyaris dibenamkan ke dadanya. "Sweetheart, kamu gemukan ya?" gumamnya.

Seketika Yohan mengangkat pandangannya. Bibirnya mencebik kesal, wajahnya cemberut. Ia menyentak dirinya agak menjauh dari Yuvin. "Apanya yang gemukan? Gemukan dari mananya? Enggak kok, berat badan saya masih tetap. Saya nggak gemukan walaupun belakangan ini makannya... ADUH!"

Yohan mengaduh kaget, Yuvin melotot. Kepala Yohan baru saja teratuk headboard ranjang. Lumayan keras, dari suaranya sudah bisa dijelaskan. Yuvin langsung meraih kepala Yohan dan mendekapnya erat, mengusap-usap lembut bagian yang teratuk headboard sambil sesekali memberi kecupan di sana.

"Hati-hati dong, Sweetheart. Udah tau headboard ranjang kita lapisannya kayu, kenapa nggak hati-hati sih? Masih sakit?" Yuvin masih disibukkan dengan mengusapi lembut kepala Yohan, sesekali memainkan helaian halus surai kelam pacarnya di antara jemarinya.

Bukannya menjawab, Yohan justru semakin merapatkan tubuhnya ke arah Yuvin. Kembali bergelung manja seperti seekor kelinci kedinginan. Satu tangannya melingkari pinggang Yuvin erat. Wajahnya masih kelihatan cemberut. "Habisnya dibilang gemukan, padahal nggak gemukan," tandasnya.

Dahi Yuvin berkerut dalam. Usapannya pada kepala Yohan terhenti sejenak. "Bukannya bagus kalau kamu gemukan? Kelinci itu lebih lucu kalau gemukan, Sweetheart."

"Mana ada? Saya nggak gemukan sama sekali. Masa biasanya saya yang ngejek Wonjin gembul, sekarang jadi saya yang gembul? Lagian teori dari mana sih kalau kelinci itu lucu kalau gemukan?" Yohan tetap berkilah, meski sejujurnya ia harus mengakui kalau memang berat badannya belakangan ini mungkin menang bertambah.

Tapi Yuvin tidak mendebatnya lagi. Pria itu hanya mengangguk-angguk dan menerima semua argumen - semi pembelaan - yang ia katakan dan justru mengeratkan pelukan di tubuhnya. "Udah lama banget nggak tidur berdua bareng kamu. Biasanya kalau kamu nginap di sini, selalu ada Ae Young di tengah. Jarang banget bisa tidur berdua bareng kamu," ungkapnya.

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang