We Don't Know When He Will Wake Up

11.6K 2K 473
                                    

Warning: This chapter contains content about the effects of violence on children, suicidal thought and behavior, mental health issues, poor self-control, toxic family, and other content that might cause uncomfortable feelings. It's forbidden to link the profession with characterizations. If you feel uncomfortable, please skip. Take care of yourself.

🍇Read at your own risk🍇

"Cha Myungsoo, bisa kita bicara sebentar? Berdua. Ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu sekarang. Saat ini juga."

Ong Seongwoo meraih bahu Myungsoo dan mencengkramnya, berusaha mencegah spesialis orthopedi itu untuk tidak beranjak meninggalkannya dulu. Ia lantas melepas masker yang menutupi sebagian wajahnya ketika Myungsoo berbalik menatapnya dengan sorot mata yang tidak dapat ia tebak maknanya. Sementara beberapa langkah di belakangnya, Midam dan Seobin masih berdiri dengan seragam lengkap mereka.

Myungsoo berdeham pelan. Ia melirik cengkraman Seongwoo pada bahunya lewat ekor matanya, tampak tidak berkenan. "Ada yang bisa saya bantu, dok? Ini sudah lewat tengah malam dan saya harap, dokter tidak membuat keributan di sini."

Namun Seongwoo seakan mengabaikan lirikan tajam Myungsoo, ia sama sekali tidak berniat melepas cengkramannya dari bahu lelaki itu. Bahkan alih-alih melepaskannya, ia justru mengeratkannya. Tatapannya menajam. "Apa yang kamu pikirkan tadi?" tanyanya tajam.

"Apa maksud dokter?" Myungsoo balas bertanya. Dahinya berkerut dalam, sorot ketidakmengertian tampak jelas di matanya.

Seongwoo mendengus geram. Ia lantas melepas cengkramannya dari bahu Myungsoo. "Apa yang kamu pikirkan sampai kamu berniat memasangkan intubasi endotrakeal untuk adikmu sendiri? Kamu tidak berpikir panjang?"

"Saya hanya berusaha menolongnya. Itu yang seharusnya saya lakukan."

"Intubasi endotrakeal tidak akan menolong adikmu, tapi hanya akan membahayakan nyawanya. Dengar, kita tidak bisa menggunakan intubasi endotrakeal jika pasien dalam keadaan cedera leher parah. Adikmu mengalaminya. Tidak bisakah kamu berpikir panjang?" Seongwoo mempertajam perkataannya, beberapa penekanan terdengar menyertainya.

Myungsoo tetaplah Myungsoo. Ia memandang Seongwoo lurus-lurus. Raut wajahnya tampak searogan biasanya. "Itu karena kalian terlalu lambat mengambil tindakan," kilahnya.

"Kita memang harus cepat dalam mengambil tindakan, tapi tidak dengan berupaya mencelakakan pasien. Kamu seharusnya tau kalau intubasi endotrakeal tidak bisa digunakan apabila pasien dalam keadaan cedera leher, kecuali niatmu memang mencelakakan adikmu sendiri. Kami berhati-hati, sebisa mungkin tidak bertindak sembrono."

Sejenak Myungsoo terdiam. Rahangnya mengeras, kedua tangannya terkepal, raut penuh arogansinya tampak semakin kentara. Ia tampak tersinggung. "Saya memang tidak menyukai adik saya, tapi saya tidak pernah berpikir mencelakakan dia di meja operasi, di hadapan dokter-dokter yang lebih senior daripada saya, juga di hadapan perawat-perawat yang masa tugasnya sudah lebih lama daripada saya. Jangan sembarangan menuduh."

"Dua residen di belakang saya, mereka bertindak penuh kehati-hatian dan sebisa mungkin tidak melakukan tindakan sembrono, meski mereka tau bahwa Junho harus segera mendapatkan tindakan medis. Bahkan dokter Sira sebagai satu-satunya ahli bedah saraf di sana tidak bertindak gegabah. Apa kamu tau? Tindakanmu sangat gegabah. Kamu cenderung tidak berpikir panjang dan sangat tergesa-gesa."

"Saya sudah bilang, jangan sembarangan menuduh. Saya tau bahwa saya bukan orang baik dan bukan kakak yang baik untuk Junho, tapi saya tidak akan mencelakakan dia secara sadar. Bagaimanapun juga, saya memiliki kewajiban terhadapnya sebagai pasien saya."

Keduanya beradu pandang cukup lama. Raut penuh gurat kepenatan Seongwoo beradu tajam dengan raut penuh gurat kearogansian Myungsoo. Keduanya saling memandang tanpa berkata apapun. Suasana di sekeliling mereka berubah sangat tidak nyaman. Sementara di belakang mereka, Midam dan Seobin terlalu ragu untuk melerai kedua dokter yang tengah bersitegang itu.

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang