Overture

10.4K 1.9K 451
                                    

This chapter contains the theme of infidelity, poor self-affection, poor self-control, toxic relationships, manipulative character, and several other things that trigger discomfort. It's forbidden to link the profession with characterizations. If inconvenience arises in reading or after reading, please skip. Take care of yourself.

🌹Read at your own risk🌹

Take a breath and I try to draw of my spirit well
Tarik napas dan aku mencoba menarik semangatku dengan baik

Byungchan membuka matanya perlahan. Beberapa jam lalu sebelum ia jatuh tertidur dalam rangkaian mimpi buruk, ia hampir tidak bisa tidur. Ada banyak pikiran dan kenangan yang berputar berdesakan di dalam ruang memorinya. Selama beberapa jam, ia nyaris tidak merasakan apapun, selain kekosongan dan kehampaan. Barulah ketika ia jatuh tertidur dan serangan mimpi buruk yang seakan berteriak padanya itu mulai membuatnya pening. Ia masih belum memercayai apapun dan menganggap segala sesuatu yang sudah terjadi semalam hanyalah hal-hal yang tidak nyata. Namun ia menyadari bahwa berdenial terhadap sesuatu yang sejatinya telah terjadi, tidak akan merubah apapun. Hal yang sudah terjadi, tetap telah terjadi dan tidak bisa kembali.

Ia bangkit perlahan dari tepat tidur, menyadari bahwa kamar dan tempat tidur ini bukan miliknya yang biasa ia gunakan di rumah. Ranjang ini sedikit lebih besar dan kamar ini penuh dengan koleksi penggemar Evanescence, padahal ia sama sekali tidak tertarik dengan grup yang digawangi oleh Amy Lee itu. Jelas ini bukan kamarnya. Namun dengan cepat ia mengingat bahwa ini adalah kamar Eunwoo, di apartemen Eunwoo.

Diliriknya ke samping, ke arah nakas di samping tempat tidur. Ada secangkir teh di sana. Terlihat masih hangat sebab masih mengepulkan asap. Aromanya seperti teh kebanyakan, tapi agak lebih memberikan sensasi menenangkan dan membuatnya lebih rileksi ketika menghirupnya. Ngomong-ngomong tentang, kapan Eunwoo membuatnya?

Yet again you refuse to drink like a stubborn child
Sekali lagi kau menolak untuk minum seperti anak yang keras kepala

Ketika ia keluar dari kamar dengan sandal rumah berbulu berbentuk salah satu karakter Monster Inc. dengan membawa cangkir berisi teh hangat di tangan kanannya, ia melihat Eunwoo sedang sibuk di dapur minimalis yang tidak jauh dari kamar yang ia tempati. Ada aroma hangat dan manis yang ia cium ketika Eunwoo sibuk membalik sesuatu di depan kompor, membelakangi dirinya yang memilih menyeruput teh hangat di tangannya.

"Terima kasih banyak tehnya," Byungchan berujar pelan, sama sekali tidak berusaha untuk mengagetkan Eunwoo. Ia mendudukkan dirinya di salah satu kursi tinggi di balik meja bar di sana dan meletakkan cangkir tehnya di samping. Ia menarik napas panjang, mengembuskannya perlahan, kemudian tersenyum. "Pancake ya?"

Di depan sana, Eunwoo mengangguk. Beberapa saat kemudian, ia berbalik dan mengulurkan sepiring pancake tumpuk 4 ke arah Byungchan. "Gimana tehnya? Enak?" tanyanya.

Byungchan mengangguk. "Lumayan. Rasanya seperti teh kebanyakan, tapi agak pahit dan aromanya menenangkan. Itu teh apa?"

"Teh hijau dengan hibiscus dan rosemary. Ada beberapa kegunaannya. Menurunkan kadar kolesterol, menurunkan kadar gula darah, menjaga kesehatan organ hati, dan mengobati depresi." Eunwoo mengangkat kedua bahunya pelan. "Aku nggak punya minuman lain untuk dibuat, jadi hanya itu. Maaf kalau rasanya agak aneh. Aku udah lama nggak ke apartemen ini karena lebih banyak di apartemen Junho. Untungnya, beberapa bahan makanan di sini belum masuk masa kedaluwarsa."

"Permintaan maaf diterima." Byungchan menyeruput kembali tehnya, kemudian memperhatikan lebam di rahang Eunwoo. Ia meringis kecil. "Rahangmu lebam. Kamu punya obat? Sini, aku obatin."

Eunwoo menyentuh rahangnya sembarangan, kemudian meringis menahan ngilu ketika tidak sengaja menekan lebamnya lumayan keras. "Nggak terlalu sakit. Nanti juga hilang sendiri. Lagian cuma lebam kecil, bukan apa-apa," katanya.

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang