Dari Mereka Yang Menyayangi Junho

11.8K 2K 412
                                    

Lee Chaeyeon memejamkan matanya sebentar, hanya beberapa saat, sampai akhirnya ia membuka kembali matanya. Ia menarik napas panjang, mengembuskannya perlahan, dan mengulangnya hingga beberapa kali. Tatapannya lurus ke depan, ke deretan gedung di hadapannya yang terasa jauh lebih hidup di pagi hari, ketimbang di malam hari, sementara sesekali ia mencoba menerawang jauh ke depan sana.

Di samping kanannya, Yena menepuk-nepuk bahunya pelan. Konsultan neuro-onkologi itu tampak sesekali memberi usapan di bahu rekan sejawatnya. "Yeon, Junho will be fine. Don't worry," katanya.

Chaeyeon tersenyum, namun senyumnya tampak berbeda dari senyum-senyum yang biasa terukur di wajahnya. Tampak agak samar, dan sedikit kesenduan meliputi paras ayunya. "Junho itu... udah kayak anakku sendiri. Dia emang sering kabur-kaburan sewaktu harus konsultasi, tapi setiap aku berhadapan dengan Junho, entahlah, aku nggak tau. Ngelihat dia rasanya kayak ngelihat almarhum anak laki-lakiku. Seandainya anakku masih hidup, mungkin dia bakal punya minat yang sama dengan Junho."

Berbeda dengan Yena yang hanya memilih diam sembari menyimak tiap perkataan kawannya, Sakura lebih berinisiatif menenangkan Chaeyeon. Dirangkulnya lembut bahu konsultan psikiatri itu. "Junho itu anak baik. Ya walaupun sekilas dia emang kelihatan barbar dan agak bengal, dia penolong. Dia lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. Kenapa ya? Mungkin karena selama ini dia kesepian, karena dia hidup sendiri, jadi dia berusaha melakukan apapun supaya orang-orang yang dekat dengan dia nggak pergi."

Yena tersenyum samar, kemudian mengangguk beberapa kali. Ia mengikuti arah pandang Chaeyeon ke depan sana, menerawang jauh entah ke mana ia membawa pikirannya. "Meskipun dia nggak sepintar Minkyu, Eunsang, ataupun Yohan, tapi dia selalu mau membantu orang lain. Apapun bentuk bantuannya, selama dia mampu melakukan dan memberikan, dia pasti melakukan itu. Walaupun bengal begitu, anak itu penuh ketulusan."

"Minhyun pernah cerita, beberapa bulan lalu waktu Junho terakhir kali direhabilitasi. Anak itu nangis karena Minhyun meluk dia, padahal Minhyun tuh siapa sih? Minhyun cuma orang lain, cuma konsulen yang kadang suka galak nggak lihat situasi, tapi Junho bisa nangis sewaktu Minhyun meluk dia..." Sakura tersenyum samar. Hatinya terasa menghangat ketika ia mengingat kembali sepenggal kisah yang suaminya ceritakan beberapa bulan lalu. Tentang Junho yang tertekan, kamar rehabilitasinya yang hening, Minhyun yang hanya orang asing, juga pelukan Minhyun yang justru membuat Junho menangis hari itu.

Chaeyeon mengangkat kepala, berusaha menahan air mata yang memberontak menggenangi wajahnya. Ia menggigit bibir bawahnya perlahan, kemudian menghela napas berat. "Itu karena jauh di dalam hatinya sana, Junho pengen dipeluk papanya. Walaupun dia sering bilang kalau dia benci papanya, sejujurnya nggak begitu. Sekeras apapun ucapan anak kepada salah satu atau kedua orangtuanya, mereka tetap menginginkan kasih sayang dari mereka. Dia bilang kalau dia benci hanya karena karena dia nggak ingin terlihat lemah ataupun mengemis kasih sayang, tapi sebenarnya, dia juga pengen disayang oleh papanya."

"Yeji sama Jinyoung juga terkadang begitu. Yeji sering banget ngomel-ngomel kalau Minhyun kebanyakan godain dia, tapi ujung-ujungnya malah uring-uringan sendiri kalau Minhyun lebih banyak waktu bareng Jinyoung. Berapapun umur mereka, naluri mereka masih naluri anak-anak. Sedewasa apapun mereka berpikir dan mengambil tindakan, perasaan mereka tetap perasaan anak-anak," Sakura kembali menimpali. Rangkulannya pada bahu Chaeyeon mengendur, sebelum akhirnya ia melepaskannya dan beralih menggenggam tangan sahabatnya.

Yena tampak mengangguk beberapa kali. Ia melirik pada Chaeyeon sesaat lewat ekor matanya, kemudian ikut menggenggam tangan Chaeyeon yang lain. "Kalau seandainya aku ada di posisi Junho, aku nggak tau sampai kapan aku kuat bertahan. Anak itu lebih tegar daripada kelihatannya, tapi hanya karena dia tegar, bukan berarti dia nggak punya celah buat terluka. Selain masa depan yang baik, dia pasti akan punya kehidupan yang baik juga."

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang