Unwanted Youngest Son

10.6K 1.9K 755
                                    

Warning: This chapter contains content about the effects of violence on children, suicidal thought and behavior, mental health issues, poor self-control, toxic family, and other content that might cause uncomfortable feelings. It's forbidden to link the profession with characterizations. If you feel uncomfortable, please skip. Take care of yourself.

🌹Read at your own risk🌹

Junho sama sekali tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika mamanya pulang ke apartemennya malam ini tidak sendiri. Biasanya, mamanya selalu pulang sendiri dengan membawa makanan untuk makan malam. Tapi malam ini, mamanya tidak pulang sendiri. Ada orang lain yang berjalan di belakang punggung mamanya dan Junho sama sekali tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika pandangan mereka bertemu. Bahkan mungkin saking terkejutnya, orang itu pasti bisa melihat dengan jelas perubahan raut wajahnya yang sama sekali tidak dapat dikendalikannya.

Young Ae tersenyum selembut biasanya sambil meletakkan sebuah paper bag di atas meja. "Malam ini, Myungsoo makan malam di sini. Kamu keberatan?"

Benar, orang yang berjalan di belakang mamanya dan membuatnya terkejut bukan main itu adalah kakak pertamanya, sekaligus putra tersayang papanya. Cha Myungsoo. Sebenarnya bukan masalah besar kalau Myungsoo ingin makan malam di sini, tapi jujur, Junho belum siap bertemu Myungsoo dalam jarak dekat, apalagi duduk di meja makan yang sama dalam jamuan makan malam yang sama.

Sementara ia menatap mamanya tanpa bisa memprotes, Myungsoo tampak begitu tidak acuh padanya, seakan ia tidak di sana.

"Mama beli makanan kesukaan kalian. Tadinya mama mau masak, tapi kayaknya udah kemaleman kalau masak. Kamu juga pasti udah lapar kan?" Young Ae meraih beberapa piring di pinggiran meja makan dan mengangsurkan salah satunya pada Junho.

Junho mengangguk tanpa suara. Ia tidak bisa berkata apapun. Semua tentang papanya selalu meninggalkan perasaan tidak nyaman dan tidak aman dalam benaknya, termasuk dengan Myungsoo, sebab Myungsoo adalah putra tersayang papanya. Dibanding dirinya yang nyaris tidak pernah diakui sejak kecil, Myungsoo selalu mendapat banyak pengakuan dan kasih sayang yang membuatnya terlampau iri terhadap kakak pertamanya.

"Eunwoo mana?" Junho bertanya dengan suara kelewat lirih. Ada sensasi serak di dalam suaranya. Ia berusaha menatap mamanya, tanpa menatap ke arah Myungsoo. Ia mati-matian menghindari tatapan Myungsoo, meski ia tahu kalau Myungsoo tengah menatap ke arahnya.

Young Ae menggeleng pelan. Ia mengangsurkan sepiring nasi ke arah Myungsoo yang duduk di sampingnya. "Eunwoo mungkin pulangnya agak telat. Kenapa?"

Sebenarnya, bukan apa-apa Hanya saja, kehadiran Eunwoo di meja makan lebih bisa membuatnya merasa tenang dan terlindungi. Kalau ia memutar ke ruang memorinya lebih jauh, mamanya pernah menyakitinya, membuatnya takut setengah mati, juga membuatnya merasa tidak berguna sebagai anak yang sudah wanita itu kandung juga lahirkan. Belum lagi fakta yang baru-baru saja diceritakan Eunwoo bahwa memang benar ia terlahir prematur dengan usia kandungan 7 bulan dan hampir kehilangan nyawanya akibat permasalahan pada kedua organ dalamnya. Dan ia tidak mendengar kenyataan itu dari mulut wanita yang melahirkannya, melainkan dari kakaknya. Sedikit banyak, perasaan tidak nyaman dan tidak aman itu membuatnya tidak bisa apa-apa, selain berusaha tidak membuat kesalahan apapun.

Belum lagi kehadiran Myungsoo di meja makan yang sama dengannya, tepat di hadapannya. Dalam pandangannya, Myungsoo jelas berbeda dengan Eunwoo. Myungsoo tidak menyukai keberadaannya, juga tidak menyukai kedekatannya dengan mamanya. Selama ini, Myungsoo menerima kasih sayang dan pengakuan yang melimpah dari papa mereka, di mana ia begitu menginginkan hal yang sama, namun sama sekali tidak pernah mendapatkannya.

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang