You Made My Mom and Brother Fight!

10.5K 1.9K 565
                                    

This chapter contains the theme of infidelity, poor self-affection, poor self-control, toxic relationships, manipulative character, and several other things that trigger discomfort. It's forbidden to link the profession with characterizations. If inconvenience arises in reading or after reading, please skip. Take care of yourself.

🌹Read at your own risk🌹

Junho menghisap rokoknya dalam-dalam, terdiam beberapa saat, kemudian mengembuskan asapnya tinggi-tinggi ke udara. Pandangan matanya kosong. Sebatang rokok dengan nyala kecil di ujungnya diapit apik oleh kedua jemari kanannya. Ia mengembuskan napas berat. Dadanya terasa semakin sesak, lebih dari kemarin atau lusa.

Sudah lama ia tidak merokok. Malam ini, pertama kalinya setelah beberapa tahun ia terbebas dari rokok, ia kembali menghisap nikotin dari rokok di tangannya. Sedikit demi sedikit rasa sesak dalam dadanya menghilang, meski ia tahu, ketenangan di balik sebatang rokok takkan pernah bertahan lebih lama.

Ketika ia kembali menghisap ujung rokoknya, menyimpan sejenak asap dalam mulutnya, kemudian mengembuskannya perlahan ibarat pelepasan amarah dan emosinya, pintu minimarket di sampingnya terbuka perlahan. Junho sama sekali tidak tertarik menoleh. Rokok di tangannya mencuri fokusnya.

"Jun, lo ngerokok?"

Merasa terpanggil, Junho menoleh. Semula manik matanya tampak terkejut, tapi tak seberapa lama kemudian, ia tampak santai dan mengangguk singkat.

Kakak tingkatnya semasa preklinik - Cho Seungyoun - berdiri di dekatnya dengan membawa sekantung belanjaan. Kelihatannya beberapa kotak kopi instan dan beberapa bungkus frozen food. Mereka bertatapan sebentar, sampai kemudian Seungyoun mengambil posisi duduk di samping Junho. Mereka terhalangi sebuah meja kecil, tempat Junho meletakkan sebotol kopi di sana.

Junho melirik ke samping sebentar. "Lo nggak terganggu asap rokok kan?" tanyanya.

Seungyoun menggeleng. "Udah biasa. Dulu, Hangyul juga sering ngerokok. Tapi sekarang udah berhenti. Jadi, santai aja."

"Lo mau?" Junho mengulurkan sekotak Marlboro Menthol ke arah Seungyoun. Deretan rokoknya sudah berkurang beberapa. "Jangan bilang Eunsang atau siapapun kalau lo ngelihat gua ngerokok di sini," titahnya.

Kali ini, Seungyoun menggeleng. Ia sama sekali tidak tampak terganggu dengan kepulan asap rokok yang dibawa angin ke hadapannya. "Kenapa lo ngerokok? Bukannya lo udah berhenti dari lama?"

"Lo tau gua pernah ngerokok sebelum ini?"

Seungyoun mengangguk.

"Dari siapa? Yohan?"

Seungyoun kembali mengangguk. Matanya menatap lurus ke depan. "Hari ini lo pulang ke apartemen?" tanyanya.

Junho mengangguk. "Pulanglah. Lo pikir gua mau tidur di jalan dan dikejar-kejar persis gelandangan?" ujarnya.

"Bisa tolong sampaiin sesuatu buat kakak lo?"

Junho melirik tajam. Kedua alisnya menukik, tatapannya berubah tidak tenang. "Kalau itu Myungsoo, sorry, gua nggak bisa."

Seungyoun menggeleng. "Bukan. Eunwoo. Maksud gue, dokter Eunwoo."

"Kalau gue nggak terlalu emosional sewaktu pulang nanti, bakal gue sampaiin. Kalau gue terlalu emosional lagi sewaktu pulang, lo harus minta bantuan orang lain."

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang