Rekonstruksi Asa

8.9K 1.7K 336
                                    

Sepeninggal Dongho, Young Ae memutuskan kembali pada tugasnya. Tangannya kembali menggenggam bolpoin hitam yang sudah sejak dulu disimpannya, dengan badan bolpoin yang terukir namanya. Sesekali ia tampak melirik ke arah jam dinding untuk sekedar memastikan bahwa ia tidak terlambat ke ruang rawat Eunwoo untuk memastikan anak itu tidak terlalu banyak pikiran selama diopname, tapi ternyata masih 2 jam lagi ia harus mengunjungi Eunwoo di kamar rawatnya. Tapi tidak apa-apa. Mungkin setelah tugasnya selesai, ia bisa berkunjung sebentar ke ICU untuk Junho.

Ia masih menulis beberapa kalimat panjang, bahkan ketika pikirannya diam-diam membawanya pada masing-masing putranya. Ketiga-tiganya, tanpa terkecuali. Meski tak seorang pun bicara padanya dan mengingatkannya pada mereka, diam-diam pikirannya melayang pada ketiganya, Begitu detail, hingga gerakan tangannya perlahan terhenti.

Young Ae masih memikirkan ketiganya, bahkan ketika seseoran terdengar membuka pintu dan melangkah masuk pelan-pelan. Ia masih memikirkan Junho yang terbaring kritis di ICU setelah banyak sekali nasib buruk yang menimpanya, Eunwoo yang terpaksa harus diopname karena kondisi fisiknya yang drop - belum lagi dengan manajemen stressnya - dan Myungsoo yang... Young Ae buru-buru menepis pikirannya. Hatinya terasa sangat sakit jika ia harus mengingat bagaimana putra sulungnya meneriakan Junho hari itu dan ia sendiri tidak tahu mengapa Myungsoo kecil yang dulunya sangat lucu dan lugu bisa menjadi seperti sekarang.

Mencoba menepis segalanya, Young Ae kembali menggenggam erat bolpoinnya dan bersiap kembali menulis beberapa kalimat panjang yang masih tersisa, sebelum akhirnya ia menyadari secangkir teh disajikan di mejanya. Teh itu masih hangat, terlihat dari uap yang mengepul di bagian atasnya dan aromanya yang masih benar-benar terasa.

"Byungchan? Kenapa di sini?" Young Ae bertanya heran. Ditatapnya bergantian cangkir teh di mejanya dan Byungchan yang berdiri di depan mejanya dengan seragam jaganya, lengkap dengan stetoskop yang terkalung di lehernya.

Choi Byungchan tersenyum simpul dan menarik kursi lain untuk dirinya duduk. "Sepanjang hari ini, anda kelihatan banyak pikiran, dok. Jadi, saya berpikir untuk membuatkan anda teh. Maaf kalau saya tidak memberikan makanan pendamping karena saya tidak membawa makanan apapun hari ini. Di tas saya hanya ada teh itu, dok," katanya.

Young Ae memandang lekat-lekat cangkir teh di hadapannya. Aroma teh yang baru diseduh menyeruak menyapa saraf olfaktorinya. "Terima kasih banyak, Byungchan, tapi sebenarnya--"

"Itu teh hijau dengan hibiscus dan rosemary." Byungchan menyela cepat. Senyumnya masih terulas sempurna, menambah kesan manis di wajah rupawannya yang tampak sedikit lelah. Ia pun menunjuk ke bagian atas cangkir dengan kelima jarinya. Sebuah tata krama untuk menunjuk sesuatu terhadap orang yang lebih tua. "Eunwoo pernah membuatkannya untuk saya saat saya sedang banyak pikiran dan agak stress, jadi saya juga berpikir membuatkannya untuk anda, dok. Rasanya memang sedikit aneh, tapi terasa menenangkan. Hirup aromanya dalam-dalam dan coba minumlah pelan-pelan."

Young Ae hanya mengangguk, namun tidak kunjung menyentuh cangkir kopinya. "Sebenarnya saya tidak begitu suka teh. Baik teh hijau dengan hibiscus dan rosemary, ataupun teh melati biasa, tapi..."

Namun Byungchan tidak terlihat tersinggung. Ia mengangguk dan tersenyum, seakan mengerti dan memahami apa yang Young Ae katakan. "Tidak apa-apa, dok. Anda bisa tidak meminumnya jika anda tidak menyukainya. Membuatkan anda teh bukan berarti saya memaksa anda meminumnya. Itu tetap pilihan anda, dok."

"Tidak apa-apa, Byungchan. Terima kasih banyak sudah membuatkanku teh hangat. Aku akan meminumnya nanti setelah agak dingin karena sepertinya sekarang masih lumayan panas. Aku tidak bisa menikmati minuman jika terlalu panas."

Keduanya saling melempar senyum, kemudian hanya diam dalam waktu yang terbilang lama untuk kedua orang yang duduk berhadapan tanpa orang lain di sekitar mereka. Bahkan Byungchan yang terkenal cerewet dan selau punya bahan untuk bicara pun memilih diam sembari memerhatikan tumpukan kertas dan beberapa rekam medis di meja Young Ae tanpa berniat mengajak wanita itu berbincang. Sementara Young Ae sibuk menilik ke dalam teh di hadapannya, sembari sesekali menatap Byungchan.

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang