Surprise Midnight Video Call - 1

11.4K 2.5K 1.9K
                                    

"Maaf ya, aku telat pulangnya. Aku nggak tau kalau dipanggil dokter Jonghyun bakalan selama tadi dan aku juga nggak tau kamu nungguin, Woo. Aku kira kamu udah pulang duluan."

Byungchan menghentikan sejenak kegiatannya mencuci piring dan beberapa peralatan makan lain setelah ia menyelesaikan kalimatnya untuk sekedar melihat bagaimana reaksi Seungwoo. Ia harap ada ekspresi atau bantahan protes dari Seungwoo karena apa yang dilakukannya malam ini.

Namun ternyata Seungwoo tidak begitu menanggapinya. Lelaki itu tetap fokus pada makanan di meja, seakan tidak mendengar perkataannya atau mungkin sedang tidak ingin mendengar semua kata-kata yang dikatakannya.

Byungchan mengulas sedikit senyum dan kembali pada pekerjaannya. "Tadi aku sempat kena teguran dari dokter Hyunbin setelah istirahat siang karena aku sempat teledor waktu baca data pemeriksaan fisik pasien. Sorenya kena teguran dokter Cha karena kebanyakan melamun sewaktu poli udah mau tutup. Eh, malamnya kena teguran dokter Jonghyun. Begini banget sih jadi residen di Interna," keluhnya.

Satu hal yang Byungchan hafal dari Seungwoo setiap kali ia mengeluh tentang harinya yang berat, meski hanya tentang seorang pasiennya yang bersikao tidak menyenangkan atau salah satu instrumennya yang hilang dibawa oleh rekan sesama residen Internanya, Seungwoo akan selalu berusaha menenangkannya. Paling tidak, membuat perasaan gundah gulananya menjadi sedikit lebih baik.

Hari ini, ia memiliki hari yang benar-benar buruk. Ditegur 3 konsulen sekaligus, pikirannya keruh, dan ia telah membuat Seungwoo menunggu lama di parkiran hanya karena ia berpikir bahwa Seungwoo pulang lebih dulu saat ia dipanggil dokter Jonghyun untuk mendapat beberapa wejangan yang membuat perasaannya semakin dirundung gundah gulana.

Byungchan menarik napas panjang, mengembuskannya perlahan sembari membasuh piring di tangannya dengan air mengalir. "Aku kira kamu tadi udah pulang duluan, Woo, makanya aku nggak kirim pesan ke kamu. Kamu juga nggak nanya kenapa aku nggak keluar-keluar, padahal malam ini bukan giliranku buat jamal."

"Tadinya mau pulang duluan, tapi nggak jadi."

Byungchan sontak menghentikan gerakannya dan memutar kepalanya ke belakang. Ia mengulas sedikit senyum dan memandang tunangannya lembut. "Kenapa nggak pulang duluan? Kamu juga pasti capek, ditambah nungguin aku selama itu di parkiran. Kamu bisa pulang duluan, beli makanan, tidur duluan juga nggak papa," balasnya.

Seungwoo hanya bergumam tidak jelas sebagai jawabannya. Satu-satunya yang terdengar benar-benar jelas hanyalah suara denting alat makan yang digunakan Seungwoo dengan piring. Dan lagi-lagi Byungchan hanya mengulas senyum saat respon Seungwoo tidak sesuai untuk kesekian kalinya dengan yang ia harapkan.

Setelah mematikan kran wastafel tempat cucian piring, Byungchan lantas berbalik dan menatap lembut Seungwoo yang masih sibuk mengunyah masakannya ogah-ogahan sambil sesekali mempermainkan nasi dan lauknya tanpa berniat benar-benar memakannya.

"Masakanku terlalu asin ya? Apa terlalu banyak ladanya?" Byungchan bertanya khawatir. Biasanya Seungwoo akan mengkritik makanannya kalau terlalu asin atau terlalu manis, tapi kali ini Seungwoo hanya diam saja. Namun lewat gelagatnya, Byungchan tahu bahwa Seungwoo tidak lagi setertarik itu dengan masakannya.

Seungwoo menggeleng samar, nyaris tidak terlihat kalau saja mata Byungchan tidak cukup bagus untuk melihatnya.

"Terlalu pedas ya? Atau dagingnya terlalu lunak?" Byungchan kembali bertanya. Rasa tak enak hati dan tidak nyaman mulai menyusup dalam hatinya saat Seungwoo sama sekali tidak mengomentari masakannya.

Untuk kedua kalinya, Seungwoo kembali menggeleng tanpa suara. Kali ini tangannya bergerak mencacah daging, mencampurnya dengan nasi, kemudian mengacak-acaknya.

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang