Then, Can I Call Your Name?

9.7K 1.8K 2K
                                    

╔════•😈🌹💙•════╗
Read on your own risk
╚════•😈🌹💙•════╝

Reminder : Cerita ini hanyalah rekaan. Memiliki konflik yang cukup berat dan alur lambat, maka dibutuhkan kebijakan pembaca saat membaca. Dilarang menyangkutpautkan profesi dengan penokohan.

[💌]..................[🕊]

Sebuah mobil pemadam kebakaran melesat di bawah sana tepat ketika Seungwoo membuka matanya. Ia mengerjap beberapa kali demi menyesuaikan dengan sinar mentari yang masuk lewat celah-celah tirai jendela kamar Seungyoun, sebelum akhirnya ia menarik kedua sudut bibirnya tersenyum saat menyadari bahwa Seungyoun masih terlelap nyaman dalam pelukannya.

Tangannya yang bebas bergerak menyingkirkan helaian rambut hitam halus Seungyoun yang menutupi dahi lelaki itu. Rambutnya agak sedikit panjang di beberapa bagian, tapi terlihat begitu mengagumkan saat dibiarkan jatuh ke dahi setelah berusaha disingkirkan. Helaian rambut itu disingkirkan kembali dengan begitu halus, dengan gerakan selembut mungkin, membawanya ke belakang telinga. Dan Seungwoo tidak pernah berhenti mengagumi betapa indah, juga mengagumkannya Cho Seungyoun yang terlelap tenang dalam pelukannya.

Mata kecilnya yang mirip mata rubau terpejam dengan bulu mata lentik yang seakan semakin menambah keindahan mata rubah itu. Ujung hidung Seungyoun yang proposional tampak menyentuh ujung bahunya, terkadang bergerak mengusak bahunya saat tidur lelap empunya terganggu. Dan bibirnya... Seungwoo tersenyum, kemudian memberi kecupan kecil pada bilah merekah yang tampak cemberut dalam tidurnya.

Seungwoo mendekatkan bibirnya pada telinga Seungyoun, sedikit meniupkan napas hangat menggoda sang pujaan hati yang tampak mulai terusik. "Morning, dear," lirihnya.

Seungyoun melenguh sebal, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Seungyoun. Tanpa sengaja, ia mengusak ujung hidungnya ke leher Seungwoo, sementara pria itu hanya terkekeh mendapati pujaan hatinya tetap tidak ingin diganggu.

"It's morning, dear." Seungwoo mempermainkan helaian rambut Seungyoun dan menyimpannya kembali ke belakang telinga. Kemudian bergerak membelai pipi lembut Seungyoun dengan punggung tangannya. Seungyoun kembali merengek lirih.

Merasa terganggu, netra indah Seungyoun terbuka perlahan, menampilkan onyx kelam penuh pancaran keindahan, menatap Seungwoo. Bilah bibirnya sedikit terbuka, menyampaikan keberatan atas perlakuan Seungwoo di tengah aktivitas tidurnya. Namun kemudian matanya mengerjap beberapa kali, membuat bulu mata lentiknya tampak semakin memperindah mata cantiknya.

Seungwoo kembali menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum saat melihat Seungyoun memaksakan membuka mata saat masih mengantuk. Ia terkekeh sebentar, kemudian memberi kecupan-kecupan kecil pada setiap jengkal paras rupawan sang pujaan. "Masih ngantuk, dear?" tanyanya, tepat di sisi telinga Seungyoun.

Seungyoun mengangguk, menggumam kecil sebagai jawaban. Bibirnya tampak bergerak kecil, seperti menggumamkan sesuatu. "Lapar," katanya.

"Mau sarapan sekarang?"

Seungyoun mengangguk samar. Ia kembali mengusakkan ujung hidungnya ke leher Seungwoo, sembari menyamankan posisinya dalam dekapan hangat Seungwoo.

"Mau pesan atau masak sendiri?" Seungwoo mengulurkan tangannya, meraih ponselnya di atas nakas samping tempat tidurnya, berniat menghubungi rumah makan terdekat.

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang