Junho di Tengah Papa dan Mama Babi

8.5K 1.8K 290
                                    

Junho berjalan mengendap dengan sebagian wajah tertutup buku Kardiologi Anak - yang sebenarnya milik Eunwoo - sambil sesekali menengok ke belakang hati-hati, kemudian kembali melangkah mengendap-endap sambil mengintip dari ujung atas buku yang nenutupi wajahnya. Ketika ia hampir mencapai pintu ruangan yang berada di dekatnya, ia mengusap dadanya perlahan dan mengembuskan napas lega.

Untung nggak keta--

"Kenapa telat, dek? Kurang ya libur stase selama seminggu? Rebahannya kurang?"

Junho menelan ludahnya kasar. Ia menurunkan buku Kardiologi Anak yang menutupi wajahnya perlahan dan menyunggingkan seulas senyum kikuk. Dokter Eunbi berdiri di depannya dengan ekspresi wajah datar dan kedua tangan terlipat di depan dada, menatapnya dari atas ke bawah seakan ia membawa ratusan koloni bakteri dan kuman yang bisa mengivasi satu rumah sakit.

Ia berdeham pelan sambil mengapit buku yang dibawanya di bawah lengan kirinya. "Saya... bangun kesiangan, dok," katanya.

"Alasan klasik." Eunbi menggeleng. Ia masih bertahan berdiri di tengah pintu sambil melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Junho dengan tatapan datar, lamat-lamat dan lurus. "Teman-temanmu yang lain udah nunggu di dalam dan kamu datang telat dengan alasan klasik sejenis bangun kesiangan. Kamu nggak punya alarm?" lanjutnya.

Junho tetap mempertahankan senyum kikuknya. Ia menggigit pipi bagian dalamnya perlahan, mencari-cari alasan yang mungkin tidak terdengar klasik bagi dokter Eunbi yang notabene adalah konsulennya di stase ini dan istri dari dokter Seongwoo - konsulennya saat di Orthopedi. "Saya telat karena... kakak saya di kamar mandinya kelamaan. Dia butuh waktu sejam buat mandi, plus keramas. Jadi saya telat karena kakak saya hehehe..."

"Kakak kamu residen Pediatri kan? Cha Eunwoo?"

Junho mengangguk, ia menelan ludah susah payah, hingga tanpa sadar meremat buku yang sedang ia pegang.

"Saya datang sejam lalu dan nggak sengaja ketemu kakakmu di IGD pakai seragam jaga, artinya dia habis jaga malam. Dan dia nggak kelihatan kayak habis keramas atau mandi selama sejam tuh. Kamu berusaha ngibulin saya ya?" Eunbi menaikkan sebelah alisnya, menatap Junho kelewat datar seperti ingin sekali menendang bokong anak itu sampai terpental ke ujung dunia.

Kali ini Junho meringis kaku. Habis sudah alasannya untuk kabur dari omelan dokter Eunbi. Padahal stase kesebelasnya baru saja akan dimulai, tapi kenapa ia sudah tertimpa sial sejenis ini? Apakah tidak bisa kalau ia tidak sial setiap kali akan memulai stase?

"Lain kali kamu mau mulai stase setelah seminggu libur dan rebahan terus, pakai alarm yang kenceng biar dengar. Kalau kamu te--"

"Istriku yang maha cantik dan awet muda, yuhu..."

Eunbi memutar matanya jengah, menoleh ke samping dan sejenak menghentikan wejangan [agi untuk koassnya. Beberapa detik lalu, ia masih menatap Junho kelewat datar, namun kali ini ia menatap suaminya dengan tatapan lebih kelewat datar. "Apa? Ngapain ke sini pagi-pagi?" tanyanya.

Dokter Seongwoo meringis lebar, terlihat begitu konyol. "Pinjam uang dong. Ma. Aku lupa bawa dompet habis nganter Ryujin ke sekolah tadi. Pengen ngopi sebentar, tapi dompetku ketinggalan di rumah. Mau balik lagi juga udah nanggung. Pinjam uangnya dong," katanya.

"Uang suami adalah uang...?"

"Uang istri."

"Uang istri adalah uang...?"

"Tetap uang istri."

Eunbi tersenyum sadis dan mengangguk beberapa kali. "Jadi, kesimpulannya?"

Seongwoo meringis kaku dan langsung mengangguk patuh. "Oke, aku ke bagian bedah aja. Doain Minhyun nggak lupa bawa dompet, soalnya kalau ngutang ke Daniel, pasti besoknya udah ditagih hehehe..."

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang