I'm Sorry For Everything

10.3K 1.8K 552
                                    

This chapter contains the theme of infidelity, poor self-affection, poor self-control, toxic relationships, manipulative character, and several other things that trigger discomfort. It's forbidden to link the profession with characterizations. If inconvenience arises in reading or after reading, please skip. Take care of yourself.

👹Read at your own risk👹

Byungchan berusaha tidak terkejut kala Cho Seungyoun berjalan ke arahnya dengan setelan seragam jaga malam ketika ia sedang duduk menikmati sebotol kopinya setelah beberapa saat pemilik kantin mengatakan bahwa mereka tidak dapat memanaskan air sejak siang tadi karena alat pemanas air mereka rusak dan kompor mereka sedang kehabisan gas. Bahkan ia berusaha menjaga ekspresinya kala dokter internship itu akhirnya mengulas senyum di hadapannya.

Ia tidak tahu apa yang mungkin akan dibicarakan atau bahkan dilakukan oleh Seungyoun, tapi ia mulai menduga bahwa topiknya mungkin saja Seungwoo. Perlahan ia menghela napas, mengembuskannya perlahan dan balas mengulas senyum, memberi isyarat pada pemuda itu untuk duduk dan tidak telalu formal dengannya.

Seungyoun masih mempertahankan senyumnya, terasa agak canggung. "Boleh saya ngobrol sebentar dengan anda, dok? Saya janji tidak akan lama karena saya juga harus kembali ke bangsal," tanyanya lirih.

Tentu saja Byungchan mengangguk. Seungyoun sudah berdiri di depannya untuk ia tolak. Meski rasanya ia harus mempersiapkan diri, tapi tidak apalah. Tidak ada yang salah dengan mengobrol berdua dengan Seungyoun.

"Saya ingin mengembalikan ini kepada anda, dok."

Byungchan tersentak. Cincin Seungwoo berada di hadapannya, baru saja terlepas dari genggaman Seungyoun dan cincin itu masih sama seperti terakhir kali ia melihatnya. Beberapa bulan lalu, ketika masih melingkar di jemari Seungwoo. Ia tersenyum lagi. "Kami sudah putus, Seungyoun. Kamu bisa menyimpan itu. Anggap saja sebagai... kenang-kenangan dari Seungwoo?"

Namun jelas saja Seungyoun menggeleng. Ia mendorong cincin itu mendekat ke jemari Byungchan. "Tidak, dok. Saya tidak bisa menyimpannya dan tidak pantas menyimpannya setelah apa yang terjadi. Bahkan untuk melihatnya pun, saya merasa tidak pantas," kilahnya.

"Mengapa begitu?"

Napas Seungyoun tercekat, ia menunduk dalam-dalam. Byungchan tidak berani mendesaknya lebih jauh. "Sayalah yang membuat hubungan anda dan dokter Seungwoo seperti ini. Sayalah yang mebuat hubungan anda dengan dokter Seungwoo terpaksa berakhir. Saya benar-benar minta maaf. Mungkin permintaan maaf saya tidak akan berarti apa-apa untuk anda, tidak pula mengubah keadaan yang sudah terlanjur terjadi, tapi dari dalam hati saya, saya ingin meminta maaf untuk segalanya. Untuk merebut dokter Seungwoo dari anda, untuk membuat dokter Seungwoo berada begitu jauh dengan anda, dan untuk membuat hubungan anda dengan dokter Seungwoo berakhir sangat tidak menyenangkan. Saya benar-benar minta maaf, dok."

Byungchan menumpukan dagu pada kedua tangannya. Lidahnya mendadak kelu. Ia menarik napas panjang, mengembuskannya perlahan.

"Saya tahu, permintaan maaf saya tidak akan merubah apapun yang sudah terjadi. Permintaan maaf saya juga tidak akan bisa mengobati luka yang ada di hati anda. Tapi saya sungguh ingin meminta maaf atas segalanya yang telah terjadi. Saya benar-benar menyesal telah membuat hubungan baik anda dengan dokter Seungwoo hancur hingga menjadi seperti ini. Mungkin permintaan maaf saya hanyalah kata-kata yang tidak berarti, tapi saya bersungguh-sungguh melakukannya. Saya benar-benar ingin meminta maaf." Di ujung kalimatnya, Seungyoun menunduk dalam-dalam.

Byungchan mengangguk. Diraihnya cincin di atas meja sana, kemudian dimasukkannya ke dalam saku seragam jaganya. "Benda ini sebaiknya tidak perlu kita lihat, Seungyoun. Baik saya ataupun kamu, rasanya kita tidak perlu melihat benda ini dalam jarak dekat. Berbahaya sekali, walaupun bukan unsur radioaktif," katanya santai.

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang