Kegagalan Quality Time

10.8K 1.7K 203
                                    

Wooseok tidak tahu harus menjelaskan bagaimana, tapi intinya, malam ini dia kesal bukan main. Namun seberapa besar rasa kesalnya, ia tetap tidak bisa menyuarakan kekesalannya karena kekesalannya sekarang jelas tidak akan berguna, tidak akan digubris, tidak akan dipedulikan, juga tidak akan dinomorsatukan. Jinhyuk akan tetap pergi, bahkan ketika ia merengek dan menahan pria itu untuk tidak pergi saat mereka sedang quality time begini. Mumpung ia sedan tidak jaga malam hari ini. Tapi ada daya, ternyata harus ada halangan di tengah quality time mereka dan Jinhyuk harus pergi.

"Aku perginya sampai autopsinya selesai. Kalau udah selesai, nanti aku balik lagi. Jangan cemberut gitu dong." Jinhyuk melirik sebentar ke arah Wooseok yang duduk dengan bibir mencebik kesal di pinggiran tempat tidur, dengan Seokkie yang duduk tenang di dekat kakinya. "Kamu berdua dulu bareng Seokkie ya? Kalau autopsi dan segala urusannya selesai, aku langsung pulang,"  katanya lagi.

Wooseok memang mengangguk, tapi ekspresi yang tampak di wajahnya, juga bibirnya yang melengkung ke bawah sangat bertentangan dengan anggukannya. "Jangan ngebut-ngebut nyetirnya kalau pulang. Kalau emang belum bisa pulang, nggak usah maksa pulang."

Jadi malam ini ketika Wooseok sedang asyik bermanja-manja pada Jinhyuk dengan Seokkie yang sedang tidak ingin dimanja Jinhyuk karena mainan baru yang dibeli Jinhyuk dari pet shop sebelum mereka sampai tadi, ponsel Jinhyuk mendadak berdering. Sebuah panggilan autopsi dadakan di tengah udara dingin dan hujan deras yang sedang turun di luar sana. Padahal tadinya Wooseok sudah ingin tidur bergelung nyaman dalam pelukan Jinhyuk di ruang tengah sambil menonton televisi sampai ketiduran, tapi ternyata harus digagalkan oleh sebuah panggilan autopsi yang datang saat hujan deras, dengan beberapa petir yang menyambar di luar sana.

Jinhyuk tersenyum singkat, kemudian membawa dirinya mendekat ke arah Wooseok yang duduk gusar di pinggiran ranjang dan mengusap lembut puncak kepala pacarnya. "Kok cemberut? Katanya, nggak keberatan dan jangan pulang dulu kalau emang belum bisa pulang. Kok sekarang cemberut sih?" tanyanya.

"Di luar lagi hujan. Di sini dingin. Pengen tidur ditemenin kamu, tapi kamunya autopsi." Bibir Wooseok kian melengkung ke bawah. Ia menendang ke depan dengan sendal bulu yang menutupi kakinya, persis seorang anak kecil yang sedang merajuk karena ditinggal seorang diri. "Tapi beneran. Kalau urusanmu belum selesai, nggak usah pulang dulu. Tunggu sampai semua urusanmu selesai, baru pulang. Lagian autopsi apa sih?"

Jinhyuk mengangkat kedua bahunya, kemudian menggeleng pelan. "Tadi dokter Jisung ngomongnya enggak begitu jelas, tapi kedengeran kalau aku harus langsung ke rumah sakit."

"Bakalan lama banget ya kalau autopsi?"

Kali ini jawaban Jinhyuk tetap sama. Ia mengangkat kedua bahunya dan menggeleng pelan. "Lihat kondisi jenazahnya. Kalau waktu kematiannya kami udah tau, kami perlu nyari tau penyebab kematiannya. Tapi kalau waktu kematiannya belum diketahui, artinya kami juga harus cari tau waktu kematian dan penyebab kematiannya. Kamu kan dulu pernah tau proses autopsi sewaktu masih koass. Masa lupa?"

Wajah Wooseok yang muram, kian bertambah murah. Ia memainkan ujung kaosnya dan menunduk dalam-dalam, menatap Seokkie yang bergelung nyaman di dekat kaki dengan sandal berbulunya. "Berarti lama dong? Itu pakai Visum et Repertum jenazah juga?" tanyanya lagi.

"Dilihat kasusnya nanti. Tapi emang kebanyakan jenazah yang masuk buat diautopsi selalu dibuatkan Visum et Repertum buat menentukan sebab, cara, dan mekanisme kematiannya." Jinhyuk berjongkok sebentar, meraih Seokkie yang sudah tampak mengantuk dan menggendongnya pelan tanpa membuat kucing betina itu terganggu. "Seokkienya masuk ditaruh kandang atau tidur di tempat tidur bareng kamu? Kalau mau ditaruh kandang, biar aku yang taruh. Sekalian keluar nanti."

Wooseok menggeleng dan segera mengambil alih kucing betina itu dari gendongan Jinhyuk, yang kemudian menyebabkan Seokkie mengeong rusuh akibat waktu tidurnya diganggu. "Biar tidur di sini aja deh, sekalian nemenin aku. Nggak enak kalau tidur nggak ada temennya. Biasanya kan sama kamu, sekarang sendirian. Biar Seokkie tidur di sini aja," jawabnya.

"Pergi dulu ya. Selamat tidur, Seokkie..." Jinhyuk menunduk sebentar, mengusakkan ujung hidungnya dengan puncak kepala Seokkie, yang seketika membuat kucing betina itu mengangkat kepalanya dan menyentuhkan bibir kucingnya dengan ujung hidung Jinhyuk. "Wanginya Seokkie habis mandi. Bibirnya bau susu. Gemes banget sih kesayangan daddy..."

Wooseok mencibir kecil, kemudian sengaja menggoyangkan tubuh gembul Seokkie dalam gendongannya, yang seketika justru membuat telinga Seokkielah menggelitik ujung hidung Jinhyuk, sementara bibir kucing betina itu mulai mengeong tidak senang sebagai tanda protes.

"Kucing yang ini juga, selamat tidur. Pakai selimutnya, udaranya lagi dingin. Nggak usah pakai AC daripada kedinginan. Kamu nggak punya bulu setebal bulunya Seokkie..."

Wooseok memejamkan matanya perlahan ketika Jinhyuk memainkan helaian rambutnya, menyisirnya ke belakang penuh perhatian, kemudian menyelipkan beberapa helai lainnya ke belakang telinganya. Dari dekat begini, aroma tubuh Jinhyuk sangat mudah tercium. Dan ia menyukainya.

"Udah jam 8 malam, jangan makan makanan berat lagi. Nggak baik buat tubuhmu. Kalau emang masih lapar dan nggak bisa tidur karena kedinginan, minum susu hangat aja. Jangan kebanyakan gula, yang tawar aja lebih bagus. Kalau udah ngantuk, langsung tidur. Nggak usah nungguin aku pulang. Kalau udah selesai semuanya, aku langsung pulang kok."

Kemudian Jinhyuk menunduk memberi satu kecupan kecil di pelipis Wooseok, ke samping ke arah dahinya cukup lama, turun ke kedua pipi lembut Wooseok bergantian, kemudian berakhir di bibir ranumnya.

"Selamat istirahat, Ma chérie. Have a nice dream."

"If you could read my mind, you'd be in tears

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"If you could read my mind, you'd be in tears."

An incoming message, but no name. There are only a row of unknown number. The phone number is not saved.

- Spoiler ini disampaikan oleh Hwang Yunseong

"Ngomong-ngomong, kucing garongnya Jinhyuk lucu juga." - Tetap Hwang Yunseong

" - Tetap Hwang Yunseong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang