Impervious

10.8K 1.8K 361
                                    

"Oh, kamu Eunsang ya?"

Eunsang yang sedang memotong pie susu yang ia bawakan untuk Junho sontak menoleh ketika namanya disebutkan. Ia buru-buru tersenyum ramah dan membungkuk ketika menyadari bahwa mama Junho sedang berjalan ke arahnya sambil menenteng sesuatu di tangannya. "Selamat malam, Tante. Maaf kalau saya menganggu waktu makan malamnya, tapi saya sudah janji buat mampir ke sini," katanya ramah.

Young Ae tersenyum dan meletakkan bawaannya ke meja makan, menatap sejenak ke arah Junho yang tampak duduk tenang sambil mengunyah potongan kecil pie susu di dalam mulutnya. "Nggak papa kok selama nggak ganggu waktu kamu. Terima kasih ya sudah mampir. Junho kena anemia dan kebetulan baru baikan hari ini. Terima kasih juga pie susunya, Eunsang, padahal kamu nggak perlu repot-repot lho."

Eunsang menggeleng singkat, senyumnya masih tampak tersungging indah di bibirnya. "Enggak repot kok, tante. Bikinnya cepat dan kebetulan bahan-bahannya ada di rumah, jadi pulang dari rumah sakit tadi, langsung bikin dan ke sini."

"Sendirian ke sini? Naik apa?"

Eunsang mengangguk. "Naik taksi online. Biasanya saya juga ke mana-mana sendiri, jadi udah biasa kok, tante."

"Kamu mandiri ya?" Young Ae tersenyum, kemudian meraih pisau yang digenggam Eunsang dan menunjuk kursi kosong di samping Junho dengan ujung dagunya. "Kamu duduk aja, biar tante yang lanjutkan potong pienya. Oh ya, Eunsang, kamu suka lobster? Atau apa kamu punya alargi makanan laut?"

Kali ini Eunsang kembali mengangguk dan mendudukkan diri di samping Junho yang tampak sedang menatapnya sambil terus mengunyah. "Suka kok, tante. Saya nggak punya alergi makanan laut sama sekali," jawabnya.

Young Ae mengangguk-angguk beberapa kali. "Kalau gitu, sekalian makan malam di sini aja. Tante sengaja beli lauk banyak karena kebetulan restorannya lagi banyak masaknya. Biasanya, Junho suka lobster, makanya tante beli agak banyak."

Eunsang tersenyum, melirik ke arah Junho. Pacarnya itu masih tampak duduk tenang sambil mengunyah pie susunya. Kalau Eunsang boleh jujur, mendengar penuturan mama Junho barusan justru membuat hatinya ikut menghangat. Kehadiran Junho yang dulu sama sekali tidak bisa dilihat siapapun dalam keluarganya sendiri, sekarang mulai bisa dilihat. Keberadaan Junho mulai diakui dan dirasakan. Mungkin saja bagi beberapa orang perhatian seperti ini tidak berarti besar, tapi bagi Junho, perhatian seperti ini bermakna begitu besar, terlebih dilakukan oleh wanita yang Junho panggil dengan sebutan mama.

Ia menyentuh tangan Junho yang dibiarkan terjulur jatuh melewati kursi dan menggenggamnya perlahan. Ketika ia mengulas senyum, Junho ikut mengulas senyum tipis bersamanya. Ia tahu, Junho memiliki kebahagiaan sendiri ketika akhirnya bisa makan malam di satu meja yang sama dengan mamanya. Eunsang tahu, kehidupan Junho selama ini begitu berat dan hampir sebagian besar waktu, keadaan tidak pernah berihak padanya. Tapi sekarang Eunsang bersyukur dan menebak bahwa pasti Junhonya akan segera pulih, kembali menjadi Junhonya yang dulu.

Junho menatap lurus ke dalam matanya. "Kamu kenapa?" tanyanya tanpa suara, berusaha tidak mengusik mamanya di seberangnya.

Eunsang menggeleng, genggaman tangannya mengerat. "Makasih karena Juno mau dan sanggup bertahan sampai sekarang. Eunsang bangga..." jawabnya, juga tanpa suara.

Young Ae melirik sekilas sepasang sejoli di depannya, kemudian menggeleng pelan dan meletakkan pisaunya di samping piring. "Kakakmu belum pulang?" tanyanya cepat, berusaha memecah keheningan.

Junho menoleh menatapnya, kemudian menggeleng. "Belum, Eunwoo bel--"

"Maaf aku telat pulang. Mobilku kehabisan bensin tadi, jadi harus dorong dulu ke... Eunsang?"

Kedua kalinya mendengar namanya dipanggil, Eunsang menoleh ke sumber suara. Tidak jauh dari tempatnya duduk, kakak Junho - Cha Eunwoo - tampak berdiri dengan raut wajah penuh keterkejutan sambil menenteng snelli di tangan kanannya. Wajahnya tampak lelah, rambutnya agak berantakan, dan ada lebam di rahangnya. Eunsang menatapnya lamat-lamat selama beberapa saat, sampai ia merasakan bahwa kali ini bukan dirinya yang menggenggam tangan Junho, tapi Junholah yang menggenggam tangannya dan genggamannya terasa lebih erat.

Eunsang melirik ke bawah, menatap tangannya yang berada dalam genggaman tangan Junho, kemudian menatap ke arah pacarnya. Junho tampak duduk tenang sambil menatap ke arah kakaknya. Sungguh berbanding terbalik dengan genggaman tangannya yang begitu erat.

"Sang, mungkin lo terlalu polos buat memahami semuanya, tapi kita di sini semua paham kalau dokter Eunwoo itu pernah naksir sama lo. Perlakuan dia ke lo itu istimewa dan buat apa dia memperlakukan lo istimewa kalau dia nggak naksir sama lo? Tapi setelah tau kalau ternyata lo waktu itu mantan adiknya dan punya peran besar dalam hidup adiknya, dia mundur pelan-pelan dan mungkin berpikir buat move on dari lo."

Eunsang kembali menatap ke arah Eunwoo, pandangan mereka bertemu. Ia buru-buru membuang pandangannya ke arah lain, sementara perkataan Hyungjun kembali terngiang di telinganya.

Emang dokter Eunwoo pernah suka sama Eunsang beneran ya? Atau cuma akal-akalannya Hyungjun aja?

"Kamu habis dari mana aja sampai pulang telat begini? Biasanya kamu pulang setengah jam sebelum mama. Malah biasanya kamu lebih dulu sampai dan udah mandi sewaktu mama pulang. Dari mana aja kamu?"

Eunwoo menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. "Aku udah bilang, mobilku kehabisan bensin, jadi aku harus dorong mobilku. Dorong mobil itu nggak makan waktu 5 atau 10 menit, bisa lebih setengah jam, apalagi tempat pengisian bensinnya lumayan jauh. Nggak usah diperpanjang, ada Eunsang di sini. Nggak etis kalau dia melihat mama dan aku bertengkar," jelasnya.

Tanpa menunggu argumentasi yang lebih panjang, Eunwoo langsung mengambil langkah pergi dari dapur dan Young Ae yang tadinya sedang duduk tenang, langsung berdiri menyusul ke mana Eunwoo pergi.

Eunsang menoleh menatap Junho yang duduk di sampingnya. "Juno, mereka--"

"Jangan khawatir." Junho menoleh membalas tatapan Eunsang. Ia melepas genggaman tangannya dan tersenyum seperti biasanya. "Belakangan ini, mereka emang sering bertengkar untuk hal-hal yang nggak begitu penting. Eunwoo itu laki-laki dewasa yang punya argumentasinya sendiri, sedangkan mama rasanya tetap menganggap Eunwoo seperti anak kecil yang nggak boleh lepas pengawasan. Aku udah lumayan terbiasa dengar mereka bertengkar," jelasnya.

Eunsang mengangguk. Fokus pandangannya tertuju ke arah tumpukan strip dan tabung obat di atas meja makan, tepat di depan Junho. Beberapa strip adalah obat-obat anemia Junho dan beberapa tabung lainnya adalah obat-obatan yang diresepkan oleh psikiater untuk Junho. Sampai ia menatap kotak lain di balik pill box organizer yang pernah ia berikan pada Junho dan ia tidak bisa membaca jelas golongan obatnya secara penuh, hanya sebagian dan sedikit dosisnya.

... zolam 1 mg.

Ia mengerjap beberapa kali. "Juno dapat resep obat baru dari dokter Chaeyeon?" tanyanya.

Jawaban sederhana Junho hanya sekedar gelengan tanpa suara.

Secara tidak langsung, sebenarnya Eunsang sudah diterima alias direstui, tapi Eunsang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Secara tidak langsung, sebenarnya Eunsang sudah diterima alias direstui, tapi Eunsang....😶

"Terlalu bolot." - Song Hyungjun😒

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang