Ekuilibrium

8.9K 1.6K 374
                                    

"Akhirnya kelar juga panggilan alam sejak kemarin. Leganya..."

Donghyun menghela napas panjang, sesekali tampak menepuk-nepuk pelan perut bagian bawahnya. Setelah berjam-jam menahan panggilan alam dan muatannya, akhirnya pagi buta ini ia bisa mengeluarkan segala muatan yang ditahannya susah payah demi bermondar-mandir ria di IGD gara-gara Jinwoo dan mulut kotornya yang selalu saja mengucap banyak kosakata kotor yang tetap saja lebih disukai peri IGD, ketimbang kewangiannya yang legendaris dan banyak diharapkan.

"Hyon, lo udah selesai belum panggilan alamnya?"

Serasa toilet rumah sakit hanya milik berdua, Donghyun berteriak ke bilik sebelah. Bilik di mana Dohyon juga sedang memenuhi panggilan alamnya. Suaranya menggema, diikuti dengan suara kran air yang dinyalakannya kembali. Mumpung sedang ada air, setidaknya ia bisa merapikan sejenak rambutnya dengan air. Tidak awet, tidak masalah, asalnya tampak segar karena sejak semalam suntuk, ia sama sekali tidak dapat merasa segar. Semua karena salah Jinwoo.

Sementara Donghyun merapikan rambutnya, menyisir beberapa helai bagian depannya ke belakang dan sesekali merapikan bagian belakangnya dengan jari-jari basah berairnya, di bilik sebelah Dohyon menanggapi pertanyaannya dengan rengekan panjang.

"Gue nggak bisa buang air besar, Hyun! Hampir sebulan gue nggak makan sayur! Tolong, ini perut gue udah kayak balon siap meletus!"

Donghyun berdecak dan melirik ke samping, meski yang dilihatnya hanyalah dinding berlapis keramin biru yang bagian bawahnya mulai berlumut. "Makanya perbanyak makan rumput. Sapi itu banyak makan rumput dan seumur hidupnya sampai dia disembelih buat dijadiin rendang, sekalipun nggak pernah sembelit. Lo harus mengikuti gaya hidup sapi!"

"Lo pikir gue sapi?" Dohyon balas berteriak. Suaranya tidak kalah menggema dengan suara Donghyun. Kedua koass ini sepertinya lupa kalau toilet rumah sakit adalah toilet umum. Dan biasanya, memiliki penghuni lain. "Donghyun, mintain obat pencahar ke IGD! Ini beneran perut gue kayak balon udara siap meletus! Gue nggak sanggup ke mana-mana kalau perut gue penuh!"

"Makanya kalau punya makanan tuh berbagi, jangan dimakan sendiri. Gitu sekarang kan akibatnya kalau punya makanan nggak pernah mau berbagi. Rakus sih jadi orang!"

"Lo kalau nggak bisa bantu, diem deh, Tong Bensin!"

"Bodo amat!"

Dohyon meraung dramatis, sementara Donghyun tertawa terbahak-bahak. Toilet rumah sakit terasa seperti milik berdua. Keduanya terus saling berkelakar lintas bilik dengan suara kencang, tertawa seperti tidak seorangpun akan menegur mereka, sampai beberapa saat kemudian, Dohyon sepertinya kesal sendiri. Ia berhenti menanggapi ejekan Donghyun dan mulai kembali fokus pada panggilan alamnya yang tidak kunjung kelar.

Donghyun sudah selesai dengan kegiatan merapikan rambutnya - dengan air - dan menggedor dinding sebelahnya beberapa kali. "Jadi dimintain pencahar ke IGD nggak? Yang kapsul atau yang supositoria? Cepetan, jangan kelamaan. Keburu gue tinggal juga lo--"

"Istri saya kebetulan perawat di sana, jadi sedikit banyak dengar dari rekan-rekan sesama perawatnya. Udah lusa lalu kejadiannya, tapi masih diperiksa ulang. Kurang tau nantinya bagaimana. Saya juga nggak mau komentar atau menanggapi terlalu jauh, takut salah ngomong. Nanti jadi saya yang kena masalahnya, padahal juga nggak tau kebenarannya."

Donghyun berhenti berteriak. Seorang pria masuk ke toilet, sedang mengobrol dengan seseorang. Sepertinya dia tidak datang sendiri. Ia berhenti menggedor dinding, sampai terdengar Dohyon merengek pelan menyebut supositoria. Tapi Donghyun terlanjur tidak fokus.

"Dengar-dengar, beliau orangnya memang tempramental. Kalau memang ingin tau, coba sekali tanya ke anak-anaknya. Tapi kalau saya pribadi, nggak pengen ikut campur. Kalau dengar berita gitu, ya dijadikan pelajaran aja. Kalau sampai pengen tau sampai ke akarnya, rasanya nggak etis. Tapi dokter Cha Daniel itu..."

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora