Kabar Baik di Jam Makan Siang

9.5K 1.5K 239
                                    

Minkyu sudah tidak terkejut lagi ketika ia tidak sengaja bertemu dengan bunda Wonjin di kantin rumah sakit ketika ia akan makan siang. Wanita itu memang sengaja pulang dari Taiwan di hari ketika Wonjin masuk ke ruang operasi untuk menjalani awake craniotomy. Jadi ketika dirinya selesai memesan makanan, ia tidak merasa ragu untuk mendekat dan menyapa wanita yang tampak sedang menyuapi kedua adik Wonjin dengan begitu sabarnya, dan jika dilihat-lihat, wanita itu benar-benar mirip Wonjin. Dengan rambut panjangnya yang dicepol sederhana dan seulas senyum tulus mengembang, Minkyu tahu dari mana semua yang melekat pada diri Wonjin diturunkan.

Ia membungkuk pelan seraya melempar senyum ramah pada kedua adik Wonjin dan kedua anak itu tersenyum riang ke arahnya, kemudian fokusnya ia alihkan pada bunda Wonjin yang menatapnya lembut. "Siang, tante," sapanya.

Wanita itu tersenyum dan mengangguk samar, kemudian kembali menyuapkan sesuap nasi goreng pada seorang anaknya. "Makan siangnya sendiria aja. Kyu?"

Minkyu mengangguk, menempatkan piringnya di seberang piring nasi goreng yang kini tersisa separuhnya. "Biasanya makan berdua bareng temen, tapi kebetulan, hari ini dia nggak masuk. Kelihatannya masih sakit," jawabnya. Ia mengulas senyum gemas saat melihat seorang adik Wonjin tampak menatap ingin tahu ke arah piringnya.

"Jangan ya? Itu makan siang kak Minkyu. Bunda nggak pernah ngajarin adek begitu. Ingat kata kak Wonjin ya, jangan suka ganggu jam makan siang orang..." Sang bunda mewanti-wanti dan menggeleng tegas begitu menyadari gelagat putra bungsunya. Minkyu tersenyum maklum. Wanita itu kembali menatapnya. "Minkyu belakangan ini sibuk ya?" tanyanya.

Mau tidak mau, Minkyu mengangguk. "Lagi banyak pasien masuk, tante. Koassnya kan tinggal 6, jadi bener-bener harus dibagi antara di poli, bangsal, IGD. Kalau siang begini, banyak yang stay di bangsal sama poli. Baru kalau malam, yang di poli fokus ke IGD. Kita sistemnya rolling, jadwal jaga malamnya udah ada, tapi terkadang juga kondisional. Apalagi kalau ada yang nggak masuk."

"Kayaknya jadi koass itu asyik ya, Kyu? Dulu waktu Wonjin sakit, dia cuti sejak kapan?"

Minkyu berpikir sebentar, mencoba menarik kembali ingatan yang sejujurnya menjadi salah satu ingatan menyakitkan baginya. Ia tersenyum samar. "Wonjin sakit waktu kami di stase Penyakit Dalam. Dia nggak bisa lanjut di tengah stase dan terpaksa nggak lulus stase. Kalau nanti Wonjin harus ngulang stase, setelah stase terakhir, dia balik ke Penyakit Dalam. Sewaktu kami di stase Bedah, kami dapat seragam khusus jaga malam. Tadinya seragam Wonjin mau ditinggal, tapi nggak jadi. Seragamnya disimpan salah satu teman kami."

Wanita itu mengangguk beberapa kali sambil menyuapi kedua anaknya. "Setelah operasi selesai, dokter-dokternya Wonjin datang ke kamar rawatnya Wonjin."

Tiba-tiba Minkyu merasakan tubuhnya menegang. Genggamannya pada kedua alat makan di masing-masing tangannya perlahan mengerat.

"Operasinya berjalan hampir 8 jam. Dokter bedah sarafnya bilang, harusnya operasinya selesai dalam 6 jam. Tapi ternyata, ada pembekakan otak waktu operasi karena Wonjin tetap cemas walaupun udah berusaha ditenangkan. Dia takut dan perasaan takutnya lebih besar..."

Keterkejutan besar di wajah Minkyu sama sekali tidak bisa dikendalikan. Bibirnya bergetar. Ia hendak mengatakan sesuatu, namun mendadak lidahnya kelu. Tidak terpikir satu katapun di dalam kepalanya. Ia hanya terkejut, rasa cemas mengikuti di belakang, tapi ia tidak tahu bagaimana harus mendeskripsikan detailnya.

"Harus diakui kalau operasinya menegangkan. Dokter bedah sarafnya bilang kalau Wonjin bisa bicara lancar dan mengangkat tangan selama operasi. Bahkan Wonjin juga harus menjawab beberapa soal matematika sederhana dan fungsi otaknya baik. Sayangnya, Wonjin tetap cemas. Setelahnya ternyata ada pembekakan di otaknya sewaktu tumor di salah satu bagian otaknya diangkat..."

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang