Shock Delivered!

11.1K 2K 1.2K
                                    

"Ya ampun, rahangmu kenapa lebam begitu, Mblo? Kamu ditinggal ke Paris beberapa hari aja udah lebam begini rahangmu. Kamu dibogem siapa, Mblo?"

Eunwoo meringis menahan ngilu setengah mati ketika Wooseok menyentuh rahang kirinya, sedikit memberi tekanan pada tulang rahangnya. "Jangan ditekan, Meng. Ini masih baru lebamnya. Dipakai ngomong aja sakitnya minta ampun," keluhnya.

Wooseok meringis prihatin, kemudian melepaskan tangannya dari rahang Eunwoo yang lebam dengan warna biru kemerahan, juga ada sedikit kesan warna ungu samar-samar. "Kamu dibogem siapa sampai lebam begitu? Lebamnya sampai 3 warna begitu, pasti bogemannya keras. Ngaku, Mblo, siapa yang berani bogem kamu?"

Di samping Wooseok, Jinhyuk hanya menggeleng maklum saat Wooseok justru memberondong Eunwoo dengan banyak pertanyaan. "Pelan-pelan, itu rahang dia pasti sakit kalau dibuat bicara. Dari warna lebamnya, pasti lebamnya masih lama tuh sembuhnya," katanya.

"Makanya, siapa yang berani ngebogem jombloku? Sini, biar aku pukul bolak-balik! Enak aja, mentang-mentang jombloku kalem, main lawannya pakai bogem aja!" Wooseok menggulung lengan kemejanya kanannya penuh emosi. Tangannya terkepal kuat, seperti benar-benar akan memukul.

Eunwoo sanksi melihatnya. Dengan tangan kecil dan jari-jari lentik, serta kuku berkilauan begitu, memangnya pukulan Wooseok terasa keras? Paling juga tidak jauh-jauh dengan pukulan kaki depan kucing. Lagipula tampang Wooseok sepertinya tidak meyakinkan kalau residen Obsgyn satu ini bisa memukul keras, mungkin lain dengan omelan pedas dan jambakannya. Beberapa orang dengan jari lentik biasanya memiliki jambakan yang menyakitkan.

Wooseok berdeham pelan, menatap jemari-jemari tangannya yang sengaja dimainkan. "Jangan handy shaming tanganku ya? Aku bisa patahin leher siapapun yang berani ngebogem jombloku. Bukannya apa, nggak kasihan apa sama jombloko yang udah jomblo, masih ada luka begitu? Siapa coba yang ngobatin? Nggak berperikejombloan!"

Jinhyuk meringis kaku. "Kayaknya ini urusan antar lelaki."

Eunwoo mengangguk. "Yeah, ini urusan antar lelaki," timpalnya.

Wooseok menatap Jinhyuk dan Eunwoo satu persatu. "Kalian pikir aku bukan laki-laki heh? Aku ini laki-laki, kalau kalian lupa!" teriaknya.

"Maksudnya bukan begitu, Meng. Maksudnya lelaki itu ya... lelaki. Tapi bukan termasuk kamu." Eunwoo menggaruk belakang kepalanya gatal. Bagaimana cara menjelaskannya? Rasanya tidak etis pagi-pagi membahas perkara seperti ini di parkiran. Eunwoo menghela napas.

Wooseok mendengus sebal. "Bukan termasuk aku gimana? Aku laki-laki, ya termasuk aku dong. Nggak konsisten banget sih ngomongnya."

"Bukan laki-laki yang itu. Lebih ke arah lelaki, Meng. Ini urusan antar lelaki. Kamu jangan ikut-ikutan, Meng. Nanti urusannya bakalan tambah panjang."

Kedua kalinya, Wooseok kembali mendengus kesal. "Mang, meng, mang, meng, aku bukan kucingmu," protesnya.

"Mbla, mblo, mbla, mbo, aku juga bukan jomblomu." Eunwoo balas memprotes.

Jinhyuk menatap keduanya bergantian, menggeleng tidak paham sama sekali. "Jadi, sebenarnya lo dibogem siapa, Woo? Lo pakai seragam jamal, artinya lo nggak pulang. Dibogem di rumah sakit?"

Eunwoo mengangguk. "Kemarin pagi, agak siangan dikitlah. Udah diobati, tapi nyerinya masih kerasa. Untungnya, udah nggak sebengkak kemarin sore," jawabnya.

"Nggak butuh divisum, Hyuk?" Wooseok menatap pacarnya bingung.

Eunwoo menoleh kaget. "Buat apa pakai acara divisum segala sih, Meng? Nggak perlu ah. Nggak akan dibawa ke jalur hukum juga kalau cuma bogeman begini," tukasnya.

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang