Hashirama Senju dan Tobirama Senju

10.1K 1.8K 499
                                    

Bagaimana harus menjelaskan situasi sekarang? Sebaiknya dimulai dari mana? Intinya, rumah sakit masih sepi. Hanya ada beberapa tenaga medis yang berlalu-lalang dan beberapa petugas kebersihan rumah sakit yang berjalan sambil membawa alat kebersihan sembari menggumamkan lagu-lagu yang belakangan ini banyak diputar sampai orang-orang yang mulanya tidak mengenal lagu itu, jadi menghafalnya saking seringnya diputar.

Kalau dilihat di jam dinding, mungkin sekarang masih jam 5 pagi. Masih benar-benar sepi, tapi cukup pagi untuk membuat koass keteteran melakukan follow up pasien-pasien mereka.

Namun berbeda dengan koass yang sibuk keteteran melakukan follow up sampai sandal kodok mereka terlepas di koridor bangsal ataupun memasang tampang super mengantuk mereka yang khas, Yunseong dan Yuvin justru berdiri di tengah-tengah koridor bangsal rawat inap dengan tatapan kosong. Keduanya sama-sama masih mengenaka seragam jaga malam berwarna biru, lengkap dengan sandal kodok Yunseong yang berwarna kuning dan sandal kodok Yuvin yang berwarna merah mentereng.

Yuvin menghela napas panjang, tatapannya lurus ke depan, ke arah lorong sepi di depannnya. Ia mengerjap beberapa kali. "Umur PPDS lo tinggal berapa semester, Seong?" tanyanya.

"Tinggal 2 semester lagi. Sekarang gue semester 6, artinya satu semester lagi gue selesai," Yunseong menjawab ringan. Tatapannya masih lurus ke depan. Ia menggerakkan kakinya sesekali. "Sandal kodok gue waktunya ganti yang baru nih."

Yuvin mendesah pasrah. "Enak bener nasib anak-anak ini. Umur PPDS-nya udah pada menjelang kelulusan. Gue masih 2 tahun lagi. Apalagi si Jinhyuk, semester ini dia lulus. Enaknya jadi spesialis duluan."

Yunseong menoleh ke samping. "Lagian lo sok ngide banget sih pakai ambil PPDS Bedah, udah kayak kuat mikir 5 tahun aja. Taunya tetap ngiri juga sewaktu temannya lulus duluan."

"Namanya juga manusia. Gue kan tertantang buat jadi dokter bedah. Gue lebih suka sesuatu yang menantang dan pilihan gue jatuh di bedah. Mana gue tau kalau semakin tinggi semesternya, gue bakalan semakin sering sambat." Yuvin mendadak lemas. Ia mengerjap beberapa kali. Apa dia salah lihat? Sepertinya barusan seperti ada yang lewat di ujung koridor sana. Mungkin hantu dendro, pikirnya cepat.

Yunseong menggeleng beberapa kali. "Lo ada niatan atau pikiran ambil subspesialis nggak?" tanyanya.

Seketika, Yuvin tertawa datar dan suara tawanya membuat Yunseong menatapnya kelewat datar tanpa ekspresi di wajah tampannya. "Ha... ha... ha... spesialis aja gue sambatnya begini, apalagi subspesialis? Udah, nggak usah. Uangnya mau gue tabung modal nikah sama Yohan, buat sekolahin Ae Young. Jadi spesialis aja gue udah sujud syukur. Nggak usah subspesialis, otak gue udah nggak kuat. Emangnya lo ada mikir mau jadi subspesialis?"

Kali ini justru Yunseonglah yang tertawa hambar, tanpa ekspresi di wajahnya. "Jadi spesialis aja gue udah sujud syukur. Uangnya mau gue tabung bekal nikahin Minhee. Kalau nikahin dia sewaktu gue udah jadi subspesialis, keburu gue udah jadi kakek-kakek."

"Tapi dokter Yena pengen lo ambil subspesialis neuro-onkologi, Seong."

"Tapi dokter Minhyun pengen lo ambil subspesialis bedah onkologi dan dokter Sira mau lo ambil bedah saraf, Vin."

Keduanya seketika tertawa datar sambil berangkulan bahu. "Kayaknya otak kita ketinggalan nggak tau di mana. Pusing banget kepala hahaha..."

Yunseong menoleh ke samping. "Vin, lo pernah dimarahin Yohan kalau beli sesuatu yang kemahalan nggak?"

Yuvin menggeleng. "Belum pernah. Gue selalu mengalokasikan uang gue untuk hal-hal yang penting. Apalagi umurnya Ae Young udah masuk usia sekolah, umur PPDS gue masih kekal panjang banget kayak jalan kenangan, masih butuh banyak uang. Emang kenapa?"

"Rencananya gue pengen beli statuenya Hashirama Senju. Harganya lumayan mahal. Sekitar 17 juta. Kalau Minhee tau, dimarahin nggak ya?"

Seketika Yuvin melepaskan rangkulannya dari bahu Yunseong. Matanya melotot dramatis. Bibirnya terbuka lebar, kontras dengan matanya. "Hashirama Senju tuh makanan jenis apa? Harganya sekitar 17 juta? Lo punya uang sebanyak itu?" tanyanya kaget.

Yunseong melipat kedua tangannya di depan dada, kemudian menggeleng. "Rencananya mau ngutang ke Jinhyuk. Tapi gue juga mikir. Ngelunasinnya gimana ya?"

"Kalau lo nggak sanggup ngelunasi, ya jangan hutang dong. Nggak lucu kalau yang ngutang lebih ganas daripada yang ngutangin. Lagian hutang lo buat beli statue apaan tadi?"

Yunseong menoleh lagi. "Hashirama Senju. Tapi gue pengen banget beli satu, terus gue pajang. Siapa tau kalau nantinya gue punya tuyul yang bisa diwarnai kayak tuyul punya lo, dia bisa mainan statue Hashirama Senju punya gue."

Yuvin berubah datar, nyaris menyerupai wajah datar tanpa ekspresi ala Yunseong. "Mendingan lo pakai buat keperluan lain deh uangnya. Emangnya Jinhyuk bakalan ngasih kalau lo mau ngutang 17 juta? Jinhyuknya ngasih, kucing garongnya yang ngomel. Sanggup lo dengerin suaranya Wooseok ngomel? Gue sih enggak. Bikin kuping panas soalnya."

Yunseong mengangguk-angguk beberapa kali. "Vin, lo mau nggak jadi Tobirama Senju alias jadi penasehat gue?"

"Tobirama Senju tuh makanan jenis apaan lagi?"

"Karena gue Hashirama Senju sang dewa shinobi, makanya lo harus jadi Tobirama Senju. Kita kan setim, jadi lo harus jadi penasehat gue."

Yuvin menggeleng pelan. "Gue nggak pernah kenalan sama yang namanya Hashirama Senju. Nggak pernah ketemu yang namanya Tobirama Senju juga."

"Ayolah, Vin. Sekalian melepas penat setelah operasi. Apa kepala lo langsung dingin?"

Yuvin menggeleng. Ia melesakkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, kemudian melangkah lebih dulu meninggalkan Yunseong beberapa langkah di belakang. "Nggak mau. Kepala gue masih panas. Main aja berdua sama Seobin," katanya.

"Seobin? Kalau Seobin pantesnya jadi Suigetsu. Cuma lo yang pantas jadi Tobirama Senju, Vin."

"Nama gue Song Yuvin, bukan Tobirama Senju, Seong. Lagian lo kenapa jadi makin error setelah operasi sih? Perasaan di ruang operasi kemarin, lo baik-baik aja. Serius banget malah. Kenapa sekarang jadi error sih?"

Yunseong berpikir-pikir sebentar. "Kayaknya karena habis lihat dokter Minhyun, dokter Sira, sama dokte Yena nangis habis operasi kemarin. Gue hanya sedang menghibur diri biar nggak ikutan nangis. Dimengerti dong, Vin. Dipahami. Gimana lo bisa memahami Yohan kalau memahami teman sejawat lo aja nggak bisa?"

Yuvin menoleh ke belakang. "Gue temenin ngopi yuk? Lagian 3 dokter itu nangis setelah operasi kan karena mereka merasa lega setelah dikepung ketegangan berjam-jam. Daripada lo makin error nggak pada tempatnya, gue temenin ngopi sini, tapi bayarnya sendiri-sendiri. Kurang mengerti apa lagi gue sama lo, Seong?"

Senyum Yunseong merekah lebar, sampai Yuvin ngeri melihatnya. "Gitu dong. Itu baru namanya rekan setim yang baik."

"Kayaknya kemarin-kemarin ada yang bilang nggak pengen setim bareng gue deh. Dia lupa atau pikun sih?"

 Dia lupa atau pikun sih?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wah, sudah siang ternyata. Selamat siang🌹

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang