[63] Toilet perempuan lantai tiga

943 184 6
                                    

Short

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Short

.
.

Toilet perempuan lantai tiga ditengah hari tepat saat mata pelajaran terakhir. Hari itu, ya aku sangat mengingatnya. Hari dimana aku mulai bertemu dengannya, Kim Yerim.

.
.

"Lo yakin berani Kook?" tanya Taehyung yang seingatku sudah lebih dari beberapa kali. Oh ayolah, aku bahkan sudah bosan mengangguk.

"Sekali lagi gue denger lo nanya. Gue berani jamin Jungkook bakal langsung nonjok muka sok ganteng lo ini" kali ini sautan kesal seorang Park Jimin, sahabatku yang lain terdengar. Membuatku bosan ku meluap begitu saja tergantikan dengan tawa renyah yang semakin mengundang dengusan dari Taehyung yang tak terima diserang oleh kami berdua.

Bugh!

Aku menganga sekilas, cuku kaget saat melihat Taehyung baru saja memukul cukup keras belakang kepala Jimin membuat lelaki itu meringis tertahan.

"Hust! Udah deh guys, daripada ngeliatin lo pada berantem disini mending gue masuk aja" seruku saat melihat Jimin baru akan membalas pukulan Taehyung. Tak perlu jawaban keduanya aku pun segera melangkah meninggalkan Taehyung dan Jimin didepan pintu dengan santainya.

'Come on Jeon, be brave!' seru ku lagi, kali ini dalam hati.

Kenapa dalam hati? Ya karena nggak mungkin juga aku berteriak didepan kamar mandi perempuan lantai tiga.

Tap!

"Satu.."

Tap!

"Dua.."

Tap!

"Tiga"

Aku menghentikan hitungan lirih ku saat sampai pada angka tiga.

"Aku punya dua mata ~~"

"Bisa ku tutup dan ku buka ~~"

"Kalau kututup gelap gulita ~~" aku sontak menutup mataku bersamaan dengan lirik lagu yang kunyanyikan.

"Kalau kubuka ku lihat semua ~~" mataku membuka perlahan sesuai lirik lagu itu lagi.

Wush!

"Hiks-.. Hiks-.." aku menoleh ke kanan dan kiri secara tak sabaran. Nafasku mendadak tercekat.

Suara siapa ini?

"Hiks-.." aku baru saja akan mencapai gagang pintu keluar kamar mandi perempuan ini saat suara isakan kembali terdengar.

Demi apapun, mengapa di situasi seperti ini hati dan otakku justru tak sejalan?

Aku melangkah mendekati bilik paling ujung yang menurutku jadi sumber suara isakan itu.

Storyline [jungri]Where stories live. Discover now