[31] Promise

1.2K 195 23
                                    

Short

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Short

---

Malam ini terasa sama seperti setiap malam sebelumnya. Masih dingin dan sunyi seolah tak ada kehidupan.

"Jung.." seseorang membuyarkan lamunan ku.

Aku hanya menoleh dengan alis tertaut.

"Kamu ngapain disini?" Tanya seorang yang dari suaranya saja sangat kukenali, Jung Eunha.

Entah aku harus menyebut nya apa, sahabat atau orang yang katanya 'mencintaiku tanpa alasan'

Dengan telaten Eunha membantuku berdiri dan duduk di kursi roda. Aku masih terdiam, bahkan saat ia mendorong perlahan kursi roda ku keluar dari area pemakaman.

"Jung, kalo kamu mau ke Yeri, kamu kan bisa bilang aku. Pasti aku temenin" katanya.

Aku menoleh sekilas, "mau sampe kapan kamu kayak gini Eun? Berjuang sendiri? Aku nggak yakin kamu bisa" aku mendecih.

"Mau sampe kapan juga Jung kamu kayak gini? Yeri udah meninggal. Buka hati kamu buat orang lain Jung" aku menahan roda di kursi ku. Sungguh kata - kata Eunha membuat ku emosi.

Tanganku lecet karena menghentikan roda di kursi ku, tapi aku tetap tak peduli.

"Aku nggak akan pernah bisa buka hati buat orang lain Eun. Kamu tau itu, selama lima tahun ini aku udah buktiin langsung kan? Mending kamu mundur sekarang atau aku yang akan menjauh dan ninggalin kamu" kata ku penuh penekanan dan dengan kasar segera mendorong sendiri kursi roda ku meninggalkan Eunha yang terdiam.

.
.

Malam ini aku kembali ke makam Yerim, sedikit perasaan tenang menyelimuti ku karena sejauh ini Eunha belum menampakkan diri, sejak kejadian beberapa malam lalu ia sama sekali tak mengganggu saat aku sedang menghabiskan waktu bersama Yerim.

'kenapa kecelakaan itu harus terjadi Rim? Kenapa harus kamu yang tertabrak? Kenapa kamu dorong aku waktu itu?' batin ku selalu menangis setiap mengingat kejadian lima tahun silam. Tak ada satu malam pun yang tak kuhabiskan menangis dan meratapi nasib di batu nisan Yerim, calon istri ku waktu itu.

 Tak ada satu malam pun yang tak kuhabiskan menangis dan meratapi nasib di batu nisan Yerim, calon istri ku waktu itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(329)
Vomment for more stories

.
.

Aslinya males update karena comment sepi di update sebelumnya. But tangan udah gatel mau update. So jadilah story ini. Semoga suka ya story ini.

Kalo vote nggak sampe 50 story nya bakal di unpub👌

Penguji kesetiaan paling besar bukan saat terpisah jarak dan waktu, melainkan saat harus tetap percaya saat berada di dimensi berbeda.

Storyline [jungri]Where stories live. Discover now