[49] Tak terduga

1.2K 207 2
                                    

Short

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Short

---

"Rim, ayo dong dimakan.." aku menghela nafas lelah karena Yerim tak kunjung mau memakan makan siangnya. Ia nampak begitu terpukul dengan kejadian empat hari yang lalu.

.
.

Empat hari yang lalu,

"Astaga Rim!!!" Aku yang panik karena melihat darah mengalir di kaki Yerim akhirnya segera menggendong dan membawa nya kerumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, dokter Lee segera memeriksa kondisi Yerim yang pingsan sejak dari perjalanan ke rumah sakit tadi.

Aku menunggu dalam diam di lorong depan UGD. Aku tak tau apa yang sebenarnya terjadi, yang ku tau saat itu adalah Yerim sudah jatuh terduduk diperpustakaan rumah kami, diambang kesadaran, mengerang menahan sakit di perut dan darah mengalir di kaki nya.

"Istri anda mengalami pendarahan Mr. Jeon dan karena kondisi bayi dalam kandungan istri anda yang rentan, kami mohon persetujuan anda untuk mengeluarkan bayi anda se segera mungkin" kata dokter Lee setelah melakukan pertolongan pertama pada Yerim.

"Yang, besok kita mulai senam ibu hamil ya biar nantinya aku bisa melahirkan normal"

Aku terhanyut saat tiba-tiba ingatan tentang perkataan Yerim minggu lalu terlintas di pikiran ku. Keinginan Yerim untuk melahirkan secara normal membuatku bergeming.

Namun, kenyataan menghantam kesadaran ku. Aku mengangguk dengan berat hati menyetujui saran dokter Lee untuk segera mengeluarkan adek dari perut Yerim.

"Lakukan yang terbaik dok. Saya percayakan istri dan anak saya pada dokter" kataku yang selanjutnya kembali ditinggalkan dokter Lee yang segera melakukan operasi bagi Yerim.

.
.

Aku meringis kala mengingat kondisi bayi ku yang bahkan baru genap berumur 30 minggu. Bayi ku harus diletakkan di inkubator sesaat setelah dikeluarkan dari perut Yerim. Dan sejak saat itu, Yerim seolah mendiami ku.

"Namanya Jeon Youra" kata ku saat pertama kali melihat adek di inkubator bersama Yerim tiga hari yang lalu.

"Maaf Jeon, ini salah ku. Kalo aja waktu itu aku nggak bandel ngambil buku di rak paling atas. Mungkin aku nggak akan jatuh dan malah ngebahayain adek" tangis nya saat mengetahui keadaan bayi kami pertama kali. Aku tersenyum lirih waktu itu, memeluk nya dan mengecup keningnya.

"Nggak ada yang salah Rim. Ini semua takdir Tuhan, yang penting sekarang Adek lahir baik-baik aja. Kita tinggal pantau kesehatan adek di inkubator" kata ku berusaha menenangkannya. Namun sejak saat itu pula, Yerim seolah tak bersemangat dan bahkan sampai saat ini, genap empat hari kelahiran anak ku Yerim tetap saja terlihat sering melamun dan selalu sulit makan.

Aku kembali tersentak saat mendengar suara dengkuran halus Yerim. Ku tengok Yerim yang ternyata sudah tertidur dan sama sekali belum memakan makan siang nya.

Ku letakan nampan di nakas dan beranjak keluar.

.
.

"Yang sabar ya Kook" aku menoleh saat dokter Lee berdiri disebelahku dan berkata.

"Semua pasti terpukul. Tapi Yerim pasti jauh lebih merasa terpukul" aku tersenyum lirih mendengar Taeyong berkata lagi.

"Selalu dampingi dia Kook" kata Taeyong lagi dan lagi sebelum akhirnya ia beranjak dan meninggalkanku yang masih diam di depan ruang inkubator anakku.

'Aku pasti terus dampingi kamu dan anak kita Rim'

'Aku pasti terus dampingi kamu dan anak kita Rim'

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(485)
Vomment for more stories

.
.

Hai? Aku sempetin nulis nih...
Semoga suka ya, walau agak melow gitu part ini 🤭

Storyline [jungri]Where stories live. Discover now