"Han, yang tadi pagi di Instastory lo itu anaknya dokter Yuvin kan?" Begitu mendapat jawaban berupa anggukan singkat dari Yohan yang sibuk mengunyah Yupi merah mudanya, Dongpyo lantas melanjutkan, "Kenapa nangis begitu? Nangisnya histeris banget lagi. Sampai pipinya merah-merah gitu. Lo juga masih sempat-sempatnya divideo. Anak nangis bukan didiemin malah digangguin."
Yohan terkekeh pelan, menyelipkan bungkusan kembang gula lunaknya ke dalam saku snellinya. "Buat sarapan tadi, gue masak sup pakai crabstick. Tapi emang dasarnya dokter Yuvin aja yang hobi ngerjain anak sendiri. Jadi, semua sayur di mangkuk dia dipindah ke mangkuknya Ae Young, terus crabsticknya Ae Young dia ambil. Nangis deh anaknya. Tadinya gue kasihan, tapi gemes juga lihatnya hahaha..."
Di samping Yohan, Minhee mencibir kecil, memukul belakang kepala sahabat karibnya pelan. Tidak terlalu keras. "Anak itu lama-lama mirip banget sama lo, Han. Ada masalah dikit, responnya heboh banget. Wajahnya juga lama-lama mirip banget sama lo, bedanya dia cewek, lo cowok. Tapi belakangan ini setelah lo kenal anaknya dokter Yuvin, lo jadi kayak semacam... ibu rumah tangga?"
Yohan mendesis. "Gue laki-laki, jelas bukan ibu rumah tangga."
"Tapi tugas lo mirip ibu rumah tangga yang harus mengayomi suami dan merawat anak sepenuh hati. Anaknya dokter Yuvin juga kayaknya lengket sama lo sih, Han. Jadi, anggap aja kalau sekarang lo itu merangkap sebagai ibu rumah tangga." Hyungjun terbahak keras, seperti tidak punya rasa bersalah. Padahal baru datang tadi, ia mengomel karena Dongpyo tidak memperbolehkannya membolos untuk membawa replika Annabellenya ke paranormal setelah tiruan boneka itu membuat ulah.
Berbeda dengan Yohan yang sibuk mendumel kesal saat Hyungjun dan Minhee melabelinya dengan sebutan ibu rumah tangga, yang didukung dengan tawa nyaring seperti tanpa saringan oleh Dongpyo, Eunsang dan Minkyu hanya berjalan tenang di belakang keempatnya sambil sesekali saling menanyakan perihal persiapan UKMPPD, materi dari stase mayor yang sudah lama sekali mereka lalui, dan tentu saja saling menanyakan kabar pasangan mereka masing-masing. Hanya saja, Minkyu sedikit lebih berhati-hati ketika ia menanyakan kabar Junho sebab bisa saja mungkin ia justru membuat Eunsang kian kepikiran dengan keadaan koass paling bau seantero rumah sakit itu.
Namun alih-alih terlihat murung, Eunsang justru tersenyum. Senyumnya tetap semanis biasanya, dengan mata menyipit lucu dan kedua sudut bibir tersungging lugu. "Kata dokter Sira tadi pagi sewaktu kak Midam coba telepon beliau, kondisi Junho pelan-pelan mulai stabil. Walaupun belum tau kapan Junho bakalan bangun, seenggaknya udah ada perkembangan yang bagus," katanya.
Seketika keributan di barisan depan terhenti. Yohan sontak menoleh ke belakang, mengabaikan Dongpyo yang masih tertawa hingga ditatap tidak menyenangkan oleh beberapa kakak perawat - seperti itulah cara koass memanggil perawat - yang lewat. Bahkan Minhee dan Hyungjun yang semula sibuk meledek Yohan pun turut menoleh.
"Beneran kan kalau Junho mulai stabil?"
Eunsang mengangguk. Senyum di wajah Minhee membuatnya tidak bisa menahan diri untuk tidak ikut tersenyum. Setelah apa yang terjadi pada Junho hari itu, ia hampir tidak pernah melihat Minhee tersenyum yang benar-benar tersenyum saat mendengar kabar tentang Junho.
Yohan mendekat, meraih kedua bahu Eunsang dan mencengkramnya erat-erat, kemudian mengguncangnya keras sampai Minkyu yang berdiri di sampingnya khawatir kalau saja Eunsang justru tersungkur. "Seneng banget tau nggak gue dengernya, Sang. Seenggaknya dengan keadaan yang mulai stabil, kita tau kalau Junho juga berjuang buat bangun, Junho juga berjuang buat kembali. Dengan begini juga kita tau kalau ada kemungkinan besar Junho bisa bangun, entah kapanpun itu. Seenggaknya ada harapan."
Senyum di bibir Eunsang kian lebar. Ia mengangguk. Menyentuh kedua tangan Yohan yang mencengkram kedua bahunya, meremasnya lembut. "Junho pasti bisa bangun. Junho pasti bangun. Tim dokter udah berusaha dengan kemampuan terbaik mereka, Junho pasti sangat menghargai itu dan berusaha un-"
"Leon mau ketemu doktel Eunwoo cekarang! Leon nggak mau mau jalan-jalan, maunya ketemu doktel Eunwoo!"
Perkataan Eunsang terpotong, bahkan sebelum sempat ia menyelesaikan kalimatnya. Sisa kalimatnya menggantung di ujung lidahnya. Suara anak kecil beberapa meter di belakang Hyungjun dan Dongpyo sana membuatnya menghentikan kalimatnya. Suara dan nama anak itu tidak asing baginya, tapi rasanya sudah lama sekali ia tidak mendengarnya atau sekedar mendengar kabarnya. Tapi tetap saja, tidak asing.
Dahi Yohan mengernyit dalam. Diayunkannya satu tangannya ke depan wajah Eunsang, namun kawannya itu justru berusaha melihat melewati tubuhnya, ke objek yang mungkin saja eksistensinya berada di belakang dirinya. Atau mungkin di belakang si kembar?
"Eunsang, jangan melamun gitu dong. Gue jadi serem sendiri lihatnya. Tadi lo mau bilang apa? Belum juga selesai ngomong, masa langsung berhenti ngo-"
"Nggak mau! Leon mau ketemu doktel Eunwoo saja. Leon mau bicala sama dokter Eunwoo saja. Di sini tidak ada yang mau temenin Leon. Cuma doktel Eunwoo yang mau temenin Leon. Mau doktel Eunwoo saja!"
Eunsang mengerjap beberapa kali. Ia ingat anak di atas kursi roda yang tengah didorong oleh seorang perawat. Anak itu adalah anak yang sama dengan anak yang pernah menabrak kakinya dan langsung memeluknya karena ingin melarikan diri dari dokter Eunwoo, juga anak yang sama dengan anak yang menyuapinya permen karena ia tidak diperbolehkan makan.
Ia terpekur beberapa saat, tatapannya lurus menatap anak itu. Rasanya sudah lama sekali ia tidak melihat Leon, juga lama sekali tidak mendengar kabar tentang anak menggemaskan yang selalu menyebut Eunwoo dengan sebutan monster itu. Ke mana saja anak itu selama ini?
Dulu seingat Eunsang, Leon tidak sekurus itu. Tubuhnya memang kurus, tapi kedua pipinya masih terlihat tembam. Bahkan ketika ia mencium anak itu saking gemasnya, pipi anak itu terasa lembut seperti roti. Tapi sekarang, rasanya sudah sangat berbeda. Eunsang yakin, masih belum genap setahun setelah pertemuan pertama mereka, tapi Leon sudah banyak berubah. Tubuhnya kian kurus, pipinya tidak lagi setembam dulu, dan ada selang panjang yang terpasang di tubuhnya.
Apa yang membuat balita itu kembali ke rumah sakit ini dengan keadaan lebih buruk daripada pertemuan pertama mereka?
"Anak itu sakit apa ya? Dulu pas di stase Anak, gue pernah ketemu beberapa kali. Tapi nggak pernah kedapatan buat follow up dia. Kayaknya emang dipegang langsung sama residen, spesialis, dan beberapa subspesialis." Hyungjun kedengaran bergumam, tapi Eunsang tidak benar-benar fokus mendengarnya. Ia masih menatap lurus ke depan, menatap lamat-lamat Leon yang memeluk erat replika Optimus Primenya.
Dan Eunsang ingat. Replika Optimus Prime itu adalah replika yang sama dengan pemberian Junho berbulan-bulan lalu.
"Kayaknya emang dia doang sih yang nggak pernah dipegang koass. Paling nggak, langsung dipegang residen. Gue juga beberapa kali ketemu anak itu dulu, tapi nggak pernah tau dia sakit apa," Dongpyo menimpali kala Eunsang melihat anak itu kian terlihat sedih, seperti akan menangis, tapi ditahan sekuat tenaga.
"Ya ampun, kurus banget. Gue nggak pernah lihat pasien anak-anak yang sampai sekurus itu. Dia nggak punya masalah kesehatan yang serius kan? Kok bisa sampai sekurus itu?"
Hati Eunsang mencelos. Seorang perawat perempuan berusaha membujuknya sembari menyingkap selimut yang menutup sepasang tungkai kecil anak yang ia kenal bernama Leon itu untuk membenarkannya. Anak itu terlihat mengatakan sesuatu yang terdengar begitu lirih, tapi si perawat hanya bisa menggeleng ragu dan mengusap lengan Leon untuk memberi anak itu pengertian.
Sejenak, fokus dan pandangan mereka terarah pada titik yang sama. Anak itu menaikkan kedua bahunya, hingga kemudian sebuah lemparan mengejutkan keenamnya. Anak itu - Leon - baru saja melemparkan replika Optimus Primenya ke lantai, membuat bagian kepala dan kakinya terlepas.
"Leon mau ketemu doktel Eunwoo, Leon juga mau makan!"
Perawat itu tentu saja kalang kabut bukan main. Mengabaikan Optimus Prime setengah hancur di lantai santai, ia berusaha menenangkan si kecil yang mulai menangis. "Leon tidak boleh makan. Sabar ya, Sayang. Dokter masih memikirkan cara supaya Leon boleh makan."
Jadi, anak itu tidak diperbolehkan makan? Anak itu dilarang makan?
Tunggu sebentar. Kayaknya mataku agak siwer (?) tapi anak ini kok tatapan matanya kayak sefrekuensi sama Yunseong🤔
"Apakah ini artinya aku akan punya tuyul yang bisa berbicara?"
"Errr... tidak."
"Stop meowing, Wooseok."