This chapter contains the theme of infidelity, poor self-affection, poor self-control, toxic relationships, manipulative character, and several other things that trigger discomfort. It's forbidden to link the profession with characterizations. If inconvenience arises in reading or after reading, please skip. Take care of yourself.
👹Read at your own risk👹
Byungchan berusaha tidak terkejut kala Cho Seungyoun berjalan ke arahnya dengan setelan seragam jaga malam ketika ia sedang duduk menikmati sebotol kopinya setelah beberapa saat pemilik kantin mengatakan bahwa mereka tidak dapat memanaskan air sejak siang tadi karena alat pemanas air mereka rusak dan kompor mereka sedang kehabisan gas. Bahkan ia berusaha menjaga ekspresinya kala dokter internship itu akhirnya mengulas senyum di hadapannya.
Ia tidak tahu apa yang mungkin akan dibicarakan atau bahkan dilakukan oleh Seungyoun, tapi ia mulai menduga bahwa topiknya mungkin saja Seungwoo. Perlahan ia menghela napas, mengembuskannya perlahan dan balas mengulas senyum, memberi isyarat pada pemuda itu untuk duduk dan tidak telalu formal dengannya.
Seungyoun masih mempertahankan senyumnya, terasa agak canggung. "Boleh saya ngobrol sebentar dengan anda, dok? Saya janji tidak akan lama karena saya juga harus kembali ke bangsal," tanyanya lirih.
Tentu saja Byungchan mengangguk. Seungyoun sudah berdiri di depannya untuk ia tolak. Meski rasanya ia harus mempersiapkan diri, tapi tidak apalah. Tidak ada yang salah dengan mengobrol berdua dengan Seungyoun.
"Saya ingin mengembalikan ini kepada anda, dok."
Byungchan tersentak. Cincin Seungwoo berada di hadapannya, baru saja terlepas dari genggaman Seungyoun dan cincin itu masih sama seperti terakhir kali ia melihatnya. Beberapa bulan lalu, ketika masih melingkar di jemari Seungwoo. Ia tersenyum lagi. "Kami sudah putus, Seungyoun. Kamu bisa menyimpan itu. Anggap saja sebagai... kenang-kenangan dari Seungwoo?"
Namun jelas saja Seungyoun menggeleng. Ia mendorong cincin itu mendekat ke jemari Byungchan. "Tidak, dok. Saya tidak bisa menyimpannya dan tidak pantas menyimpannya setelah apa yang terjadi. Bahkan untuk melihatnya pun, saya merasa tidak pantas," kilahnya.
"Mengapa begitu?"
Napas Seungyoun tercekat, ia menunduk dalam-dalam. Byungchan tidak berani mendesaknya lebih jauh. "Sayalah yang membuat hubungan anda dan dokter Seungwoo seperti ini. Sayalah yang mebuat hubungan anda dengan dokter Seungwoo terpaksa berakhir. Saya benar-benar minta maaf. Mungkin permintaan maaf saya tidak akan berarti apa-apa untuk anda, tidak pula mengubah keadaan yang sudah terlanjur terjadi, tapi dari dalam hati saya, saya ingin meminta maaf untuk segalanya. Untuk merebut dokter Seungwoo dari anda, untuk membuat dokter Seungwoo berada begitu jauh dengan anda, dan untuk membuat hubungan anda dengan dokter Seungwoo berakhir sangat tidak menyenangkan. Saya benar-benar minta maaf, dok."
Byungchan menumpukan dagu pada kedua tangannya. Lidahnya mendadak kelu. Ia menarik napas panjang, mengembuskannya perlahan.
"Saya tahu, permintaan maaf saya tidak akan merubah apapun yang sudah terjadi. Permintaan maaf saya juga tidak akan bisa mengobati luka yang ada di hati anda. Tapi saya sungguh ingin meminta maaf atas segalanya yang telah terjadi. Saya benar-benar menyesal telah membuat hubungan baik anda dengan dokter Seungwoo hancur hingga menjadi seperti ini. Mungkin permintaan maaf saya hanyalah kata-kata yang tidak berarti, tapi saya bersungguh-sungguh melakukannya. Saya benar-benar ingin meminta maaf." Di ujung kalimatnya, Seungyoun menunduk dalam-dalam.
Byungchan mengangguk. Diraihnya cincin di atas meja sana, kemudian dimasukkannya ke dalam saku seragam jaganya. "Benda ini sebaiknya tidak perlu kita lihat, Seungyoun. Baik saya ataupun kamu, rasanya kita tidak perlu melihat benda ini dalam jarak dekat. Berbahaya sekali, walaupun bukan unsur radioaktif," katanya santai.
Seungyoun mengangkat wajah perlahan. Sejenak dokter internship itu kelihatan bingung, tapi memilih tidak mengatakan apapun. Ia hanya diam, membiarkan Byungchan menatapnya lekat, meski sesungguhnya pasti timbul rasa canggung dan tidak enak hati dalam dirinya.
"Orang yang seharusnya datang untuk meminta maaf adalah Seungwoo, bukan kamu. Bahkan seharusnya dia juga datang ke hadapanmu untuk meminta maaf."
Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan perasaan Seungyoun saat itu. Dalam artian paling singkat, Seungyoun speechless.
"Semenarik apapun orang-orang di dunia ini, jika dia ingat bahwa dia sudah bertunangan, tidak seharusnya dia tertarik pada orang lain sampai sejauh itu. Dunia ini memang tidak bisa lepas dari orang-orang menarik. Bahkan saya harus mengakui bahwa banyak sekali orang yang menarik di mata saya. Tapi apakah alasan seperti itu lantas membuat saya melupakan komitmen yang saya buat dengan Seungwoo? Tidak, tentu saja tidak seperti itu. Semenarik apapun orang-orang di dunia ini, semua tetap kembali pada kita untuk mengaguminya sebagai objek atau mengaguminya sebagai subjek. Maknanya jelas berbeda."
Sepasang netra Seungyoun beberapa kali bergerak naik turun tidak fokus dan terkadang ia menatap Byungchan lamat-lamat cukup lama, sampai kemudian ketika Byungchan menangkap dan mengunci sorot matanya, ia berusaha membuang tatapannya.
"Mungkin benar, saya merasa terluka saat dia pergi untuk memilih bersama kamu. Tidak ada orang yang merasa baik-baik saja saat pasangannya memilih berkencan dengan orang lain di saat sudah ada ikatan jelas di antara mereka. Tapi kadang-kadang saya juga berpikir, mungkin ada perasaan nyaman yang Seungwoo rasakan saat bersama kamu, yang tidak dia dapatkan saat bersama saya."
Seungyoun terpekur cukup lama. Ia menelan ludahnya susah payah. "Tapi saya tidak ingin bersamanya lagi, dok. Saya tidak ingin mendapatkan kebahagiaan dengan jalan menyakiti seseorang. Saya juga tidak ingin merebut kebahagiaan orang lain."
"Saya mengerti." Byungchan kembali mengulas senyumnya dan mengangguk beberapa kali. "Itulah kenapa saya bilang bahwa orang yang seharusnya datang meminta maaf adalah Seungwoo, bukan kamu. Dan seharusnya dia juga datang ke hadapan kamu untuk meminta maaf. Dia berhutang banyak hal kepada saya, juga kepada kamu. Dan seharusnya dia membayar itu, bukannya melarikan diri seperti narapidana, juga membuat kamu menanggung semuanya. Semua yang sudah terjadi ini, Seungwoo yang membuatnya terjadi. Kalau tidak bertindak seperti orang bodoh dengan memikirkan segala resikonya, semua ini tidak akan terjadi."
Seungyoun menggeleng pelan, berniat kembali berkilah. "Tidak, dok. Semua karena saya. Jika seandainya saat itu dokter Seungwoo tidak bertemu saya, mungkin segalanya tidak akan terjadi," katanya.
Byungchan speechless. Ia buru-buru menggeleng, berusaha menepis penilaian Seungyoun terhadap dirinya sendiri. "Bukan sepenuhnya salah kamu. Tidak ada salahnya lahir sebagai orang yang menarik. Itu kelebihan tersendiri untuk kamu. Dan kamu jelas tidak bisa melarang orang lain untuk tidak tertarik padamu karena tertarik padamu adalah pilihan mereka. Dengar, Seungyoun, dunia ini tidak pernah lepas dari orang-orang menarik. Jumlahnya ada banyak sekali, saya tidak bisa menghitungnya. Kalau sedari awal Seungwoo memahami bahwa rasa tertariknya hanyalah suatu perasaan wajar dan mengingat bahwa ia sudah memiliki tunangan, tidak akan terjadi hal ini. Sebenarnya, banyak sekali orang yang menyukai dia di rumah sakit ini, hanya saja Seungwoo memilih untuk tidak tertarik pada mereka. Keputusannya untuk tertarik pada seseorang dan bagaimana dinamika perasaannya, itu sepenuhnya hak dia untuk mengendalikan. Jadi, jangan terlalu menyalahkan dirimu. Kamu juga pasti tidak berharap terjebak dalam situasi seperti ini kan?"
Dan Seungyoun hanya bisa tersenyum kecut mendengarnya. Namun meski begitu, ia mengangguk samar. "Dokter Byungchan, saya harap anda bisa bertemu seseorang yang lebih bertanggungjawab dari dokter Seungwoo. Tidak ada yang bisa saya lakukan untuk menebus segala kesalahan yang sudah saya perbuat kepada anda – selain permintaan maaf ini – tapi saya berharap anda mendapatkan hidup sebagaimana yang anda harapkan."
"Seungyoun, kamu adalah satu dari seribu orang yang berbesar hati mau datang ke hadapan orang lain dan meminta maaf terang-terangan. Jarang sekali saya melihat orang seperti kamu. Kebanyakan yang saya lihat hanya berani meminta maaf lewat pesan singkat atau sosial media dengan banyak sekali kalimat defensif, tapi kamu tidak. Saya tau bahwa kamu sudah mendapatkan cap dan pandangan buruk dari orang lain, tapi kamu berbesar hati mau menemui saya langsung dan meminta maaf langsung. Meski sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan itu, tapi saya sangat menghargai itu, Seungyoun. Dan saya harap kamu juga bisa mendapatkan hidup seperti yang kamu harapkan."
Kedua sudut bibir Seungyoun terangkat, senyumnya perlahan merekah. Indah sekali, menarik. Dan Byungchan mulai paham mengapa banyak sekali perawat perempuan, juga laki-laki yang mengagumi dokter internship ini. Selain terlihat tampan, dia juga terlihat manis. Sebuah komposisi yang pas.
"Oh ya, Seungyoun..." Byungchan memberi jeda di akhir kalimatnya, memilih meneguk sebentar kopinya dan membiarkan Seungyoun menatapnya lebih dulu setelah sekian lama menunduk. "Sebentar lagi masa internshipmu selesai, apa kamu punya rencana ke depannya? Membuka praktek sebagai dokter umum atau menjadi dokter umum di rumah sakit?"
Seungyoun berpikir-pikir sejenak, ia kelihatan bingung. "Saya belum punya rencana untuk ke depannya, tapi mungkin saya akan membuka klinik kecil dan bergabung dengan yayasan kesehatan lingkungan. Kalau memungkinkan, saya juga ingin kembali ke Belanda untuk menemui papa saya. Walaupun itu sangat tidak mungkin. Tapi rencana saya ke depannya sebagai dokter, tentu saja PPDS. Tidak ada yang saya inginkan lagi selain menjadi dokter spesialis yang berguna bagi banyak orang."
"Itu bagus. Rencananya ambil PPDS apa?" Byungchanlah kali ini yang berpikir. Raut wajahnya berubah kesal seketika. "Jangan ambil Interna kalau kamu tidak ingin lebih cepat keriput di usia muda dan tidak ingin beresiko terkena hipertensi. Jangan juga ambil Bedah kalau semangat belajar kamu mirip semangat belajarnya Yuvin, nanti kebanyakan sambatnya daripada belajarnya. Tapi mungkin kamu bisa belajar tentang PPDS Ilmu Kesehatan Anak. Walaupun sebagian besar anak-anak itu nyebelin, tingkah lucu mereka bisa bikin kita lebih rileks lho."
Seungyoun tertawa. Suara tawanya renyah, meski agak melengking. Tapi sungguh, suara tawa Seungyoun adalah sesuatu yang menular. "Oh ya, dok, ngomong-ngomong tengang PDDS Ilmu Kesehatan Anak, apa dokter Eunwoo sudah bisa ditemui?" tanyanya.
Seketika sepasang netra Byungchan memincing tajam. Ia mengangguk kaku. "Dia diperbolehkan pulang sore tadi, tapi masih belum bisa ditemui karena harus istirahat untuk 2 atau 3 hari sampai kondisinya benar-benar pulih. Ada apa memangnya?"
Melihat bagaimana respon Byungchan yang mengejutkan, Seungyoun buru-buru menggeleng. "Tidak, tidak, tolong jangan salah paham, dok. Tadi siang masuk pasien anak-anak dengan riwayat perawatan di Jackson Memorial Hospital di Miami, tapi pernah dirawat di rumah sakit ini sebelumnya. Dia anak laki-laki, usianya sekitar 5 tahun dan dia terus menangis ingin bertemu dengan dokter Eunwoo. Dilihat dari rekam medisnya, anak itu memiliki penyakit yang bisa dibilang langka. Hirschsprung. Dokter tau, kan?"
"Hirschsprung?"
Seungyoun mengangguk. "Katanya, anak itu sudah dirawat di rumah sakit ini sejak usianya masih setahun dan beberapa bulan lalu dipindahkan ke Jackson Memorial Hospital untuk mendapatkan perawatan yang baik. Tapi karena suatu keadaan, anak itu kembali ke sini. Dan sore tadi, anak itu menangis, meminta bertemu dengan dokter Eunwoo. Menurut keterangan dari orangtuanya, pada usia 2 tahun, anak itu menjalani pembedahan perut untuk membuat lubang anus buatan. Kemudian memiliki riwayat mengalami MRSA septic shock yang jika infeksinya mencapai 90 persen bisa mengakibatkan gagal jantung dan fungsi otak terganggu akibat infeksi keracunan darah."
Byungchan tidak asing lagi dengan nama hirschprung. Nama penyakit ini seringkali membuat dokter Jonghyun sakit kepala dan berakhir bersinggungan pendapat dengan dokter Young Ae, mengingat keduanya adalah konsultan gastroenterologi hepatologi. Tapi selama beberapa bulan ini, seingatnya tidak ada anak dengan penyakit hirschprung yang dirawat di sana. Atau sebelumnya sudah ada, tapi ia tidak tahu...?
"Orangtuanya bilang banyak sekali yang sudah terjadi pada anak itu. Selain MRSA septic shock, anak itu juga pernah mengalami kondisi di mana ususnya sudah sangat tipis dan bisa berlubang kapan saja, fungsi hati yang menurun, pembengkakan limpa, sehingga dokter sudah memvonis anak itu hanya bisa bertahan selama 3 bulan saja. Tapi saat usianya masuk 4 tahun, kondisi anak itu pelan-pelan mulai stabil karena pengobatan intensifnya dan kemudian orangtuanya membawa anak itu ke Miami untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik, tapi dari sekian banyak dokter yang sudah dia kenal, orangtuanya menyebut bahwa dokter Eunwoolah yang anak itu percaya. Dan mereka membawa kembali anak itu ke rumah sakit ini."
Sebuah cerita yang lumayan panjang dan Byungchan harus menahan napas ketika Seungyoun menceritakannya. Ia tidak tahu bahwa Eunwoo yang selalu bertingkah seperti badut pertunjukan – entah karena apa – itu ternyata membuat anak sekecil itu mempercayainya.
"Orangtuanya bilang, dokter Eunwoo adalah satu-satunya dokter yang mau memakan apa saja untuk mendeskripsikan bagaimana rasa makanannya pada anak itu karena apapun yang anak itu makan, selalu dimuntahkan dan sampai sekarang, anak itu tetap tidak bisa memakan apapun. Singkatnya, anak itu tidak bisa makan karena kondisi kesehatannya. Ia hanya mendapat nutrisi dari kateter yang menyuplai nutrisi langsung melalui pembuluh darah vena pusat."
Dulu ketika ia masih koass di stase Anak, konsulennya pernah mengatakan sesuatu seperti, "Anak-anak jika sudah mempercayaimu, dia akan mempercayai dengan sepenuh hatinya. Kepercayaan mereka lebih tulus daripada kepercayaan orang dewasa karena mereka belum memahami apa itu benci dan dendam."
Keterangan :
MRSA septic shock : Penyakit yang timbul akibat infeksi dari bakteri Staphylococcus aureus yang menyebabkan keracunan darah. Orang yang terinfeksi bahkan dapat meninggal dalam beberapa jam.
Selamat pagi😍