"Akhirnya kelar juga panggilan alam sejak kemarin. Leganya..."
Donghyun menghela napas panjang, sesekali tampak menepuk-nepuk pelan perut bagian bawahnya. Setelah berjam-jam menahan panggilan alam dan muatannya, akhirnya pagi buta ini ia bisa mengeluarkan segala muatan yang ditahannya susah payah demi bermondar-mandir ria di IGD gara-gara Jinwoo dan mulut kotornya yang selalu saja mengucap banyak kosakata kotor yang tetap saja lebih disukai peri IGD, ketimbang kewangiannya yang legendaris dan banyak diharapkan.
"Hyon, lo udah selesai belum panggilan alamnya?"
Serasa toilet rumah sakit hanya milik berdua, Donghyun berteriak ke bilik sebelah. Bilik di mana Dohyon juga sedang memenuhi panggilan alamnya. Suaranya menggema, diikuti dengan suara kran air yang dinyalakannya kembali. Mumpung sedang ada air, setidaknya ia bisa merapikan sejenak rambutnya dengan air. Tidak awet, tidak masalah, asalnya tampak segar karena sejak semalam suntuk, ia sama sekali tidak dapat merasa segar. Semua karena salah Jinwoo.
Sementara Donghyun merapikan rambutnya, menyisir beberapa helai bagian depannya ke belakang dan sesekali merapikan bagian belakangnya dengan jari-jari basah berairnya, di bilik sebelah Dohyon menanggapi pertanyaannya dengan rengekan panjang.
"Gue nggak bisa buang air besar, Hyun! Hampir sebulan gue nggak makan sayur! Tolong, ini perut gue udah kayak balon siap meletus!"
Donghyun berdecak dan melirik ke samping, meski yang dilihatnya hanyalah dinding berlapis keramin biru yang bagian bawahnya mulai berlumut. "Makanya perbanyak makan rumput. Sapi itu banyak makan rumput dan seumur hidupnya sampai dia disembelih buat dijadiin rendang, sekalipun nggak pernah sembelit. Lo harus mengikuti gaya hidup sapi!"
"Lo pikir gue sapi?" Dohyon balas berteriak. Suaranya tidak kalah menggema dengan suara Donghyun. Kedua koass ini sepertinya lupa kalau toilet rumah sakit adalah toilet umum. Dan biasanya, memiliki penghuni lain. "Donghyun, mintain obat pencahar ke IGD! Ini beneran perut gue kayak balon udara siap meletus! Gue nggak sanggup ke mana-mana kalau perut gue penuh!"
"Makanya kalau punya makanan tuh berbagi, jangan dimakan sendiri. Gitu sekarang kan akibatnya kalau punya makanan nggak pernah mau berbagi. Rakus sih jadi orang!"
"Lo kalau nggak bisa bantu, diem deh, Tong Bensin!"
"Bodo amat!"
Dohyon meraung dramatis, sementara Donghyun tertawa terbahak-bahak. Toilet rumah sakit terasa seperti milik berdua. Keduanya terus saling berkelakar lintas bilik dengan suara kencang, tertawa seperti tidak seorangpun akan menegur mereka, sampai beberapa saat kemudian, Dohyon sepertinya kesal sendiri. Ia berhenti menanggapi ejekan Donghyun dan mulai kembali fokus pada panggilan alamnya yang tidak kunjung kelar.
Donghyun sudah selesai dengan kegiatan merapikan rambutnya - dengan air - dan menggedor dinding sebelahnya beberapa kali. "Jadi dimintain pencahar ke IGD nggak? Yang kapsul atau yang supositoria? Cepetan, jangan kelamaan. Keburu gue tinggal juga lo--"
"Istri saya kebetulan perawat di sana, jadi sedikit banyak dengar dari rekan-rekan sesama perawatnya. Udah lusa lalu kejadiannya, tapi masih diperiksa ulang. Kurang tau nantinya bagaimana. Saya juga nggak mau komentar atau menanggapi terlalu jauh, takut salah ngomong. Nanti jadi saya yang kena masalahnya, padahal juga nggak tau kebenarannya."
Donghyun berhenti berteriak. Seorang pria masuk ke toilet, sedang mengobrol dengan seseorang. Sepertinya dia tidak datang sendiri. Ia berhenti menggedor dinding, sampai terdengar Dohyon merengek pelan menyebut supositoria. Tapi Donghyun terlanjur tidak fokus.
"Dengar-dengar, beliau orangnya memang tempramental. Kalau memang ingin tau, coba sekali tanya ke anak-anaknya. Tapi kalau saya pribadi, nggak pengen ikut campur. Kalau dengar berita gitu, ya dijadikan pelajaran aja. Kalau sampai pengen tau sampai ke akarnya, rasanya nggak etis. Tapi dokter Cha Daniel itu..."
Donghyun membuka pintu bilik toiletnya. Dua orang perawat lelaki senior menatapnya, kemudian menyapanya ramah. Ia buru-buru mengulas senyum dan keluar, melupakan Dohyon di bilik sebelah.
................................... [[💌🕊]]
Yohan berdecak sebal. Sudah berulang kali ia menjauhkan Minhee dari lehernya, tapi temannya itu tetap terlalu clingy dengannya. "Apaan sih, Hee? Jauh-jauh sana, geli tau," protesnya.
Alih-alih menurut, Minhee justru semakin dalam mengendusi leher Yohan. Sesekali ia tampak menggesekkan ujung hidungnya dengan permukaan kulit leher Yohan. Dokter muda itu meraung, berusaha menjauhkan Minhee dari lehernya untuk keseratus kalinya pagi ini, tapi Minhee memanglah Minhee. Ia justru mengungkung Yohan dengan kedua tangannya dan kembali mengendusi leher Yohan, seakan semua teriakan Yohan hanyalah omong kosong.
"Minhee, geli! Apaan sih!" Yohan kembali meraung ketika Minhee mulai iseng memberi kecupan kupu-kupu di lehernya, yang sontak membuat Hyungjun dan Dongpyo menatap keduanya lurus-lurus. "Minggir sana! Geli tau!" teriaknya lagi.
Bukan Minhee namanya kalau tidak bandel. Ia terus mengendusi leher Yohan dengan ujung hidungnya dan memberi kecupan-kecupan singkat di bagian yang sudah diendusnya. "Wangi banget sih hari ini, Han. Tumben banget gitu wangi parfum sama bedak bayi. Biasanya parfum lo baunya mirip parfum dukun. Ini tumben wangi banget, wangi bayi. Bayi Yohan..."
Yohan mendesis. "Ini parfum sama bedaknya Ae Young. Jauh-jauh sana sebelum kepala lo gue lempar pakai Dorland, mumpung ini beneran gue bawa Dorland nih!" teriaknya mengancam.
"Wangi bayi banget, jadi pengen gue pacarin, Han. Pacaran sama gue yuk, Han. Sehari aja. Biar gue nggak sedih-sedih lagi gara-gara Junho masih di ICU, terus dokter Yunseong juga sibuk banget. Lagian dia baunya kayak mau motor habis dimandiin, kalau lo bau bayi. Suka banget." Minhee kembali pada aksinya.
Yohan kembali berteriak. Ia melompat menjauh dari Minhee dan bersembunyi di belakang Eunsang yang tampak sedang menata sesuatu di samping tasnya. "Sang, lihat Minhee tuh. Masa dia mau macarin gue, padahal dia pernah macarin lo. Usir dia, Sang. Serem banget kalau lagi mode begitu. Takut diapa-apain gue," adunya dramatis.
Eunsang menoleh pada Yohan, kemudian beralih pada Minhee. "Kalian berdua kenapa sih? Jangan ribut dong, ini masih pagi. Nanti Eunsang pakein parfum sama bedak bayi semua lho, sekalian pakai minyak telon biar semuanya wanginya kayak bayi."
"Pengen ngebayiin Yohan, Sang. Dia aja yang dipakein minyak telon sama bedak bayi yang banyak. Sekali-kali gue tuh pengen ngebayiin Yohan," Minhee tertawa keras setelahnya.
Yohan kembali mendesis. "Gue yang nggak mau dibayiin sama lo!" teriaknya.
Eunsang mulai pusing.
Tapi sebelum sempat ia menyuarakan kepusingannya, Donghyun lebih dulu tergopoh-gopoh masuk ke ruang koass, membuat daun pintunya menyentak dinding keras sekali.
"Ada gosip," katanya keras.
Dongpyo bertatapan dengan Hyungjun sejenak, kemudian dengan Eunsang dan Yohan, sebelum akhirnya menatap Donghyun. "Dasar tukang gosip," cibirnya.
Donghyun menggeleng. "Bukan gosip. Ralat, lebih ke berita," tandasnya.
"Kalau nggak seru dan nggak hot, mendingan nggak usah. Daripada dengar berita dari lo, mending gue ngebayiin Yohan." Minhee berkomentar. Agak pedas, dan agak membuat Yohan merinding.
"Papanya kak Junho. Ada yang bilang kalau beliau dipecat."
Eunsang menoleh cepat. "Dipecat? Kenapa? Karena apa?"
Donghyun mengangguk. Raut wajahnya tampak serius. "Pelanggaran kode etik. Selebihnya, gue nggak tau. Gue juga takut mau mencari tau atau berkomentar lebih jauh, takut salah ngomong. Tapi ini yang gue denger di toilet tadi."
Halo, pagi ini jangan lupa sarapan ya. Jaga kesehatan dan kebersihan. Usahakan banyak makan buah dan sayur, olahraga ringan meskipun hanya sebentar, dan istirahat yang cukup.
Jangan lupa menjaga daya tahan tubuh dan mencuci tangan. Semoga hari kalian menyenangkan😊