Minhee mencoba tidak terkejut saat ia dan teman-temannya berpapasan dengan Yury, Seungyoun, dan Hangyul. Ia tidak tahu apa yang sedang dilakukan ketiga dokter internship itu di sini pagi-pagi seperti ini, tapi kemunculan mereka meski hanya saling berpapasan tentu saja mengejutkan. Hyungjunlah yang pertama kali memberikan respon. Anak penyuka hal-hal seram itu memilih memalingkan wajah, bahkan ketika Hangyul menyapa ke arahnya. Kemudian Dongpyo yang memilih mengobrol dengan Eunsang karena kebetulan tubuh mungilnya terhimpit Eunsang dan Yohan. Sementara Minkyu masih bersikap seperti biasanya, menyapa dan mengangguk singkat, dan ia tidak tahu harus apa. Jadi, ia hanya diam dan tersenyum tipis.
Yury tersenyum ke arahnya, mencegatnya tepat di hadapannya dan mencekal lengannya perlahan. "Bisa ngobrol sebentar?" tanyanya.
Semula Minhee meragu, sampai kemudian Hangyul menepuk beberapa kali bahu Yury untuk berpamitan dengan membawa Seungyoun bersamanya, juga teman-temannya yang memilih melangkah duluan tanpa berpamitan padanya, ia mengangguk. Tidak ada salahnya mengobrol dengan Yury, toh sudah lama sekali terakhir kali ia mengobrol dengan kakak tingkatnya itu.
Selama beberapa saat, Yury kelihatan canggung. Ia menggaruk belakang kepalanya beberapa kali, kemudian menarik kedua sudut bibirnya untuk tersenyum tipis. "Apa kabar?" tanyanya.
"Aku baik, kayak biasanya." Dan Minhee, tidak kalah canggungnya. Ia tersenyum, tipis dan kaku sekali, hingga membuatnya hanya tampak seperti sebuah cengiran tidak ikhlas.
"Aku turut prihatin atas apa yang menimpa Junho. Ini berita terburuk yang kudengar sepanjang tahun ini, tahun 2020 yang bahkan masih awal." Yury mencoba berkata penuh hati-hatian. Topiknya pasti sensitif sekali untuk Minhee, sebab ia bisa langsung melihat bagaimana perubahan raut wajah anak itu. Bagaimanapun juga, Junho dan Minhee sudah berteman sejak mereka kecil. Banyak sekali yang mereka lewati bersama.
Minhee mengerang. Ia mencoba menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Kabar buruk tidak selamanya bisa ia tolak. Nyatanya, Yury hanya berbicara kenyataan dan keprihatinannya. Ia mengangguk pelan. "Ya, itu berita terburuk, seenggaknya dalam sejarah aku kenal Junho. Dan itu, tentu saja, nggak pernah diperhitungkan akan terjadi. Kemungkinan untuk bangun dalam waktu dekat mungkin kecil, tapi kami berharap yang terbaik untuk Junho."
Yury mengangguk. Dulu sekali ketika masih preklinik, tangannya pasti terasa ringan sekali untuk mengusak puncak kepala Minhee. Namun keadaan sekarang sudah berbeda. Jadi ia hanya bisa menahan dirinya dan tersenyum, berusaha menguatkan adik tingkatnya. Meski sejatinya ia tidak begitu yakin dengan tindakannya. Kentara sekali di genangan raut wajah Minhee, anak itu sedang sedih dan terpukul sekali. Ia tidak bisa menghibur terlalu banyak.
"Kabar ini kayaknya udah sampai ke kampus. Jelas, ini berita mengejutkan buat mereka. Terlebih buat PersMa Medical tempat Junho awal-awal berposes, BEM FK tempat Junho berkembang, juga TBM Takikardia yang dulu pernah dipimpin Junho. Dia punya tempat istimewa bukan hanya di tempat-tempat dia pernah duduk dengan kepala panas, tapi juga di tempat-tempat yang pernah dia datangi. Bagaimanapun juga, Junho banyak membantu UKM lain juga. He's meaningful."
Minhee diam-diam membayangkan seberapa banyak orang di kampus yang bersedih karena Junho. Dia tidak perlu menghitung satu persatu saking banyaknya karena ia tahu, beberapa orang yang dekat dengan Junho kebanyakan merasa nyaman dengan bagaimana Junho bersikap. Terima kasih pada Tuhan karena telah menciptakan Junho dengan kemampuan membawa diri yang sangat baik. Anak itu bisa menempatkan diri dengan baik. Junho tahu bagaimana harus bersikap di depan para dosen yang notabene juga dokter-dokter ahli, bagaimana bersikap kepada kakak tingkat dan adik tingkatnya, bagaimana bersikap pada kawan seangkatannya dari fakultas apapun, bagaimana bersikap dengan sesama bagian organisasi, juga bagaimana bersikap dengan orang yang bahkan belum pernah dikenalnya. Yah, pasti banyak sekali yang bersedih atas apa yang terjadi pada Junho.
Yury tidak lagi berani menyinggung perihal Junho lebih jauh ketika dilihatnya wajah Minhee yang kian sendu. Dirogohnya perlahan saku snellinya, kemudian diulurkannya 2 kotak berbeda dari dalamnya. "Buat kamu sarapan, barangkali kamu nggak sempat sarapan," katanya.
Sejenak Minhee diam mematung. Yury mengulurkan padanya sekotak Pocky almond crush kesukaannya dan sekotak Milo berukuran sedang. Yury masih mengingat apapun yang ia sukai dan membuatnya sedikit merasa lebih baik. Ia tersenyum, kemudian menggumamkan rasa terima kasihnya lirih sekali.
Yury memaksa dirinya untuk santai. Mulai dari ujung rambut, hingga ujung kaki. Ia tersenyum kaku, kemudian berpamitan untuk pergi menyusul kawan-kawannya yang sudah lebih dulu pergi, kemudian memberikan satu tepukan pelan di bahu Minhee, yang diikuti satu kepala tangan kuat. Semangat stase barunya, begitu katanya sebelum pergi dengan langkah panjang dan tampak tergesa-gesa.
Sesaat setelah Yury pergi, ia juga ikut melangkah sembari mengamati kedua kotak di tangannya. Sudah lama sekali ia tidak makan Pocky almond crush karena hampir tidak menemukan varian ini di mana-mana. Ia pernah sekali bertanya pada Yury, di mana ia bisa mendapatkan Pocky varian ini? Sayangnya, Yury tidak pernah mau menjawabnya. Ia tidak pernah lagi mau bertanya karena jawaban Yury pasti akan sangat menyebalkan, persis sebuah notes kecil yang ditempel di bagian belakang kotak Pocky. Ia hampir saja menyobeknya kalau tidak menyadari itu adalah catatan kecil yang sengaja ditulis Yury untuknya.
Ia tersenyum sesaat, kemudian melesakkan kertas kecil itu ke dalam saku snellinya, bersamaan ia masuk ke ruangan dengan langkah sedikit mengendap. Di depan sana, seorang konsulen sudah menunggu dan tengah menatap ke arahnya. Ia buru-buru membungkuk, meminta maaf atas keterlambatannya, dan langsung mengambil duduk di samping Dongpyo yang dengan sangat tidak tahu diri malah duduk di belakang Minkyu yang menjulang tinggi bahkan sekalipun sedang duduk.
Dilepaskannya kedua tali tas dari bahunya dan diletakkan kedua pemberian Yury ke meja. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya pada Dongpyo. "Konsulen kita perempuan lagi?" tanyanya lirih.
Dongpyo seketika melirik, lirikannya tajam sekali. "Dia laki-laki," jawabnya.
"Oh, bukan perempuan?"
"Laki-laki, Minhee."
Minhee mengangguk beberapa kali. Ditatapnya lamat-lamat wajah sang konsulen. "Beneran laki-laki?" tanyanya sekali lagi. Ia sanksi.
"Iya, laki-laki. Dokter Choi Minki spesialis radiologi konsultan neuroradiologi dan kepala leher. Dia anggota timnya dokter Minhyun. Masa nggak kenal?"
Tapi bukan itu yang menjadi pokok kesanksian Minhee. Ia kembali menatap Dongpyo dengan dahi berkerut dalam. "Beneran laki-laki? Namanya beneran Minki? Kok cantik?"
Dongpyo mendengus murka. Kalau saja konsulen tidak berdiri di depannya, ia pasti sudah menjitak kepala Minhee keras-keras. "Lo emang suka nggak ngaca ya. Lo juga cowok, tapi juga ada kesan-kesan cantiknya. Lain kali gue beliin cermin segede dosa-dosa lo."
Minhee baru saja akan membantah, namun dokter Minki lebih dulu menyela dengan berdeham keras sekali. Ia buru-buru mengurungkan niatnya dan menegakkan tubuhnya. Dari bagaimana cara berdehamnya, Minhee baru percaya kalau ternyata dokter Minki itu laki-laki. Baiklah, ia tidak sanksi lagi.
Di depan sana, Minki menggaruk belakang kepalanya beberapa kali. "Harus mulai dari mana ya? Intinya, kalian udah tau nama saya, dari subspesialis apa. Dan harus ngomong apa lagi ya? Kalau ngomong panjang lebar, nanti kalian ngantuk. Toh pasti konsulen dari stase-stase sebelumnya udah pada ngasih banyak quotes of the day kan? Hm, saya jadi bingung sendiri."
Sayangnya, tidak satupun koass yang berani bersuara. Mereka hanya diam, memperhatikan apa yang dilakukan Minki sambil sesekali saling bertatapan entah apa maksudnya.
"Gimana ya? Stase ini termasuk 3 stase terakhir bareng Anestesi dan Terapi Intensif, juga Forensik dan Medikolegal. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya stase ini jauh lebih santai daripada stase-stase lainnya, tapi sebenarnya radiologi juga bukan hal yang gampang." Minki menjeda kalimatnya sejenak, menatap satu persatu raut wajah para koassnya. Tampaknya, ia mulai melihat mereka tertarik dengan kata jauh lebih santai. Ia tersenyum maklum. "Nanti kita belajar bareng melihat dan membaca foto-foto radiologi. Dari sana, kita akan belajar untuk memahami banyak arti dan makna tersirat dari foto yang tersurat."
Hyungjun mengerjap sekali sembari memainkan ujung bolpoinnya. "Memahami banyak arti dan makna tersirat dari foto yang tersurat? Kenapa puitis sekali, dok?"
Minki tertawa, nyaris terbahak-bahak mendengar pertanyaan Hyungjun. "Karena kalau kita hanya melihat tanpa memahami maksud di dalamnya, itu percuma. Kalau makna yang terurat kan, itu gambar yang kita lihat fisiknya. Nah kalau tersirat, kita harus benar-benar memahaminya. Makanya saya bilang, memahami banyak arti dan makna tersirat dari yang tersurat. Dan kalau dikatakan begini, radiologi jadi kedengaran lebih menarik kan? Ya, memang sih, stase ini nggak semenantang Bedah atau Obsgyn, tapi hanya di sini kalian akan melihat alat-alat super canggih seperti dalam komik Doraemon. Tapi karena radiasi ada di mana-mana, kalian juga harus tetap waspada. Meski ada pelindung, jangan sampai kalian melanggar aturan. Nanti kalian sendiri yang akan rugi."
Dari bagaimana Minki berusaha menjelaskan, rupanya mereka mulai terbawa suasana. Raut wajah Minki sekilas memang terlihat galak, tapi ternyata setelah berbicara, konsulen itu sama sekali tidak terlihat galak. Alih-alih galak, ia tampak sangat easy going dan friendly dengan para koassnya.
"Kalau kalian sudah menjalani stase ini, saya pastikan kalian bahagia banget. Tapi ingat, jangan terlalu terlena dan berleha-leha. Ingat, di depan sana sudah ditunggu UKMPPD lho. Pokoknya kita ambil presensi jam 7 pagi dan mulai jam 8, kalian mulai bertugas. Nanti akan ada pembagiannya. Minggu pertama untuk rontgen dan USG, minggu kedua untuk CT Scan, dan minggu ketiga untuk radioterapi. Dan minggu keempatnya, kalian harus mempersiapkan ujian. Kalian akan belajar untuk mengamati dan tentu saja membantu pemeriksaan radiologi, mempelajari tata cara pemeriksaannya, dan jelas kalian wajib belajar membaca hasil pemeriksaan. Setelah makan siang, kalian ke ruang baca radiologi. Buat apa? Jelas buat belajar baca foto. Kalian tidak hanya akan dibimbing saya, tapi juga akan dibimbing subspesialis lain berdasarkan disiplin ilmu mereka, juga spesialis lain. Kami tidak memiliki residen untuk membantu di sini, jadi aktivitas baca foto kalian akan didampingi oleh spesialis dan subspesialis. Nantinya juga akan ada kuis dadakan yang nggak direncanakan karena kalau direncakan, jadinya kuis terencana. Dan juga latihan membuat ekspretise."
Seketika Dongpyo bertukar pandang dengan Minhee dan Hyungjun yang duduk di samping kanan dan kirinya. Wajahnya terlihat bingung. "Ekspertise itu apa? Kok namanya keren?"
Hyungjun menoleh, raut wajahnya tampak sanksi. "Ekspertise itu yang tak selalu sejalan dengan realita kan?"
"Please, itu namanya ekspektasi." Yohan memutar matanya kesal. Ia menoleh ke belakang, memandang Hyungjun seolah anak itu baru saja melakukan blunder tidak termaafkan. "Ekspertise itu gambaran deskripsi foto di radiologi. Kan setiap bagian yang di foto punya deskripsi yang beda-beda."
Seketika Hyungjun hanya meringis. "Namanya keren, tapi kelihatannya susah. Kalau salah, nggak akan dimarahi kan, dok?"
Minki menggeleng, kemudian tersenyum. "Bicara tentang CT Scan, nanti kalian juga akan saya ajari untuk membaca hasil CT Scan Wonjin. Dan ngomong-ngomong soal Wonjin, teman kalian sudah dipindahkan ke HCU untuk pemulihan, sebelum kami pindahkan ke ruang rawat inapnya. Nanti kita akan sama-sama mempelajari hasil CT Scan Wonjin dan rangkaian radioterapi yang Wonjin jalani. Kita juga akan belajar membaca hasil CT Scan Junho yang saat ini masih koma di ICU karena memang ada beberapa cedera berat, khususnya di bagian kepala. Tapi semoga Wonjin terus menunjukkan hasil yang semakin baik dan semoga Junho segera memberikan perkembangan yang baik secara signifikan."
Selama beberapa detik, suasana hening. Ada perasaan senang yang terselip ketika sebuah titik terang akan keadaan Wonjin diberikan, namun juga ada perasaan sedih yang dominan terasa saat Minki menyinggung sekilas perihal Junho.
"Oh ya, di stase ini, kalian bisa pulang jam 5 sore setelah aktivitas belajar baca foto kalian selesai. Kalian juga bisa liburan setiap akhir pekan. Sementara untuk ilmiah, saya tetap mewajibkan kalian membuat satu referat untuk dipresentasikan. Karena waktu kalian di akhir pekan terbilang sangat longgar, sesekali datang jenguk Junho ya. Meskipun jam kunjungnya sangat terbatas dan yang diijinkan menjenguk juga dibatasi, bukan berarti kalian tidak bisa menjenguknya. Kalian tetap bisa menjenguknya bergantian dengan tetap mengikuti aturan yang ada di ICU rumah sakit ini. Meskipun Junho masih belum menunjukkan perkembangan apapun dan masih koma, dia mungkin bisa merasakan teman-temannya datang menjenguk. Mau ya?"
Sebagian dari mereka hanya mengangguk samar dan sebagian lagi memilih. Tidak, tolong simpan asumsi buruk kalian jika ada. Mereka tidak keberatan sama sekali. Hanya saja, mereka sedang bertanya pada diri mereka masing-masing, apakah nanti mereka tidak terlalu begitu emosional ketika datang menjenguk Junho?
Terlebih Eunsang dan Minhee.
Kangen banget sama Junho. Apakah manusia satu ini tidak sedang bermigrasi ke galaksi sebelah? Rasanya, sudah lama sekali tidak melihat Junho😧