Lee Chaeyeon memejamkan matanya sebentar, hanya beberapa saat, sampai akhirnya ia membuka kembali matanya. Ia menarik napas panjang, mengembuskannya perlahan, dan mengulangnya hingga beberapa kali. Tatapannya lurus ke depan, ke deretan gedung di hadapannya yang terasa jauh lebih hidup di pagi hari, ketimbang di malam hari, sementara sesekali ia mencoba menerawang jauh ke depan sana.
Di samping kanannya, Yena menepuk-nepuk bahunya pelan. Konsultan neuro-onkologi itu tampak sesekali memberi usapan di bahu rekan sejawatnya. "Yeon, Junho will be fine. Don't worry," katanya.
Chaeyeon tersenyum, namun senyumnya tampak berbeda dari senyum-senyum yang biasa terukur di wajahnya. Tampak agak samar, dan sedikit kesenduan meliputi paras ayunya. "Junho itu... udah kayak anakku sendiri. Dia emang sering kabur-kaburan sewaktu harus konsultasi, tapi setiap aku berhadapan dengan Junho, entahlah, aku nggak tau. Ngelihat dia rasanya kayak ngelihat almarhum anak laki-lakiku. Seandainya anakku masih hidup, mungkin dia bakal punya minat yang sama dengan Junho."
Berbeda dengan Yena yang hanya memilih diam sembari menyimak tiap perkataan kawannya, Sakura lebih berinisiatif menenangkan Chaeyeon. Dirangkulnya lembut bahu konsultan psikiatri itu. "Junho itu anak baik. Ya walaupun sekilas dia emang kelihatan barbar dan agak bengal, dia penolong. Dia lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. Kenapa ya? Mungkin karena selama ini dia kesepian, karena dia hidup sendiri, jadi dia berusaha melakukan apapun supaya orang-orang yang dekat dengan dia nggak pergi."
Yena tersenyum samar, kemudian mengangguk beberapa kali. Ia mengikuti arah pandang Chaeyeon ke depan sana, menerawang jauh entah ke mana ia membawa pikirannya. "Meskipun dia nggak sepintar Minkyu, Eunsang, ataupun Yohan, tapi dia selalu mau membantu orang lain. Apapun bentuk bantuannya, selama dia mampu melakukan dan memberikan, dia pasti melakukan itu. Walaupun bengal begitu, anak itu penuh ketulusan."
"Minhyun pernah cerita, beberapa bulan lalu waktu Junho terakhir kali direhabilitasi. Anak itu nangis karena Minhyun meluk dia, padahal Minhyun tuh siapa sih? Minhyun cuma orang lain, cuma konsulen yang kadang suka galak nggak lihat situasi, tapi Junho bisa nangis sewaktu Minhyun meluk dia..." Sakura tersenyum samar. Hatinya terasa menghangat ketika ia mengingat kembali sepenggal kisah yang suaminya ceritakan beberapa bulan lalu. Tentang Junho yang tertekan, kamar rehabilitasinya yang hening, Minhyun yang hanya orang asing, juga pelukan Minhyun yang justru membuat Junho menangis hari itu.
Chaeyeon mengangkat kepala, berusaha menahan air mata yang memberontak menggenangi wajahnya. Ia menggigit bibir bawahnya perlahan, kemudian menghela napas berat. "Itu karena jauh di dalam hatinya sana, Junho pengen dipeluk papanya. Walaupun dia sering bilang kalau dia benci papanya, sejujurnya nggak begitu. Sekeras apapun ucapan anak kepada salah satu atau kedua orangtuanya, mereka tetap menginginkan kasih sayang dari mereka. Dia bilang kalau dia benci hanya karena karena dia nggak ingin terlihat lemah ataupun mengemis kasih sayang, tapi sebenarnya, dia juga pengen disayang oleh papanya."
"Yeji sama Jinyoung juga terkadang begitu. Yeji sering banget ngomel-ngomel kalau Minhyun kebanyakan godain dia, tapi ujung-ujungnya malah uring-uringan sendiri kalau Minhyun lebih banyak waktu bareng Jinyoung. Berapapun umur mereka, naluri mereka masih naluri anak-anak. Sedewasa apapun mereka berpikir dan mengambil tindakan, perasaan mereka tetap perasaan anak-anak," Sakura kembali menimpali. Rangkulannya pada bahu Chaeyeon mengendur, sebelum akhirnya ia melepaskannya dan beralih menggenggam tangan sahabatnya.
Yena tampak mengangguk beberapa kali. Ia melirik pada Chaeyeon sesaat lewat ekor matanya, kemudian ikut menggenggam tangan Chaeyeon yang lain. "Kalau seandainya aku ada di posisi Junho, aku nggak tau sampai kapan aku kuat bertahan. Anak itu lebih tegar daripada kelihatannya, tapi hanya karena dia tegar, bukan berarti dia nggak punya celah buat terluka. Selain masa depan yang baik, dia pasti akan punya kehidupan yang baik juga."
"I hope so. He gave many lessons about life, including by letting go..."
......................... [[💌🕊]]
Masih ingatkah kalian pada papan figura sederhana yang ditempel di ruang koass? Sebuah figura foto bergambar para koass yang sedang berpose di depan rumah sakit di hari pertama mereka bertugas sebagai dokter muda, lengkap dengan snelli putih mereka yang masih bersih dan rapi. Juga dengan formasi lengkap, di mana Yohan merangkul Dongpyo di kanannya, merangkul Hyungjun di kirinya. Eunsang merangkul Minhee. Juga Wonjin merangkul Minkyu di kanan dan merangkul Junho di kiri. Kemudian di sekeliling figuranya ada 8 sticky notes dengan warna-warna cantik yang mereka tulis beberapa minggu sebelum foto diambil. Lagi-lagi, hanya harapan sederhana seorang koass tentang cepat lulus, sumpah dokter, harapan-harapan tentang konsulen yang baik, dan sebagainya. Masih ingatkah kalian?
Tepat di samping si figura sederhana penuh cerita dan kenangan, sebuah papan styrofoam terpasang. Isinya tidak kalah sederhana dari si figura di samping, hanya saja sedikit lebih ramai. Di sana ada foto narsis Donghyun bersama Dohyon, foto Jinwoo yang sedang ketiduran, foto Tony yang tampak serius dengan bukunya, gambar yang Junho buat untuk Wonjin beberapa bulan lalu, beberapa foto Wonjin yang merupakan hasil potretan Minkyu semasa preklinik, juga beberapa sticky notes untuk Wonjin yang telah lama meninggalkan ruang koass.
Minhee tersenyum samar. Matanya memerah, ada genangan air mata di pelupuknya. Ia menempelkan foto Junho yang tampak berdiri tampan dengan seragam TBM Takikardianya sembari membawa kamera entah untuk apa saat itu. Junho tampak tidak terlalu menanggapi saat seseorang berusaha mengambil gambarnya sebab ia terlalu sibuk memegangi kamera. Namun meski begitu, roman dingin dan karismatik tetap terpancar dari wajahnya.
"Kangennya. Udah lama banget kita nggak kumpul full member. Walaupun gue sering ngatain Wonjin gembul, kangen juga kalau dia nggak ada. Walaupun gue sering bertengkar sama Junho, sepi juga kalau dia nggak di sini..." Minhee kata lirih. Ia menunduk, menutup wajahnya dengan kedua tangan. Sejujurnya ia bukan orang yang cengeng, tapi entahlah, sejak semalam ia tidak bisa berhenti menangis.
Eunsang menempelkan sebuah sticky notes merah muda yang ditulis dengan tinta biru yang perlahan mulai pudar tepat di bawah foto Junho, dekat dengan beberapa sticky notes lain yang tampak baru saja ditempelkan.
나는 항상 모든 사람들이 웃고 행복하게되기를 바랍니다 - 차 준호
Aku berharap semua orang akan tertawa dan bahagia - Cha Junho
Ia menatap sekitarnya. Yohan tampak berkaca-kaca, wajahnya tampak masih begitu shock, namun berusaha memeluk Minhee yang masih menangis. Si kembar tampak saling memeluk dan menyandarkan kepala mereka. Eunsang terdiam sebentar, sampai kemudian Minkyu merangkul bahunya, membiarkannya menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu. Untuk sebentar saja, Eunsang menggantikan posisi Wonjin untuk Minkyu dan Minkyu menggantikan posisi Junho untuk Eunsang. Eunsang kembali menangis, ia mengubur wajahnya di bahu Minkyu.
Minkyu menarik napas panjang, mengembuskannya perlahan dengan begitu berat. Ditatapnya satu persatu sticky notes baru yang terpasang di papan itu, terpasang mengelilingi foto dan stiky notes lama milik Junho yang Minhee dan Eunsang pasangkan.
Kak Jun, gue tau lo ganteng, tapi maaf nih. Sleeping handsomenya jangan lama-lama. Lo betah sendirian di sana kak? Kak Wonjin juga, cepet sembuh ya - Keum Donghyun
Kak Junho tidurnya jangan lama-lama ya. Kami kangen kak Junho. Kak Wonjin juga, Jinwoo pengen ketemu kak Wonjin di ruang koass - Lee Jinwoo
Kak Eunsangnya gue ambil nih kalau nggak cepetan bangun kak. Kak Wonjin juga, cepetan balik ke sini kak. Kak Minkyu banyak yang naksir, susah - Nam Dohyon
Kak Junho, kak Wonjin, kapan-kapan kita ngeluh bareng tentang seberapa beratnya jadi koass. Kalian cepat ke sini ya - Yu Jing Tian
Jun, lo tuh bukan Spiderman. Gemes banget gue. Tau nggak lo, seruang koass tuh nangis lo. Cepetan bangun, khawatir banget nih - Song Dongpyo
Jun, gue janji bakalan jual Annabelle kesayangan gue kalau lo bangun dan balik ke sini lagi secepatnya biar lo nggak sawan lagi. Tapi nggak janji buat nggak beli baru lagi. Sayang banget gue tuh sana Anna - Song Hyungjun
Jun, tega banget lo ninggalin gue sendirian di sini. Cepetan bangun. Emang cuma sama lo gue bisa makan siang sambil ngopi dan bebas dari gosip time - Kim Minkyu
Lo tuh bukan Batman ya. Oke lo emang Sp.Am-KOO, tapi lo bukan Junho si Sakti Mandarguna. Cepetan bangun, Jun. Lo tega bikin muka kita-kita sembab nangisi lo? - Kim Yohan
Masih ingat janji kita waktu masih kecil dulu nggak? Kita bakal bikin kapal pesiar yang gede dan lo mau jadi nahkodanya karena lo mau jagain gue biar kapal kita nggak nabrak. Lo ingat? Gimana kita mau bikin kapal pesiar kalau lo tidurnya panjang, Jun? Lo sendiri juga yang ngajak gue buat temenan sampai tua, sampai kita punya banyak uang buat beli es krim sendiri-sendiri, tapi sekarang kita masih muda, Jun. Lo yang bilang kalau lo nggak akan biarin gue sedih karena lo sayang gue, buktinya? Gue udah kayak sinetron nangisin lo, bocah gundul - Kang Minhee
Juno capek ya? Mau istirahat dulu? Iya, nggak papa. Istirahat aja. Eunsang tau, pasti berat buat Juno bertahan selama ini. Capek banget pasti. Eunsang kalau capek juga bakalan istirahat. Juno istirahat aja dulu sampai merasa baikan. Tapi Juno harus ingat, kami di sini nungguin Juno. Masih banyak hal yang pengen Eunsang lakuin bareng Juno. Banyak banget yang sedih karena Juno, artinya banyak yang sayang sama Juno. Juno juga sayang kami kan? - Lee Eunsang
Ya, semoga kelak Junho bisa membaca semua pesan yang ditulis selama ia tertidur.
Rindu tim ini full member tidak? Bab ini ditulis sambil mendengarkan Dream For You, semoga perasaannya tersampaikan. Selamat pagi dan selamat beraktivitas juga ya. Jangan lupa sarapan🕊