This chapter contains the theme of infidelity, poor self-affection, poor self-control, toxic relationships, manipulative character, and several other things that trigger discomfort. It's forbidden to link the profession with characterizations. If inconvenience arises in reading or after reading, please skip. Take care of yourself.
🌹Read at your own risk🌹
"Seungwoo... kita selesai di sini ya?"
So, I was just wondering
Jadi, aku hanya ingin tahu
Could you tell me, is it all a waste of time?
Bisakah kau katakan padaku, apakah ini semua buang-buang waktu?
Suasana berubah hening selama beberapa saat. Byungchan tidak lagi menatap lurus ke dalam mata Seungwoo, melainkan ke arah yang lain. Masih tidak pernah terpikir ataupun terbayang dalam benaknya bahwa ia akan menyatakan sesuatu yang begitu berat bagi mereka. Bertahun-tahun kebersamaan, dengan banyak sekali cerita yang nyaris tidak akan cukup ditulis dalam sebuah buku tebal, tidak pernah sekalipun ia membayangkan bahwa dirinyalah yang harus menyudahi semuanya. Ini bukanlah keinginannya, tapi ia berkali-kali bertanya pada dirinya, masih sanggupkah ia bertahan dengan Seungwoo yang nyaris tidak bisa dikenalinya lagi? Sanggupkah ia melihat Seungwoo membagi hati kepada orang selain dirinya?
Tidak. Byungchan menggeleng samar. Dikepalkannya kedua tangannya. Luapan emosinya berada di ujung dirinya. Meski selama beberapa saat ia terlihat amat tenang, ia tidak bisa menyembunyikan resah dan gelisah dalam dirinya. Pada setiap kata yang ia coba ucapkan, ia hampir mendapati dirinya selalu memberontak, menyatakan bahwa segalanya tidaklah nyata, semua hanyalah khayalan atau lebih gilanya hanya mimpi, sembari terus membisikkan keyakinan dalam dirinya bahwa Han Seungwoo tetap miliknya seorang. Tidak ada yang memiliki hati Seungwoo selain dirinya. Tidak ada, tidak akan pernah---
"Kamu mau kita selesai di sini?"
Seakan tertohok begitu dalam, Byungchan mengangkat pandangannya perlahan. Seungwoo berdiri tepat di depannya, berada tepat begitu dekat dengan jarak pandangnya. Byungchan ingin menarik semua perkataannya, namun kini ia tidak dapat berkata apapun. Ia hanya diam, mengangguk samar, dan tampak goyah.
"Saat kamu bilang begitu, apa kamu nggak berpikir bahwa lebih dari 3 tahun kita buang-buang waktu? Hubungan kita selesai gitu aja? Apa kamu nggak berpikir tentang perasaan keluargamu, keluargaku?" Seungwoo tampak tidak berkenan. Tatapannya menajam, rahangnya mengeras.
Are you leaving my love behind?
Apa kau mencampakkan cintaku? Baby, say the word and let me know
Sayang, katakan sesuatu agar aku tahu
Sejenak Byungchan merasakan nyeri menusuk ulu hatinya. Sebuah keterkejutan mendadak menyadarkannya kembali, membawa perasaan gamangnya entah ke mana. Perasaan goyahnya memudar, kekecewaan tampak terlihat jelas di dalam matanya. "Apa aku nggak berpikir bahwa lebih dari 3 tahun ktita buang-buang waktu? Jadi, kamu menganggap bahwa 3 tahun lebih kamu bareng aku hanya sekedar buang-buang waktu? Kamu merasa buang-buang waktu selama itu buat menjalin hubungan dengan aku?"
Kali ini Seungwoo bungkam. Namun terlihat jelas raut ketidakberkenanan di wajahnya. Ia terlihat berpikir untuk mendebat Byungchan, namun tunangannya itu tampak tidak setenang tadi. Ia memilih diam.
Byungchan mendengus keras. Senyum sarkasnya timbul, namun tetap tidak dapat menghilangkan sorot betapa kecewa dan terluka dirinya. "Kalau kamu menganggap bahwa 3 tahun lebih hubungan kita hanya buang-buang waktu, kamu harusnya juga bisa berpikir bahwa kamu sendiri yang bikin segalanya kelihatan seperti buang-buang waktu. Hubungan kita sebelum ini baik-baik aja, Seungwoo, dan kamulah yang bikin hubungan kita rusak! Kamu yang selingkuh dengan orang lain, tapi kamu jadiin Eunwoo dan aku kambing hitam untuk melindungi selingkuhan dan semua tingkah busukmu! Jadi sebelum kamu tanya ke aku apa kita buang-buang waktu? Aku nggak pernah sekalipun menganggap hubungan kita selama bertahun-tahun membuang-buang waktu! Kamu, satu-satunya orang yang menganggap hubungan kita buang-buang waktu dan kamu sendiri yang membuang semuanya!"
"Jaga perkataanmu, Choi Byungchan!" Seungwoo membentak tajam.
Senyum sarkas Byungchan kian menajam. Ia maju selangkah, mendekatkan wajahnya ke wajah Seungwoo. Raut wajahnya mungkin saja tampak terluka dan kecewa, tapi ia juga tampak begitu jengah. "Kenapa? Kamu takut perkataanku melukai perasaan selingkuhanmu? Iya? Bagus! Kamu mengkhawatirkan perasaan orang lain yang notabene adalah orang baru yang datang untuk merusak semuanya, tapi kamu nggak pernah mengkhawatirkan perasaanku sebagai tunanganmu! Kalau kamu tanya apa aku nggak memikirkan perasaan keluarga kita, tanya dulu ke dalam dirimu. Saat kamu selingkuh dengan orang lain, apa kamu nggak memikirkan perasaan kami? Berpikir, Seungwoo, kamu masih punya otak kan?!"
Seungwoo tampak tersinggung. Namun begitu ia mengangkat tangannya, Byungchan lebih dulu menahannya, menghempaskan kasar tangan Seungwoo menjauhi wajahnya. Tatapannya menajam, rahangnya mengeras.
"Selama 3 tahun kita bareng-bareng, aku selalu menghargai semua kenangan yang kita punya. Bahkan saat kamu mulai membagi hatimu dengan orang lain, nggak pernah sekalipun aku berpikir bahwa segalanya yang udah terjadi hanya buang-buang waktu. Aku nggak pernah marah di depanmu bukan berarti aku bodoh, bukan berarti aku terima diperlakukan buruk, dan bukan berarti aku nggak punya daya buat melawan kamu, tapi aku masih berpikir tentang perasaan orangtua kita, keluarga kita. Aku diterima sebegitu baik dan terbukanya oleh keluargamu. Mereka berharap aku bisa menjaga anak semata wayang mereka, tapi ternyata aku gagal menjaga kamu, Woo. Kamu memilih pergi dan menjalin hubungan dengan orang lain. Kalau aku nggak berpikir tentang keluarga kita, aku lebih baik mengakhiri hubungan kita lebih cepat. Kamu mungkin bebas main ke manapun, tapi aku? Terikat dengan kamu bikin aku sakit, Woo. Sekarang aku tanya, siapa yang lebih buang-buang waktu di antara kamu dan aku?"
You gotta give me something Kau harus mengatakan sesuatu padaku
I swear that I won't try to change your mind
Aku bersumpah tak akan mengubah pikiranmu
Seungwoo tetap bungkam. Ia tidak menjawab. Tatapannya melunak. Rahangnya tidak sekeras tadi. Bahkan raut wajahnya tidak lagi dipenuhi ketidakberkenanan. Secara cepat, ia melembut. Kedua tangannya yang terkepal perlahan terlepas.
"Aku tau, kamu bukan orang yang arogan, Woo. Aku kenal kamu, luar dalamnya kamu. Makanya saat kamu mulai membagi hatimu dengan orang lain, aku masih bisa sabar karena sulit buat aku mempercayai kalau Seungwooku ternyata bukan cuma milikku sendiri. Tapi semakin lama, aku tau, kamu udah nggak mau bertahan dengan hubungan kita. Kamu mau kita selesai, tapi terlalu pengecut buat mengakhiri semuanya. Seandainya kamu masih mau bertahan, aku juga masih mau bertahan. Tapi apa yang bisa kulakukan kalau kamu udah nggak mau bertahan? Sia-sia menahan kamu saat kamu udah nggak mau tinggal, Woo. Rumah kita udah hampa, hancur, sejak kamu menemukan rumah baru. Aku... bukan tempatmu pulang lagi kan?"
Seungwoo hanya menggeleng samar. Gerakannya yang tampak meragu seakan bermakna begitu bias, ambigu. Ada beberapa makna di sana, yang mungkin saja makna sebenarnya hampir tidak mungkin tertangkap. Kesalahpahaman bisa saja terjadi sebab penarikan kesimpulan yang begitu cepat.
If you're leaving my love behind
Jika kau memang mencampakkan cintaku
Baby, say the word and let me go
Sayang, katakan sesuatu dan biarkan aku pergi
Byungchan menunduk sebentar. Luapan amarahnya menghilang. Hatinya sakit, perih sekali. Matanya menanas, namun sekuat tenaga ia berusaha menahan air matanya. Ia tidak ingin Seungwoo melihatnya menangis, tampak begitu lemah, dan goyah.
Diraihnya kedua sisi wajah Seungwoo, ia menangkupnya perlahan, berusaha menatap ke dalam mata Seungwoo yang tampak sendu. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama hubungannya tidak lagi baik dengan Seungwoo, ia melihat kembali tatapan sendu tunangannya. Ia tahu, meski Seungwoo bertindak begitu jauh, segala yang terjadi pasti juga melukai hati pria itu. Ia tahu karena ia memahami bagaimana Han Seungwoo.
"Kalau nanti kamu memilih Seungyoun sebagai orang terakhir dalam hidupmu..." Byungchan menunduk sebentar. Usahanya gagal. Setetes air mata jatuh ke pipinya. Ia tidak tahu sejak kapan menatap mata Seungwoo menjadi hal yang sulit baginya. Banyak kenangan manis dan pahit yang terkilas dalam benaknya. Semua perlakuan manis Seungwoo padanya, juga semua perlakuan buruk yang membuahkan luka dalam hatinya muncul satu persatu. Tetesan air matanya turun semakin banyak. Ia tidak bisa mengendalikan dirinya. Kendalinya runtuh, tepat di hadapan Seungwoo.
Seungwoo berusaha menilik wajah Byungchan, namun tunangannya itu tampak tidak berkenan. Ia menyentuh lembut kedua tangan Byungchan yang membingkai wajahnya. Dipanggilnya pelan nama Byungchan. Suaranya terdengar berat dan serak.
Byungchan buru-buru menggeleng. Ia mendongak tinggi, berusaha menghalau air matanya yang mulai berdesakan. Digigitnya bibirnya selama beberapa saat, kemudian ia kembali menatap ke dalam mata Seungwoo. "Kalau nanti kamu memilih Seungyoun sebagai orang terakhir dalam hidupmu, tolong jaga dia. Jangan perlakukan dia seburuk kamu memperlakukan aku. Tolong jangan menjalin hubungan dengan orang lain yang hanya membuat Seungyoun terluka. Perlakukan dia dengan baik, sebaik kamu memperlakukanku sebelum dia datang. Kamu kan yang ingin dia jadi milikmu dan selamanya ada di dekatmu? Kamu udah memutuskan, dan kamu harus bertanggungjawab dengan keputusanmu. Jaga dia, jaga komitmen kalian. Jangan sampai kamu dan dia berakhir seperti kamu dan aku."
Seungwoo terdiam untuk waktu yang lama. Ia hanya diam, mematung tanpa sepatah katapun keluar dari bilah bibirnya. Meski tampak beberapa kali membuka bibirnya untuk mengatakan sesuatu, ia memilih mengurungkannya, menutup rapat-rapat kembali bibirnya.
Byungchan tersenyum sebentar. Dikecupnya beberapa saat pipi kiri Seungwoo, sebelum akhirnya ia melepaskan tangkupannya dari wajah Seungwoo. "Terima kasih untuk tahun-tahun terbaiknya. Kita selesai di sini. Kamu bebas pergi ke manapun kamu mau, kamu juga bebas memeluk siapapun yang kamu mau. Aku pamit, Seungwoo."
"Pasti aku lagi nih yang kena. Pak sutradara, aku mau take adegan dong." - Cho Seungyoun😐
"Mari bersabar, nak. Kita take adegan yang lain dulu. Ada yang lebih emergency. Sudah siap semuanya, Hyun?" - Hwang Director Yunseong😎
"Semua siap, pak. Tinggal take adegan!" - Astrada Keum Donghyun😏
Selamat pagi😈🌹💙