This chapter contains the theme of infidelity, poor self-affection, poor self-control, toxic relationships, manipulative character, and several other things that trigger discomfort. It's forbidden to link the profession with characterizations. If inconvenience arises in reading or after reading, please skip. Take care of yourself.
🌹Read on your own risk🌹
"Dear..."
Seungyoun mengulum sedikit senyum saat Seungwoo menyambut kedatangannya tidak jauh dari seorang pedagang kue ikan pinggir jalan yang sedang sibuk berinteraksi dengan beberapa pelangganya di malam tahun baru. Ia hampir tidak bisa datang menemui Seungwoo kerena Hangyul dan Yury terus bertanya ia akan pergi ke mana dan mengapa ia begitu terburu-buru, tapi untungnya ia bisa bebas dan berjalan beberapa meter ke arah berlawanan dengan arah mereka datang ke minimarket. Hingga sekarang ia bisa melihat Seungwoo tersenyum padanya, menyapanya begitu menyenangkan. Ia merasa sedikit beban dalam dirinya terangkat. Hanya sedikit.
Seungwoo - di matanya malam ini - tampak begitu mengagumkan. Tubuhnya tinggi menjulang, dengan gaya rambut yang menakjubkan dan tubuh yang sebagian besar terbalut coat panjang dan tebal berwarna hitam. Wajahnya tampak lebih tampan dengan gaya rambut yang berbeda daripada ketika mereka bertemu sebelumnya, dan rahangnya yang tampak lebih tegas juga semakin menambah ketampanannya. Seungyoun takjub sendiri melihat bagaimana pria itu bisa terlihat sebegitu sempurnanya, dengan proporsi tubuh yang bagus dan senyum yang menawan.
"Kamu ngalamun, dear?" Seungwoo mengibaskan satu tangannya di depan wajah Seungyoun. Ia tersenyum melihat bagaimana tatapan Seungyoun padanya. "Kenapa? Lagi mikirin sesuatu?" tanyanya.
Seungyoun tersenyum, kemudian menggeleng pelan. "Nggak lagi mikirin apa-apa kok. Kirain kamu nggak bakalan ngajak keluar buat tahun baru, makanya aku keluar bareng temen-temenku," jawabnya.
"Aku nyempatin waktu buat ketemu kamu. Agak susah, untungnya ada waktu buat ketemu kamu." Seungwoo mengangkat pandangannya menatap gelapnya langit, juga salju yang masih turun berjatuhan di atas kepala mereka. Ia kembali menyunggingkan seulas senyum, kemudian menatap Seungyoun yang berdiri di sampingnya. "Dear, sebentar..."
Seungyoun memejamkan mata sejenak saat Seungwoo menyingkirkan butiran-butiran dingin salju dari pipinya. Ia bisa merasakan tangan besar Seungwoo mengusap lembut pipinya, kemudian menepuknya lembut dengan ibu jarinya. Perasaannya menghangat, darah dalam nadinya berdesir perlahan. Jantungnya berdetak lebih kencang, perutnya terasa tergelitk menyenangkan seperti ada ribuan kupu-kupu terbang dalam perutnya. Pipinya menghangat hingga ke telinga. Oh, astaga, ia terlihat seperti anak remaja yang baru menjalin hubungan yang hanya sebatas cinta monyet.
Ia membuka matanya perlahan, menatap ke dalam mata Seungwoo yang menatapnya lembut. Jantungnya semakin berdetak tak karuan kala Seungwoo sama sekali tidak berpaling menatapnya, juga tidak berkedip. Ia berdeham pelan, berusaha mendapatkan kembali suaranya yang mendadak hilang karena perlakuan lembut Seungwoo yang membuat segala yang dingin dalam dirinya perlahan menghangat. "Kita... mau ke mana?" tanyanya pelan. Ia kembali menggigil kedinginan sesaat setelah membuka mulutnya untuk berbicara lagi.
"Kamu mau makan sesuatu yang hangat? Kayaknya kamu kedinginan, dear." Seungwoo melongokkan kepala, menatap sekitarnya penuh pertimbangan selama beberapa saat. Ia terlihat menatap beberapa restoran di sekitarnya sambul berpikir-pikir apa yang mungkin bisa ia makan, hingga tak seberapa lama kemudian, ia kembali menatap Seungyoun. "Di dekat sini ada restoran, tempat biasa aku makan kalau tahun baru. Mereka punya teh ekstrak jahe ginseng yang cocok buat orang kedinginan kayak kamu. Mau?"
Senyuman Seungyoun mengembang. Ia mengangguk beberapa kali, menyetujui apa yang baru saja Seungwoo tawarkan padanya. "Aku senang kamu punya waktu di pergantian tahun ini, Woo," ungkapnya.
Seungwoo hanya tersenyum, kemudian keduanya berjalan beriringan di tengah manusia-manusia lain yang mencoba menciptakan kenangan di akhir tahun dengan orang-orang terdekat mereka atau dengan makanan-makanan yang menggugah selere. Ketika Seungyoun berjalan di sisi Seungwoo, ia bisa mencium aroma kerang dibakar langsung dengan cangkangnya, kemudian mendapatkan beberapa potong keju mozarella dan butter yang membuat aroma serbaknya menyeruak menggugah perut laparnya. Ia juga bisa mencium aroma kue pisang yang baru saja matang, aroma sedapnya kue ikan dengan berbagai macam bumbu yang menggugah selera, juga manisnya beberapa penjual gulali yang terlihat sibuk menata gulali-gulali lucu mereka. Beberapa orang yang lewat di sekitarnya tampak terlihat senang dengan membawa beberapa makanan di tangan mereka, seakan sama sekali tidak keberatan dengan udara dingin karena sudah membawa beberapa makanan dengan aroma menggoda di tangan-tngan dingin mereka yang bahkan tidak terbalut sarung tangan.
Seungyoun mengalihkan pandangannya pada sisi lain jalanan yang dilaluinya. Beberapa orang yang tampak lewat di sekitarnya adalah keluarga-keluarga kecil yang berlalu sambil menggandeng atau menggendong anak-anak mereka, beberapa kumpulan gadis remaja yang melintas sambil tertawa dan rambut yang tampaknya baru saja dicat, dan beberapa lainnya adalah pasangan-pasangan kekasih yang tampak begitu berbahagia dengan momen pergantian tahun. Seungyoun menatap beberapa di antara mereka lamat-lamat, mengamati bagaimana keduanya saling melemparsenyum, kemudian tertawa, dan saling bergandengan tangan di tengah udara dingin. Mendadak tanpa alasan yang jelas, ia menahan napas.
"Dia harus ngasih kejelasan tentang itu biar mantan tunangannya bebas dekat dan menjalin hubungan dengan orang lain, juga biar dia bisa bebas dekat dan menjalin hubungan dengan lo."
Ia melirik perlahan pada sosok Seungwoo yang berjalan di sisinya. Tampak begitu tenang dan begitu memperhatikan apa yang ada di sekitarnya. Seungyoun menghela napas berat, pandangannya turun ke arah tangan Seungwoo yang tampak berayun ringan bebas di sisi tubuhnya. Ia menatapnya beberapa saat, sampai kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya pada sepasang kekasih lain yang berjalan di depannya. Mereka tampak berjalan begitu berdekatan, dengan tangan saling menggenggam dan berbagi kehangatan. Mereka berbincang, kemudian saling menggoda dan tertawa bersama.
Tanpa sadar, Seungyoun menggigit bibir bawahnya perlahan. Ia ingin meraih tangan Seungwoo dan menggenggamnya, tapi pria itu tampak tidak ingin bergandengan tangan dengannya, meski nyatanya mereka berjalan berdekatan dan memiliki status yang sama dengan sepasang kekasih lain yang berjalan di depan mereka. Mungkin sejenak bertemu Seungwoo di sela- sela jam padat Seungwoo adalah hal menyenangkan baginya, juga dengan bagaimana pria itu menyempatkan waktu untuk bertemu dengannya, ia juga merasa hangat dengan itu. Ia merasa tersanjung. Tapi segalanya tetap tidaklah cukup. Mungkin mereka saling berbagi perasaan, berbagi pelukan hangat dan ciuman-ciuman yang membuat sesuatu dalam dadanya berdesir dan meletup menyenangkan, tapi segalanya tetap tertutup. Tidak ada orang yang mengetahui hubungan mereka, selain mereka yang menjalani hubungan itu. Padahal seharusnya, bukankah hubungan seperti lebih baik diketahui banyak orang untuk mengatakan bahwa Seungwoo miliknya dan ia milik Seungwoo? Setidaknya jika orang lain tak banyak mengetahui perihal hubungan mereka, mungkin akan lebih baik kalau beberapa orang terdekat mereka tahu tentang hubungan ini. Mungkin Seungwoo bisa memberi tahu sahabat-sahabatnya dan ia bisa memberitahu kedua sahabatnya, dan hubungan ini tidak menjadi benar-benar tersembunyi.
Seungyoun menatap kembali Seungwoo yang masih berjalan di sampingnya. Pria itu sengaja melambatkan langkah ketika ruas jalanan semakin ramai dan ia bisa menemukan beberapa wanita dengan menatap kekasihnya dengan pandangan memuja. Tentu, Seungwoo punya ketampanan yang dapat membuat pria itu menerima banyak pujian. Tapi baginya, bolehkan ia cemburu? Berhakkah ia mengatakan pada orang-orang yang menatap kekasihnya penuh pemujaan bahwa pria itu adalah miliknya? Bisakah ia melakukannya? Apakah Seungwoo mengijinkannya untuk mengakui pada setiap orang tentang hubungan mereka?
Seungyoun mendengus pelan. Ia mengalihkan pandangannya. Rasa iri dalam hatinya kian menjadi-jadi ketika sepasang kekasih yang berjalan di depannya terlihat kian mesra dengan tangan saling merangkul di pinggang dan bahu. Mereka bahkan terang-terangan saling mencium pipi layaknya pasangan yang tengah kasmaran. Ia mungkin saja merasa senang karena Seungwoo menyempatkan waktu bertemu dengannya, tapi tetap, itu tidaklah cukup. Bukan hubungan tersembunyi seperti ini yang ia inginkan. Ia ingin hubungan yang sesungguhnya. Meski tak banyak orang tahu, mereka berperilaku sewajarnya sepasang kekasih.
Apakah ia akan terlalu menuntut jika ia mengatakan hal ini pada Seungwoo? Atau apakah ia akan tampak terlalu melanggar privasi jika ia menanyakan pada Seungwoo perihal mengapa hubungan mereka terlalu ditutup jika benar Seungwoo tidak lagi memiliki hubungan dengan mantan tunangannya?
Why can't I say that I'm in love?
Mengapa tak bisa kukatakan bahwa aku jatuh cinta?
I wanna shout it from the rooftops
Aku ingin meneriakkannya dari atap gedung
I wish that it could be like that, why can't it be like that? 'Cause I'm yours
Aku berharap bahwa bisa seperti itu, kenapa tak bisa seperti itu? Karena aku milikmu
"Jangan melamun." Seungwoo mendadak bersuara di tengah keramaian, kemudian menatap tepat ke dalam matanya. Seungyoun bisa merasakan jantungnya yang semula berdetak kencang, perlahan seperti berhenti berdetak saat Seungwoo menatapnya. "Jalanan lagi ramai, nanti kamu malah ketabrak orang lain, dear," lanjutnya.
Seungyoun hanya menggumam singkat, kemudian ia mengangguk. Ia kira Seungwoo akan menggadeng tangannya atau merangkul bahunya di tengah keramaian setelah menegurnya yang melamun dan mengingatkannya tentang jalanan yang ramai. Tapi tidak. Pria itu hanya memilih berjalan lebih dekat dengannya, tapi tidak menggenggam tangannya di tengah keramaian yang kembali membuatnya berpikir, apakah Seungwoo sungguh mencintainya seperti apa yang pria itu katakan pada malam-malam ketika mereka bersama, saling berpelukan dan berciuman di balik pintu-pintu yang tertutup dan tirai-tirai yang terjulur menutup tiap jendela apartemennya?
Hingga beberapa langkah kemudian, ia terpaksa harus berhenti berpikir, juga berhenti melangkah ketika Seungwoo yang berjalan di sampingnya juga ikut berhenti melangkah. Ia mengangkat pandangannya perlahan dan menyadari 2 dari beberapa teman dekat Seungwo - Lee Jinhyuk dan Kim Wooseok - berdiri berhadapan dengan mereka, menatap mereka penuh keterkejutan yang tidak bisa disembunyikan. Dan Seungyoun bisa melihat, Jinhyuk tampak merangkul bahu sempit Wooseok dan kedua tangan Wooseok tampak melingkar manja di pinggang pacarnya. Seungyoun kehilangan akal. Ia menyebut keduanya... romantis.
"Wow, gue nggak nyangka bakalan ketemu lo di sini bareng..." Pandangan Jinhyuk tertuju ke arah Seungyoun. Pria yang Seungyoun kenali sebagai residen Forensik itu tampak menatapnya bingung, terkejut, dan entahlah, ia tidak bisa menerka. "Anak iship. Gue kira, lo bakal tahun baruan bareng Byungchan. Atau Byungchan lagi jaga?"
Seungyoun melirik pada Seungwoo. Ia penasaran, apakah Seungwoo akan mengakuinya sebagai kekasih di depan kedua teman dekatnya? Jika Seungwoo mengatakannya, ia juga akan mengatakan hal yang sama pada Hangyul dan Yury. Tapi mendengar bagaimana Lee Jinhyuk tetap mengaitkan Seungwoo dengan mantan tunangan pria itu, ia mendadak ragu kalau Seungwoo akan mengatakan perihal hubungan mereka.
Mungkinkah ini yang membuat Seungwoo tidak pernah mau mengumbar kemesraan mereka di depan umum dan selalu membuat jejak abu-abu dalam hubungan mereka, bahkan ketika ia telah merasakan dirinya jatuh cinta pada pria itu?
Wow... sudah tahun 2020. Perasaan baru kemarin 2019, ternyata udah masuk ke 2020 aja duh😐
Nah, alasan kenapa konflik ini panjang adalah reveal tiap perasaan tokohnya terhadap hubungan mereka masing-masing😥
Di sini awal tahun disambut mendung gelap dan hujan, juga udara dingin. Di tempat kalian bagaimana? Hujan atau cerah? Dingin tidak? Stay healthy ya😊