Warning : Ada bahasan tidak menyenangkan di awal bab dan mengandung kata yang kurang baik. Apabila merasa tidak nyaman, silakan langsung dilompati di bagian tengah. Selamat membaca.
😈🌹💙
"Youn, habis make out di mana?" Hangyul yang semula berjalan sambil menyanyi dan sesekali menata rambut depannya dengan jari-jarinya khas remaja tahun '90-an seketika menghentikan kegiatannya begitu ia tidak sengaja berpapasan dengan Seungyoun.
Seungyoun mengerjap beberapa kali, terlihat ragu dengan ucapan Hangyul. "Apaan sih? Siapa juga yang make out? Lo kira gue nggak punya kerjaan lain apa. Ngaco kalau ngomong," sangkalnya.
"Is not a hickey?" Hangyul menatap Seungyoun sanksi, sembari tangan kanannya menunjuk pada sebuah rumah kemerahan di leher Seungyoun yang tidak tertutupi kemeja, maupun snellinya.
Kali ini Seungyoun melotot, berusaha menarik kemejanya menutupi ruam kemerahan yang ditunjuk gamblang oleng Hangyul. "Bukan hickey. Ini digigit nyamuk biasa. Gatel, makanya langsung gue garuk dan jadi begini," Ia masih berusaha berkilah.
"Kita udah sama-sama dewasa, Youn." Hangyul memojokkan. Tangannya yang semula menunjuk ruam di leher Seungyoun perlahan turun. Tapi ia membali menunjuk ruam itu dengan ujung dagunya. "Hanya anak kecil atau balita yang nggak tau perbedaan ruam gatal sama ruam hickey, Youn. I mean, anak remaja jaman sekarang pun akan langsung tau kalau yang di leher lo itu hickey."
Seungyoun tidak menjawab. Ia hanya berusaha menutupi ruam kemerahan di lehernya dengan mengangkat kerah kemejanya.
"Siapa? Siapa yang ngasih lo hickey itu?" Hangyul kembali bertanya.
Seungyoun menggeleng gugup. "Bukan siapa-siapa," jawabnya.
"Jadi lo ngasih hickey ke leher lo sendiri? Nggak masuk akal." Hangyul membuang pandangannya, terlalu tidak mengerti dengan cara berpikir temannya.
Meskipun Hangyul sudah berusaha memojokkannya, Seungyoun tetap memilih berkilah dengan menggeleng dengan mengatakan tidak atau ruam di lehernya bukannya hickey. Namun Hangyul tentu saja bukan orang bodoh atau anak kecil. Ia cukup pintar dan sudah dewasa untuk tahu perbedaan ruam gatal dan hickey di leher Seungyoun.
"Dokter Se--"
"Hangyul, shut up your fucking mouth!" Seungyoun bergerak cepat menbekap mulut Hangyul, sebelum temannya itu sempat menyelesaikan kalimatnya.
Hangyul mendengus dan menyentak tangan Seungyoun yang menutupi mulutnya. "Secara nggak langsung lo mengakui kalau di leher lo itu emang hickey dan pelakunya adalah orang yang mau gue sebutin. Ngaku aja kenapa, jangan kayak anak gadis datang bulan."
Kali ini Seungyoun mendengus sebal. "Mulut lo emang nggak bisa dijaga ya," gumamnya.
"Makanya, lain kali kalau mau bikin hickey itu di tempat yang lebih tertutup, jadi lebih gampang kalau mau disebunyiin. Bikin hickey di sana, itu bisanya ditutupin pake syal. Emang lo mau ke rumah sakit keliling dari bangsal satu ke bangsal lain, oper dari konsultan satu ke konsultan lain, jungkir balik dari spesialis satu ke spesialis lain, koprol dari residen satu ke residen lain, glundungan dari perawat satu ke perawat lain pake syal?" Hangyul menaikturunkan alisnya, sambil sesekali memainkan matanya ke arah ruam kemerahan di leher Seungyoun.
Mendengarnya, Seungyoun hanya mencibir kesal dan menutupi ruam kemerahan di lehernya dengan tangan kanannya. "Itu lo bawa kotak makan buat apaan? Biasanya makan pakai rawon kuah doang di kantin. Kok tumben bawa bekal?" Seungyoun mengalihkan topik pembicaraan sembari menunjuk kotak bekal bergambar Marsha and The Bear dengan ujung dagunya.
"Oh ini..." Hangyul mengangkat kotak makannya dan tersenyum bangga. "Masakan chef Lee Hangyul yang nikmat paripurna istimewa hanya untuk ayang Hyungjun tercinta. Karena katanya dia lagi budeg untuk beberapa saat, jadi gue putusin buat bikinin dia bekal yang dibuat penuh cinta dan kasih sayang supaya ayang Hyungjun tidak budeg lagi. Dengan kondisinya yang seperti ini, kasian mas-mas McDonald atau mas-mas KFC yang harus ngulang-ngulang pertanyaan mau tambah apa lagi? Dibawa pulang atau makan sini? Tambah paketnya sekalian? Totalnya 70.000, silakan ditunggu."
Seungyoun mencibir. "Cringe tau nggak, Gyul?" ledeknya masam.
Hangyul seketika mendatarkan ekspresi wajahnya. "Biarin walaupun cringe kayak roman picisan, daripada lo. Udah dapat hickey, nggak nyadar pula kalau tempatnya terbuka."
Seungyoun mendesis sebal. "Berisik banget jadi orang."
"Nih, gue ada plester. Tutupin tuh hickeynya. Lo yang dikasih hickey, gue yang malu kalau nanti ada perawat atau dokter yang nanya kenapa di leher lo ada cupangannya." Hangyul meraih satu tangan Seungyoun dan meletakkan sebungkus plester luka bergambar Kumamon lucu. "Ya udah, sekarang gue ngapelin ayang Hyungjun. Dipake itu plesternya. Awas aja sampai ada yang nanya kenapa lehernya Seungyoun ada cupangannya, gue cepuin serumah sakit nyahong lo."
Seungyoun baru saja akan berteriak memprotes perkataan Hangyul, namun dokter internship itu sudah lebih dulu berjalan penuh kegembiraan di wajahnya sambil menyanyikan beberapa lagu yang terdengar bercengkok, kemudian tertawa sendiri sambil membayangkan reaksi Hyungjun saat menerima bekalnya.
Bahkan saking girangnya membayangkan ekspresi di wajah Hyungjun saat menerima bekalnya, Hangyul sampai langsung menghentikan nyanyiannya begitu melihat Hyungjun berada di tengah parkiran bersama Dongpyo sambil menenteng tasnya yang terlihat sangat berat dengan berbagai gantungan super creepy yang sebelumnya membuat Hangyul bergidik ngeri. Namun kali ini sepertinya gantungan-gantungan laknat itu tidak akan menyurutkan niat Hangyul.
"Hah..." Hangyul menghembuskan napas mulutnya ke tangan kanannya, kemudian menyisir helaian rambut coklatnya ke belakang, seakan di sana terdapat wax yang bisa memperkeren tatanan rambutnya.
Kemudian ia berjalan penuh percaya diri ke arah Hyungjun yang berdampingan dengan Dongpyo sambil sesekali mengangkat dagunya dan agak membusungkan dadanya agar terlihat lebih keren.
"Pagi, Kembar," sapanya sambil menaikturunkan kedua alisnya.
Dongpyo lantas menghentikan langkahnya dan menaikkan sebelah alisnya. "Kak, jangan gitu dong gayang. Kelihatan kayak om pedo lagi nyegat anak TK tau nggak?" cibirnya.
Kalau saja ini adalah anime, mungkin sekarang ada sebuah batu yang jatuh dari langit menimpa kepala Hangyul, kemudian diikuti dengan backsound suara gagak lewat di tengah keheningan.
Hangyul tersenyum, berusaha terlihat sekeren mungkin di hadapan gebetannya yang hanya menatapnya sambil mengerjap bingung. "Karena ini masih pagi, jadi aku bawain kamu sarapan. Aku nggak beli di pinggir jalan atau di minimarket. Aku masak sendiri tadi pagi dan semuanya beneran fresh dari bahan-bahan pilihan yang masih segar. Karena kamu nggak suka sayur, aku nggak kasih banyak sayur di sini. Ada sedikit buat kebutuhan gizi harian kamu, tapi nggak banyak kok. Rasanya mungkin nggak seenak di restoran, tapi paling nggak bisa buat ganjal perut kamu sampai jam makan siang."
Hening beberapa saat. Hangyul sudah memasang wajah penuh suka cita terkerennya setelah ia selesai berbicara.
"Hah? Ngomong apa, kak?" Hyungjun mengerjap, menatap Hangyul polos saking tidak mengertinya.
Dan kalau saja ini masih di dalam anime, mungkin Hangyul yang baru saja bangun dengan kepalanya yang benjol akan kembali tertimpa batu dari atas dan seekor burung gagak akan kembali lewat tanpa merasa berdosa sedikit pun.
Hangyul mengelus dadanya pelan, Dongpyo mendekatinya. "Kak, telinganya Hyungjun belum sembuh, jadi ngomongnya kencengan dikit. Kalau ngomongnya gitu, dia dengar, tapi nggak jelas karena belum sembuh."
Kembali terlihat pasrah, Hangyul akhirnya langsung meraih satu tangan Hyungjun untuk memberi kotak bekalnya, kemudian mendekatkan bibirnya di telinga Hyungjun. "Kalau malam minggu free, temenin nonton Ola Aphrodite bareng ya?"
Hyungjun menoleh, kali ini sudah tidak terlihat bingung lagi. Ia justru tersenyum ganjil yang malah membuat Hangyul menjauhkan dirinya selangkah ke belakang. "Kak, diam-diam suka dengerin lagu Baka Onii-chan ya?" tanyanya setengah menggoda.
Di samping Hyungjun, Dongpyo mencibir kecil. "Itu lagu yang ada cacing telinganya kan? Lagunya terngiang-giang, apalagi pas reffnya. Nggak nyangka ternyata kak Hangyul sukanya Ola Aphrodite. Tapi kak, daripada ngajakin Hyungjun nonton Ola Aphrodite yang dia nggak kenal, kayaknya dia lebih suka ditemenin duduk di kuburan nyari pocong sama kunti sambil dengerin Lingsir Wengi deh."
Seolah mendapat keajaiban, Hyungjun langsung menoleh ke arah kembarannya dan mengacungkan ibu jarinya. "Nggak ada yang lebih mengenal gue selain kembaran gue. Proud o be your twin, Pyo."
Hangyul meringis kaku. "Daripada duduk di kuburan nyari pocong atau kunti, mendingan kita ke sawah aja nyari tutut, terus nanti dimakan pakai genjer. Oh iya, itu aku masakin sayurnya Limnocharis flava biar kamu nggak susah BAB."
"Hah? Bilang apa, kak?" Hyungjun kembali ke mode bingungnya sambil mengerjap seperti seekor poddle yang kebingungan.
Ekspresi di wajah Dongpyo seketika berubah datar. "BILANG AJA GENJER APA SUSAHNYA SIH?!"
Selamat siang hehehe...😎
Jangan lupa makan siang ya untuk memenuhi kebutuhan gizi dan tenaga selama beraktivitas...🐒
Ini dia Ola Aphrodite dan lagunya yang dimaksud di atas😆