"Meow~"
"Apa sih, kucing manja? Nggak usah deket-deket. Udah sana, sama Jinhyuk aja. Awas kalau mendekat, aku pepes kamu!"
"Ini siapa sih naruh alat pel di dapur habis dipakai? Nggak tau apa kalau gudang segede itu masih bisa buat nyimpan alat pel?!"
"Ini juga kenapa bungkusan Whiskas nggak dibuang ke tempat sampah sih? Tempat sampah juga gede, males banget mau buang sampah!"
"Meow~"
"Dibilang sana sama Jinhyuk aja, jangan deketin aku, kucing manja!"
Jinhyuk yang sedang menyiapkan makan malam Seokkie lantas menoleh ke arah Wooseok yang sedang mengomel-ngomel tidak jelas tak jauh darinya sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya, sesekali menatap ponselnya, dan kembali mengomel tidak jelas sampai membuat Seokkie mengeong takut saat melintas di depannya.
Jinhyuk lantas melambaikan tangannya ke arah Seokkie, memberi perintah kucing betina bertubuh gembul itu untuk mendekat ke arahnya dan langsung mendapat respon baik dari Seokkie yang langsung berlari membawa tubuh gembul berbulunya mendekati Jinhyuk, sekaligus mengabaikan Wooseok yang masih saja mengomel-ngomel tidak jelas di balik meja makan sambil sesekali mengetuk-ngetukkan ujung ponselnya ke meja makan.
Well, sebenarnya Seokkie adalah kucing penurut yang mudah akrab dengan siapapun, tidak terkecuali. Hanya saja kalau ia mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari orang yang sedang berusaha didekatinya, maka ia akan bersikap jutek ala seekor kucing yang hanya mengibaskan ekor tidka peduli, kemudian berlalu begitu saja seperti model catwalk. Termasuk pada Wooseok yang berusaha didekatinya malam ini dan kebetulan sepertinya Wooseok sedang tidak dalam mood yang bagus, maka ia mendapat respon yang tidak menyenangkan. Tapi untungnya ada Jinhyuk yang lamgsung memintanya mendekat dengan sewadah penuh makanan kering di dekat kaki jenjang lelaki itu.
Jinhyuk terkekeh saat melihat bulu tebal Seokkie tampak bergetar saat kucing itu berlari ke arahnya ambil mengeong antusias, sebelum akhirnya melompat ke arahnya. "Kamu kenapa sih kok nggak mau kalem malam ini? Lapar ya? Seokkie lapar?" tanyanya gemas. Ia mengangkat tubuh kucing betina itu dan memperhatikan sedikit lidah kemerahan Seokkie yang menyembul di antara bilah bibir kucingnya.
Seokkie mengeong beberapa kali, suaranya terdengar semanja biasanya. Kedua kaki dengannya bergerak berusaha menggapai wajah Jinhyuk, sementara kedua kaki belakangnya menggantung di antara kedua tangan Jinhyuk yang sedang memegangi tubuhnya dan ekor berbulu lebatnya mengibas di antara kedua kakinya. Matanya membola dan bersinar di saat bersamaan, kemudian ia kembali mengeong.
"Seokkie lapar? Mau makan sekarang? Makanan biasa atau ditambah cemilan juga? Mau minum susu juga?" Jinhyuk bertanya gemas, kemudian mencium bibir Seokkie saat kucing itu sengaja mengibaskan ekor ke kedua tangannya sambil terus menatapnya dengan sorot mata menggemaskan.
Seokkie menjawab pertanyaan Jinhyuk dengan suara mengeongnya yang lucu, kemudian dilanjutkan dengan menjilati salah satu kakinya dan mengusap wajahnya dengan kaki depannya yang lain.
Jinhyuk tidak kuat. Gemas sekali melihat Seokkie yang selucu ini. Benar-benar mirip Wooseok kalau sedang menginginkan sesuatu dan ingin dimanja di saat bersamaan, tapi Wooseok selalu berdenial kalau dirinya mirip kucing.
"Gimana kucing itu nggak gendut? Habis makan makanan kering, dikasih makanan basah, masih dikasih cemilan, terus dikasih minum susu. Habis makan banyak, langsung tidur. Nggak kerja, nggak ngapa-ngapain, nggak punya beban hidup. Udah gitu manja banget lagi, obesitas pasti kucing itu habis ini."
Jinhyuk berdiri dari posisi berjongkoknya setelah membiarkan Seokkie turun untuk menikmati makan malamnya, kemudian menoleh ke arah Wooseok. "Kamu kenapa kok dari tadi ngomel-ngomel aja bawaannya?" tanyanya.
Wooseok tidak menjawab. Wajahnya terlihat semakin cemberut dan bibirnya tampak semakin mencebik ke bawah saat ia kembali terlihat sedang memeriksa ponselnya untuk puluhan kalinya malam ini setelah makan malam - kalau Jinhyuk harus menghitung seberapa banyak Wooseok akan bertingkah seperti orang yang sedang merajuk setelah memeriksa ponsel di tangannya.
"Kamu kenapa sih kok dari tadi uring-uringan terus? Habis kena semburan konsulen hm? Atau pasien kamu ada yang nyebelin tadi?" Jinhyuk membawa dirinya mendekatu Wooseok setelah memastikan Seokkie memakan makan malamnya dengan baik.
Alih-alih menanggapi pertanyaan Jinhyuk, Wooseok justru berdiri dari duduknya dan berjalan meninggalkan Jinhyuk dengan kaki menghentak dan kedua tangan yang terkepal di kedua sisi tubuhnya.
"Kenapa sih semua orang yang namanya pakai Woo itu selalu nyebelin? Eunwoo, Seungwoo, semuanya nyebelin. Nggak tau apa temannya lagi butuh, malah nggak diangkat teleponnya, pesan cuma dibaca. Awas aja, besok aku bawain gunting rumput. Aku mau potong poninya karpetnya Seungwoo!"
Jinhyuk senewen seketika. Ia membiarkan Wooseok meninggalkannya berdua hanya dengan Seokkie di dapur sambil ia masih terus berpiki-pikir ada apa gerangan dan mengapa Wooseok tiba-tiba memiliki misi untuk memotong poni karpet Seungwoo dnegan gunting rumput, padahal menggunakan gunting biasa saja sudah cukup untuk membuat Seungwoo tidak lagi memiliki poni yang nyaris menutupi matanya.
Sepertinya bukan hanya Seokkie, kucingnya yang satu lagi ternyata butuh dimanja sebelum menyembur orang lain dengan napas apinya.
Ia lantas membawa dirinya mengikuti Wooseok yang masuk ke ruang tengah sambil terus mengomel tidak jelas tentang poni Seungwoo yang terlalu panjang, semua orang dengan nama yang memiliki partikel Woo yang sangat menyebalkan, deretan pesan singkat yang hanya dibaca padahal online, semua panggilan yang sengaja diacuhkan, dan kembali lagi pada pada setiap orang yang memiliki partikel Woo dalam namanya adalah orang menyebalkan. Jinhyuk tidak habis pikir kenapa Wooseok senewen sekali dengan nama yang memiliki partikel Woo, padahal namanya sendiri diawali.
"Seungwoo poni karpet orang paling bodoh sedunia, kalau bisa online, kenapa pesannya cuma dibaca? Apa dikira aku ini koran? Majalah Tempo lama? Komposisi makanan? Cara petunjuk penggunaan obat nyamuk Domestos Nomos? Kipas angin Wadesta? Nyamuk yang terbang karena piringan hitam Baygon?"
"Ini juga acara apaan sih? Udah malam itu acaranya yang mendidik dong. Udah tau anak-abak pada di rumah kalau malam, malah tayang sinetron nggak mendidik."
"Hih, ini televisi kenapa terlalu terang sih? Apa nggak bisa dikecilin cahayanya? Aku mau beli televisi baru aja, yang ini nyebelin kayak Seungwoo."
"Acara nggak jelas. Kalau nggak bisa bikin acara yang bagus dan ngatur jam tayang, bubar aja udah. Sana bubar, nggak usah jadi stasiun televisi. Pengan aku bakar aja gedungnya!"
"Apa? Mau apa? Butuh uang kan? Sini kirim coba nomor rekeningnya ke personal chatku. Mau dibayar berapa? Kangen lagu Fresh diputar. Kangen Kim Seok Woo. Aku mau bakar gedung!"
"Pokoknya semua salahnya Seungwoo, salah poninya Seungwoo! Seungwoo napas aja udah salah, apalagi cuma ngeread pesanku!"
Sekarang Jinhyuk makin senewen sendiri. Ia lantas membawa dirinya mendekati Wooseok yang terus mengomel tidak jelas dan mendudukkan dirinya di samling Wooseok yang sedang dalam mode merajuk tingkat tinggi dengan kedua tangan mungilnya yang terkepal di balik lengan panjang sweater birunya, bibir yang melengkung ke bawah, mata bulat yang memincing sebal, dan kedua alis yang menukik tajam.
Jinhyuk mengulurkan satu tangannya menyentuh puncak kepala Wooseok dan mengusapnya perlahan. "Kamu kenapa sih? Kok dari tadi uring-uringan nggak jelas terus. Lagi ada masalah hm?" tanyanya lembut.
"Apa sih? Minggir sana, jangan tanya-tanya. Sana, berduaan aja sama kucing. Besok pagi kamu yang aku timbun kotoran kucing sekalian sama pasirnya juga!" Wooseok menyentak sebal dan menjauhkan kepalanya dari jangkauan Jinhyuk.
Jinhyuk tersenyum sekilas. Bukannya kapok, ia malah mengulurkan kedua tangannya demi meraih tubuh mungil Wooseok dan menarik lelaki yang sedang merajuk entah karena apa itu ke dalam dekapannya, membiarkan kepala Wooseok bersandar nyaman di dadanya.
"Kenapa hm? Lagi ada masalah sama konsulen di rumah sakit? Kok kelihatannya badmood banget. Mau keluar jalan-jalan sebentar sebelum tidur? Atau mau dipesanin makanan? Kamu mau makan apa hm?" Jinhyuk dengan telaten mengusap punggung sempit Wooseok sambil sesekali mengecupi puncak kepala Wooseok, sekaligus menghirup aroma segar menyenangkan dari helaian rambut halus Wooseok.
Kali ini Wooseok tidak bersikap seagresif tadi dan tidak lagi mengomel hingga membuat Jinhyuk heran sendiri. Ia justru menyamankan posisi bersandar kepalanya di dada Jinhyuk saat tangan besar Jinhyuk mengusapi punggungnya begitu lembut, serta kecupan-kecupan ringan di puncak kepala yant diberikan orang yang sama.
"Lagi sebel sama Seungwoo..." Wooseok menjawab lirih. Suaranya nyaris terdengar seperti sebuah rengekan tertahan akibat wajahnya yang dikubur dalam-dalam ke dada Jinhyuk.
Jinhyuk lantas terkekeh pelan saat Wooseok mengusakkan ujung hidung ke dadanya. "Kenapa kok sebel sama Seungwoo? Nggak biasanya kamu sebel sama Seungwoo. Biasanya sebel ke Yuvin atau Seobin, atau sasaran barumu sekarang Eunwoo, kok malah sebelnya sama Seungwoo sekarang?" Jinhyuk melonggarkan sedikit pelukannya untuk menilik ekspresi menggemaskan Wooseok saat sedang merajuk manja seperti kucing tidak dibelai.
"Pasienku ada yang postpartum depression. Aku pengen belajar lebih banyak soal itu, tapi malu kalau harus langsung tanya sama dokter-dokter spesialis atau konsultan di Psikiatri, kan aku nggak setiap hari interaksi sama mereka. Maunya belajar sama Seungwoo, kan udah temenan lama, jadi belajarnya lebih enak. Eh tapi pesanku cuma dibaca sama Seungwoo, padahal dia lagi online tadi. Udah aku spam, tapi tetep nggak dibalas. Aku coba telepon berkali-kali juga sengaja nggak diangkat, malah panggilan sibuk. Pokoknya aku sebel sama Seungwoo..." Bibir tipis Wooseok kian melengkung ke bawah setelah ia menyelesaikan keluh kesah, serta alasan mengapa malam ini ia uring-uringan tidak jelas.
Jinhyuk mengangguk beberapa kali, seolah memahami apa yang Wooseok katakan. "Mau dianterin ke apartemennya Seungwoo? Bicara langsung, biar lebih enak. Kalau kamu mau ke sana, aku anterin. Sekalian aku juga lagi pengen diskusi soal pembuktian psikiatri forensik dalam kejahatan, soalnya aku lagi dikerjain dokter Jisung ini."
Wooseok menggeleng kecil beberapa kali. Ia mengangkat kedua tangannya memeluk pinggang Jinhyuk dan kian mengubur wajahnya di dada Jinhyuk, mencari kenyamanan di sana. "Mau Jinhyuk aja. Mau peluk Jinhyuk aja. Nggak mau ke apartemennya Seungwoo, masih sebel. Mau di sini aja sama Jinhyuk, mau peluk Jinhyuk..."
"Kok tumben manja minta peluk? Padahal tadi katanya mau belajar sama Seungwoo." Jinhyuk menggoda dengan menaikkan kedua alisnya.
"Habisnya Jinhyuk main sama kucing terus, melukin kucing terus. Tapi nggak pernah main sama aku, jarang melukin aku. Belajarnya nanti aja, aku nanya sama dokter Chaeyeon aja kalau ketemu. Sekarang mau Jinhyuk aja, mau peluk Jinhyuk."
Jinhyuk hanya tertawa ringan saat Wooseok kian menyamankan diri dalam pelukannya dan terus merengek ingin dipeluk bersamaan dengan mengeratnya pelukan di pinggangnya. Ia seketika langsung membawa Wooseok ke atas tubuhnya, duduk di pangkuannya dan membiarkan Wooseok bersandar nyaman padanya. Dan Wooseok tidak keberatan dengan itu.
"Gemasnya kucing satu ini..." Jinhyuk menangkup kedua sisi wajah mungil Wooseok dengan kedua tangannya dan mengecupinya gemas. Dari dahi, turun ke sepasang mata Wooseok, kemudian hidung mancung Wooseok yang sempurna, kedua pipinya yang lembut, dan berakhir di bibir tipis Wooseok yang dipoles seadanya.
Wooseok tertawa pelan sambil menahan kedua tangan Jinhyuk untuk tetap menyentuh kedua sisi wajahnya. "Jinhyuk, cuddle, please..."
Kim Wooseok menurut Yunseong from meong to maung
Kim Wooseok menurut Jinhyuk from maung to meong
Nyari meong yang begini modelnya ke mana ya?🤔